Beranda / Romansa / Sweet Husband / Bab 12. Senyum Hangat dan Ketulusan

Share

Bab 12. Senyum Hangat dan Ketulusan

Penulis: Dwi Maula
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-14 21:21:31

“Kamu tidak perlu takut padaku, Na.” Bagas melihat Nilna yang terduduk di tepi ranjang.

Nilna tersentak. “Aku nggak takut,” ungkapnya celingukan. Ia membolak-balik guling dan bantal yang sudah rapi, juga selimut.

‘Ya Allah, kami ini halal ... tapi kenapa jadi canggung begini?’ Nilna melamun beberapa detik. “Kakak mau aku buatin coklat hangat?” tanya Nilna ragu, mencoba mencairkan suasana.

Bagas menoleh pada sang istri. “Boleh,” jawabnya singkat. Sementara itu, Nilna beringsut keluar dari kamar. Bagas memperhatikan sang istri hingga tubuhnya menghilang dari balik pintu.

“Ya Allah, alhamdulillah, aku bisa menjaga amanah dengan cara yang Kau ridhoi,” doa Bagas lirih. Suaranya beradu pelan dengan embusan angin malam itu.

Sembari menunggui sang istri, Bagas menghampiri jendela kamar. Ia membuka dan duduk santai pada kursi di bawah jendela. Merilekskan otot dan tubuh yang sedikit menegang.

“Ceklek.” Kenop diputar, dan pintu pun terbuka. “Kak,” kata Nilna. Ia membawa dua cangkir coklat hang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sweet Husband   Bab 16. Datang di saat Terlambat

    “Hai, Na? Mau aku bantuin?” Dafa mencoba mencari perhatian pada Nilna. Ia tersenyum usil, dengan botol minum yang masih tergenggam di tangan. Pandangannya memperhatikan Nilna yang tengah asyik mengerjakan tugas kuliah di taman kampus.Nilna mengangkat wajah dengan malas. “Hmm, aku heran, deh! Dari sekian banyak cewek lajang. Kok kamu malah pilih ngusilin aku?” Ia bersungut-sungut. Netranya memandangi halaman kampus yang mulai panas, karena mentari sudah meninggi.Dafa tertawa lepas. “Nggak tahu juga, Na.” Ia menggaruk kepala yang tidak gatal. “ Maaf, ya. Bukannya aku mau ngusilin. Tapi, cuma cari temen ngobrol aja,” akunya jujur.Mendengar itu, Nilna acuh. Tangannya masih sibuk di atas kertas, tapi dalam hati ia bertanya apa pria di depannya ini waras? Padahal sudah jelas Nilna saat ini adalah istri orang. “Aku tuh udah jadi istri orang, Kak. Jangan nambahin ujian aku, dong,” keluh Nilna serius. Keningnya mengernyit dan beberapa tetes keringat kini mengalir di pelipisnya.Dafa pun t

  • Sweet Husband   Bab 15. Setahun Bersama

    “Gak nyangka, ya ... Kak. Udah setahun kita berumah tangga.” Nilna memandangi halaman rumah dari jendela. Ia menghirup angin pagi yang masih berembus pelan. Beriring dengan aroma tanah basah yang masih mencuat, karena diguyur hujan semalam.Bagas mendongak, dilihatnya sang istri yang tengah bersandar di bingkai jendela. “Alhamdulillah, semoga sampai tua kita tetap bersama,” sanggahnya tulus. Ia masih asyik menyeruput coklat hangat dan menggeser kursi agar lebih dekat. “Mau merayakan dengan apa?” sambungnya lagi. Mendengar itu, Nilna mengangguk. “Ke makam Bung Karno aja, Kak ... atau ke Candi Penataran juga boleh,” usulnya bersemangat. Ia pun berangsur duduk mendekati sang suami. “Boleh, dua-duanya juga boleh,” jawab Bagas antusias. Ia mengulurkan tangan, lalu mengusap pelan lengan sang istri. Nilna pun tersipu, lalu meraih cangkir dan meminum coklatnya yang mulai mendingin.‘Aduh, Kak Bagas ini manis banget, ya. Padahal udah setahun kita bersama. Tapi, kok ... masih suka deg-degan,

  • Sweet Husband   Bab 14. Sore yang Tak Diduga

    “Sudah selesai Bu Guru, mengajarnya?” Lagi, Bagas menggoda sang istri. Mereka berpapasan di depan ndalem Abah.Nilna tersenyum lagi. Pipinya menjadi merah merona. “Kak, aku jadi gak bisa berhenti ketawa, nih,” keluhnya penuh senyum.“Baru saja aku mau menyusulmu,” adu Bagas bersemangat. Ia menuntun sang istri memasuki ndalem Abah.Nilna tergelak, menoleh ke arah suami yang berjalan di sampingnya. “Orang tempatnya aja gandeng, ngapain dijemput?” celetuknya santai.Bagas menatap Nilna yang terlihat gembira. “Siapa tahu masih malu, kan?”“Yah, Kak. Adanya mah aku malu-maluin.” Mereka pun tertawa lepas bersama. Seperti tidak ada sekat yang memisahkan mereka lagi.Ceklek! Bagas memutar kenop pintu dan membukanya pelan. “Assalamu'alaikum,” ucapnya memberi salam.Kali ini, Abah berjalan pelan dari kamar. Dengan sigap, Salwa yang lebih dulu berada di ndalem membantunya hingga duduk di kursi.“Mbak, sudah ada di sini ternyata?” Nilna mengawali percakapan setelah sungkem dengan Abah. Ia mengul

  • Sweet Husband   Bab 13. Hari Pertama Mengajar

    “Na?” panggil Bagas tiba-tiba. Nilna yang sedang duduk santai bermain ponsel refleks menoleh. “Iya?” ujarnya ingin tahu. Ia meletakkan ponsel di atas meja.Bagas mendekati sang istri dan duduk di sebelahnya. “Abah mau minta kejelasan. Kamu kapan siap mengajar di pesantren?”Mata Nilna membulat. Ia gelagapan jika mendengar pertanyaan itu. “Tapi jadwal kuliah bikin aku sibuk, Kak,” elaknya gugup.Bagas terdiam beberapa saat. Mencoba mencari solusi agar sang istri bersedia memenuhi perintahnya. “Kalau begitu, luangkan sehari saja dalam seminggu,” sanggah Bagas serius. Ia memperhatikan Nilna yang sedikit gusar.“Tenang, tidak ada yang menuntutmu untuk sempurna. Lakukan senyaman dan sebisamu,” papar Bagas bijak.Nilna menunduk, memainkan jemarinya asal. Sejujurnya, ia merasa belum pantas mengemban tugas yang menurutnya suatu kehormatan.Setelah beberapa saat terdiam, Nilna akhirnya mengangguk. Namun, hatinya masih belum bisa menerima kenyataan yang terjadi padanya.‘Mungkin Kak Bagas benar

  • Sweet Husband   Bab 12. Senyum Hangat dan Ketulusan

    “Kamu tidak perlu takut padaku, Na.” Bagas melihat Nilna yang terduduk di tepi ranjang.Nilna tersentak. “Aku nggak takut,” ungkapnya celingukan. Ia membolak-balik guling dan bantal yang sudah rapi, juga selimut.‘Ya Allah, kami ini halal ... tapi kenapa jadi canggung begini?’ Nilna melamun beberapa detik. “Kakak mau aku buatin coklat hangat?” tanya Nilna ragu, mencoba mencairkan suasana.Bagas menoleh pada sang istri. “Boleh,” jawabnya singkat. Sementara itu, Nilna beringsut keluar dari kamar. Bagas memperhatikan sang istri hingga tubuhnya menghilang dari balik pintu.“Ya Allah, alhamdulillah, aku bisa menjaga amanah dengan cara yang Kau ridhoi,” doa Bagas lirih. Suaranya beradu pelan dengan embusan angin malam itu.Sembari menunggui sang istri, Bagas menghampiri jendela kamar. Ia membuka dan duduk santai pada kursi di bawah jendela. Merilekskan otot dan tubuh yang sedikit menegang.“Ceklek.” Kenop diputar, dan pintu pun terbuka. “Kak,” kata Nilna. Ia membawa dua cangkir coklat hang

  • Sweet Husband   Bab 11. Dia Mulai Cemburu

    “Dingin banget.” Nilna menggeliat pelan. Sayup-sayup suara azan subuh yang bersahutan masih mampu membangunkannya. Meski rasa lelah tetap menggelayuti badan.Semua peserta LDK masih terpantau pulas, tidak ada yang bangun selain dirinya. Gegas ia menuju kamar kecil untuk membersihkan diri.“Yeay, nanti pulang,” soraknya gembira. Ia mengguyur telapak tengan dengan air. Lalu, mulai membasuh muka dan mengoleskan facial wash. Setelah dirasa cukup bersih, ia membilas wajah dengan cepat dan mengeringkannya dengan handuk kecil.Bebersih pun selesai. Ia mengambil air wudhu, karena mushola kampus sudah menggemakan azan. Buru-buru ia menghampiri setelah menyelesaikan wudhu.“Asna, udah bangun,” sapa Nilna ramah pada teman barunya. “Aku kira masih pulas tadi,” lanjutnya bercanda. Ia mulai mengenakan mukena putih dengan sedikit bordiran bunga berwarna biru.“Enggak, lah.” Asna tergelak. “Suara azan kan nyaring banget, jadi kebangetan kalau gak dengar,” lanjutnya penuh senyum.Mereka berjalan berir

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status