Sweet Husband

Sweet Husband

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-05
Oleh:  Dwi MaulaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
5Bab
28Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sepasang suami istri terjerat kesalahpahaman sehingga terjadi pernikahan mendadak. Perbedaan status sosial dan usia yang cukup jauh membuat keduanya harus menyesuaikan diri meski sulit. Belum lagi perbedaan status sosial yang membuat satu pihak direndahkan oleh keluarga pihak lain. Mampukah mereka membangun rumah tangga yang manis? Ikuti perjalanan cinta mereka dalam "Sweet Husband".

Lihat lebih banyak

Bab 1

Mencuri Pandang

Peluh keringat membasahi tubuh Bagas, tak terasa mentari pun menyibakkan hawa sejuk yang sedari pagi mengiringi aktivitas pria itu. Kini cuaca beralih menjadi panas, menyurutkan siapa saja yang masih kekeh berkutat di bawahnya. Ia harus cepat-cepat memulangkan beberapa lembar kertas yang telah ditandatangani oleh ketua RT setempat.

 

“Alhamdulillah, semua berkas sudah beres, tinggal setor ke balai desa besok.” Bagas memacu langkah lebih cepat. Entah kenapa hari ini ia sangat semangat, membayangkan berdua dengan Qaila, sang pujaan hati, di hari pernikahan nanti. Langkah kaki pria itu berderap, menciptakan ritme yang menggugah antusiasme semesta untuk ikut bersuka ria.

 

“Hei, Kang!" seru Wahyu, kawan Bagas. Ia terlihat sibuk menyemprot satwa di sangkar kecil yang tergantung di atap teras rumah. “Urusanmu udah selesai?” lanjutnya basa-basi.

“Iya, udah plong banget.” Bagas menghentikan langkah sebentar. “ Wuih, ada yang mau dapet jodoh nih, uhuy!” godanya renyah. Bagas pun hanya tersipu malu. Wahyu mengangguk dan meneruskan kembali aktivitasnya. “Ya udah, mari,” pamit Bagas ramah.

 

Alunan langkah kaki Bagas mulai melambat. Ia melihat ada seorang gadis yang tengah berjalan menunduk berlawanan arah dengannya. Aneh, itu kan seragam santriwati pondok. Berarti dia santri sini. Ia bergumam sendiri. Karena penasaran dan iba, ia akhirnya sampai hati untuk menghampiri gadis itu. Meski terlihat berusaha tegar, gadis itu tak bisa menyembunyikan rasa takut, cemas, dan bingung yang tercetak jelas di mimik wajahnya.

 

“Mbak, kamu gak papa? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Bagas kaku. Lidahnya tiba-tiba terasa kebas dan kelu. Bagaimanapun, ia sangat jarang berinteraksi dengan lawan jenis. Kini, ia juga tak tahu apa yang menyebabkan keberaniannya muncul sehingga mengabaikan rasa malu dan nervous itu. “Anu, emm,” jawab gadis itu terbata. Ucapannya menggantung. Ia urung melanjutkan ucapan karena malu dan grogi.

 

Bagas menatap gadis itu sekilas, “Bilang aja nggak papa, Mbak,” bujuknya datar. Ia tak bisa dan tak mampu menatap sang gadis lebih lama. “Ini, Kang. Belikan saya pembalut wanita. Saya bocor, Kang,” ucap sang gadis sekenanya. Tidak dibuat-buat. Ia mengutarakan keinginan tanpa ditambahi atau pun dikurangi. Sejurus kemudian, pikiran Bagas sedikit berkelana, menuju momentum ketika duduk bersila dengan beberapa teman sejawat sepuluh tahun lalu. Memorinya memvisualisasikan kejadian di mana ia sedang mempelajari sesuatu. Hal yang sedikit tabu dan hanya wanita yang mengalami.

 

Bagas mengangguk mantap. “ Baiklah, saya akan kembali secepatnya.” Ia pun pamit setelah sebelumnya menuntun sang gadis untuk membersihkan diri di kamar mandi mushola yang kebetulan tak jauh dari mereka. 

 

Terik sang surya semakin menyengat, menjadi pelengkap langkah Bagas yang sedikit terburu. Ia mengabaikan sandal jepit yang hampir putus karena tersandung batu yang teronggok di tepi jalan. Entahlah, ia sendiri lupa mengganti dengan yang baru karena memang sudah waktunya. “Ini,” ucap Bagas. Tangannya menyodorkan kemasan berwarna pink. Sang gadis langsung menyambar benda itu tanpa berucap sepatah kata. Langkah cepat pun ia jalani untuk segera memakai benda itu di kamar mandi.

 

Setelah pintu kamar mandi terbuka, gadis itu menyembul dari balik pintu. Ia tergesa menghampiri sang pria, ingin mengucap terima kasih. Suasana sangat hening sampai Bagas tak sengaja menangkap pemandangan aneh dari rok Nilna. Rok tersebut dipenuhi oleh darah yang merembes. Tanpa aba-aba, Bagas langsung membuka baju koko yang ia kenakan dan mengikatkan pada rok sang gadis.

 

“Maaf, Mbak. Saya nggak sampai hati melihat itu.” Bagas menunjuk sesuatu dengan memalingkan wajah. “Iya,” ucap Nilna malu. Ia pun ingin beranjak pergi. Ragu, ia bimbang bagaimana cara mengucap terima kasih kepada pria itu. Namun, baru selangkah ia berjalan, ada seorang warga yang memergoki mereka berdua.

 

“Astaghfirullah, apa yang kalian lakukan? Kenapa sampai melepas baju begitu? Kalian pasti ingin macam-macam, kan?”  hadang sang warga dengan rentetan pertanyaan. “ Tunggu, Pak. Kami tidak melakukan apapun. Lihat, Pak, gadis itu sedang haid. Jadi saya mem-." Bagas berusaha menjelaskan sebaik mungkin, tapi ....

 

“Ah, sudahlah,” potong sang warga. “Kalian ini ya, sudah ketahuan masih saja cari alasan pembenaran,” lanjutnya tanpa memberi ruang Bagas untuk meneruskan penjelasan yang terpotong. Dengan emosi yang menggebu, sang warga berteriak sehingga membuat beberapa orang di sekitar mushola itu penasaran dan menghampiri mereka. Jadilah sebuah kesalahpahaman yang semakin berlarut.

 

“Ada apa ini?” tanya warga lain yang baru berkumpul. “Ya, Allah, kenapa gak pake baju begitu?” sahut warga lagi. Kali ini ia adalah seorang ibu-ibu dengan menggandeng tangan seorang balita. Semakin lama semakin ramai, hingga sekitar delapan orang yang bergerumul ingin tahu dan menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi.

 

“Cukup. Kami tidak melakukan apapun karena saya hanya meminta bantuan pada dia,” tunjuk Nilna pada Bagas. Karena sangat muak telah dihakimi dengan semena-mena, suara parau pun muncul dari lisannya. “Saya sedang datang bulan dan meminta bantuan dia untuk mencarikan pembalut,” lanjutnya dengan wajah memerah dan berlinang air mata. Ia menggigit bibir bawah yang terasa kaku.

 

Kabut pun mulai mengepul, mendung juga turut berjejer, seolah mendukung suasana kelam yang sedang terjadi. Sunyi senyap, tak ada seorang pun yang menimpali. Begitu juga dengan burung-burung yang kini enggan berkicau. Sepertinya, mereka juga ikut bersedih menyaksikan kesalahpahaman ini.

 

“Apapun penjelasannya, tapi kalian ini sudah ketangkap basah berduaan dan harus kami bawa ke pondok pesantren. Biarkan tokoh masyarakat itu yang mengadili kalian.” Lantang dan tegas, penjelasan dari wakil warga terasa menggembleng hati. Terdengar seperti petir menggelegar yang mematahkan harapan untuk terhindar dari kesalahpahaman.

 

Warga pun beramai-ramai mengarak mereka menuju pondok pesantren setempat. Beberapa pasang mata memandang mereka dengan raut wajah penasaran, iba, dan heran. Di sepanjang jalan, Bagas mencuri-curi pandang, ia melihat Nilna menangis dan putus asa. Terlihat jelas dari cara berjalannya saat ini, melangkah dengan tatapan kosong dan tanpa ekspresi. Mungkin sang gadis sudah lelah karena berusaha mencurahkan tenaga untuk menjelaskan apa yang terjadi sampai selesai, namun tak mengubah nasib mereka yang tak diharapkan ini, pikir Bagas.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Sherly Monicamey
lanjutkan dan tetap semangat!!!
2025-06-06 13:33:13
0
user avatar
mayuunice
Nilna ini polosss, ya, tapi lucu. Masya Allah baca tapi sambil belajar juga, nih. Semangat, Thor!
2025-06-06 10:05:40
1
5 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status