Home / Romansa / Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i / Bab 24. Tangki Cinta dari Ndalem

Share

Bab 24. Tangki Cinta dari Ndalem

Author: Dwi Maula
last update Last Updated: 2025-07-11 15:23:02

“Dunia ini memang tempat yang serba nanggung, Ngger.”

Abah Rasyid memejamkan mata sejenak. Mengistirahatkan hati yang sedikit lelah. Lalu kembali mengerjap perlahan, menyongsong sang putra yang membutuhkan dukungan batin.

Bagas mengangkat wajah pelan. Pria itu masih diam. Mulutnya belum mampu menoreh jawaban akan nasihat Abah Rasyid yang mengena.

Syair Alfiyyah dan suara perkusi rebana masih terdengar jelas. Menyisakan ritme lembut yang menguar di seluruh penjuru kamar. Abah Rasyid mengepalkan tangan, menatap langit-langit yang putih bersih.

“Di dunia ini, kita dibilang susah, bukan susah yang sebenarnya. Sebaliknya, kita dibilang senang, bukan senang yang sebenarnya.”

Lagi, Abah Rasyid melanjutkan penjelasan penuh kehati-hatian. Pria itu menegakkan postur tubuh, menatap lekat sang putra yang duduk bersila di depannya.

Abah Rasyid menggigit bibir bawah, bersiap melanjutkan nasihatnya yang mengalir deras. Pria itu tersenyum tipis, memperhatikan Bagas yang belum membuka suara.

“Kesimpul
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 28. Pucatmu Masih Terlukis Jelas

    “Aku ini, istri orang!” Nilna berseru seorang diri di balik suasana tenang perpustakaan. Mahasiswi semester tiga itu membuka sebuah buku lebar-lebar, berusaha membaca dengan fokus. Alih-alih bisa fokus, pikirannya malah terasa penuh dengan ucapan Dafa yang membuatnya overwhelmed. Sepasang sepatu berdecit pelan mendekati Nilna. Wanita muda itu menoleh, lalu tersenyum ramah. “Asna,” ucap Nilna, antusias. Ia menyambut kedatangan temannya yang membawa setumpuk buku. “Duduk dulu.” Nilna membantu meletakkan buku yang hampir jatuh, dan menarik sebuah kursi untuk temannya. Asna menjatuhkan diri ke kursi, lalu menyeka pelipisnya yang mulai tergenang keringat. “Kamu sakit apa, Na?” katanya cepat. Melirik Nilna sekilas dan kembali sibuk membaca buku. Nilna terdiam sesaat, lalu menyeringai bingung. “Itu, cuma kecapekan aja,” jawabnya asal. Ia membuka buku kembali dan membacanya pelan. “Oh, gitu. Sekarang udah baikan, kan?” “Alhamdulillah, udah. Buktinya, aku bisa masuk kampus la

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 27. Gejolak yang Mencuat

    “Mas, boleh besok aku mulai kuliah?” izin Nilna hati-hati, di tengah acara makan malam yang kembali hangat.Bagas terkesiap, buru-buru menelan sesuap nasi yang telah dikunyah. “Memangnya, Adek udah kuat?” timpalnya, memastikan. Pandangan pria itu tak beralih dari sorot mata istri kecilnya.Nilna mengangguk mantap. “Siap, dong!” serunya, yakin. Melihat itu, Bagas menggeleng-geleng kepala. Ia amat gemas dengan tingkah istri kecilnya yang tetap bersemangat.“Kalau Adek siap, boleh-boleh aja. Tapi, jangan sampai kecapekan, ya.”Nilna mengangguk lagi, lalu keheningan mulai menyergap. Hanya suara denting sendok yang tak sengaja beradu dengan piring.Bagas menelan suapan terakhir, dan meneguk segelas air putih perlahan. “Kalau belum bisa habis, nggak apa-apa,” selanya, di tengah aktivitas Nilna yang hanya memainkan sendok di atas nasi yang sudah dingin.Nilna terkesiap, mengangkat wajah. Menatap sang suami yang sangat jeli dengan gerak-geriknya. Wanita itu meringis kecil, ada binar sungkan

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 26. Kok, Kikuk Lagi?

    “Oh, ya? Tapi aku ini aneh banget, Mas.” Nilna melepas mukena yang membalut tubuhnya. Memperlihatkan rambut panjangnya yang menjuntai indah. Warna kemerahan turut mendominasi rambutnya yang lurus. Bagas terdiam seakan membeku, lalu menelan ludah. Untuk ke sekian kalinya, ia amat terpikat dengan pesona istri kecilnya. Laksana bunga yang mekar, indah dan wangi. ‘Ya Allah, apa-apaan lagi ini? Baru saja aku menutup mata. Tapi, kalau setiap hari begini, gimana cara nutup matanya?’ batinnya, resah. Pria itu mengusap wajah kasar, mencoba masa bodoh dengan apa yang ia lihat. Meremas ujung baju tanpa sebab. Seolah menjadi tameng pelampiasan, karena rasa ingin memeluk yang kian menggelora. Pria itu amat mengerti, kalau selangkah yang ia ambil salah, maka semua akan runtuh. “Mas!” seru Nilna, dengan suara sedikit kesal, tapi justru terkesan manja di telinga Bagas. Wanita muda itu tetap asyik pada aktivitas melipat mukena, tanpa rasa bersalah. Tanpa tahu jika suaminya terpikat lagi.

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 25. Pelan-pelan, Adek!

    “Masih belum mau bicara, Dek?” Bagas mengurangi laju kendaraannya, bersiap memasuki halaman rumah yang tampak sepi. Sepi karena ramai yang ikut menghilang bersama Nilna.Kini, hadirnya Nilna tak mengembalikan ramai seutuhnya. Hanya sunyi yang kembali menguap bersama langkah kecilnya. Memenuhi udara yang terasa teduh di senja hari.“Mas, aku nggak ngerti.” Lagi, hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Nilna. Bagas mendorong pintu perlahan, menyisakan derit engsel yang terdengar ringan. Seperti hatinya yang berusaha lapang dan bersyukur dalam hal apa pun.“Nggak apa-apa, Dek.” Bagas keluar dari kemudi, bersiap membukakan pintu untuk istri kecilnya.Pria itu tersenyum kecil, lalu memapah istrinya keluar dari kabin dan berdiri perlahan. “Hati-hati,” sanggahnya, tulus.Nilna membeku. Ada semacam sengat kecil yang membuatnya hampir limbung, tapi buru-buru digaet oleh tangan sang suami yang sigap.“Mas, aku agak pusing,” kata Nilna, setengah berbisik. Wanita muda itu erat meremas tangan

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 24. Tangki Cinta dari Ndalem

    “Dunia ini memang tempat yang serba nanggung, Ngger.”Abah Rasyid memejamkan mata sejenak. Mengistirahatkan hati yang sedikit lelah. Lalu kembali mengerjap perlahan, menyongsong sang putra yang membutuhkan dukungan batin.Bagas mengangkat wajah pelan. Pria itu masih diam. Mulutnya belum mampu menoreh jawaban akan nasihat Abah Rasyid yang mengena.Syair Alfiyyah dan suara perkusi rebana masih terdengar jelas. Menyisakan ritme lembut yang menguar di seluruh penjuru kamar. Abah Rasyid mengepalkan tangan, menatap langit-langit yang putih bersih.“Di dunia ini, kita dibilang susah, bukan susah yang sebenarnya. Sebaliknya, kita dibilang senang, bukan senang yang sebenarnya.”Lagi, Abah Rasyid melanjutkan penjelasan penuh kehati-hatian. Pria itu menegakkan postur tubuh, menatap lekat sang putra yang duduk bersila di depannya.Abah Rasyid menggigit bibir bawah, bersiap melanjutkan nasihatnya yang mengalir deras. Pria itu tersenyum tipis, memperhatikan Bagas yang belum membuka suara.“Kesimpul

  • Mendadak Dinikahi Direktur Syar'i   Bab 23. Setahun yang Belum Cukup

    “Apa-apaan ini? Mereka yang tidak profesional. Urusan rumah tangga disangkutpautkan dengan pekerjaan?” Rahang Bagas mengeras, dadanya naik turun tak beraturan. Pria itu runtuh di dasar kursi sekejap, lalu berusaha menegakkan tubuh yang seakan roboh. Kursi yang semula terdiam, kini sedikit terdorong oleh amarahnya.Tangannya cekatan menyambar gelas, lalu meminum beberapa teguk air.Dalam beberapa detik, pikirannya berangsur jernih. “Astaghfirullah,” katanya, menguatkan diri.Perusahaan yang seharusnya bersikap netral, tapi malah sebaliknya. Mereka secara terang-terangan menyinggung masalah rumah tangga yang bukan ranah pekerjaan.Pria itu menegakkan posisi duduk, dan menarik napas perlahan. Menahan amarah yang sempat naik ke ubun-ubun.“Mereka sangat kurang kerjaan. Rumah tangga yang menjadi hal sensitif mereka singgung seenaknya. Ini memalukan.”Bagas terdiam sejenak, memijit pelipis yang mulai berdenyut.“Ajeng, tolong hendel sisa pekerjaan hari ini. Aku ada urusan sekarang,” kata p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status