Home / Fantasi / Sword of the Cosmos / Bab 1 – Pedang di Tengah Badai

Share

Sword of the Cosmos
Sword of the Cosmos
Author: Rygen

Bab 1 – Pedang di Tengah Badai

Author: Rygen
last update Last Updated: 2025-10-01 20:43:49

Langit sore itu seperti dirajut dari bara. Awan merah tua berputar di atas hutan purba, menandakan gejolak energi yang belum pernah terjadi selama ratusan tahun. Pohon-pohon raksasa bergoyang keras diterpa angin panas. Daun-daunnya beterbangan, berkilau oleh cahaya aneh yang memancar dari tanah.

Li Yuxian berdiri di tengah pusaran angin itu. Tubuhnya tegap, pakaian hitamnya berkibar liar, dan mata tajamnya memantulkan kilatan perak. Di hadapannya, tanah terbelah membentuk retakan sepanjang puluhan meter. Dari retakan itu keluar cahaya biru dan merah yang saling bertabrakan seperti dua naga berebut wilayah.

Ia menarik napas panjang. Udara di sekitar penuh tekanan energi yang bisa memecahkan tulang siapa pun yang terlalu dekat. Namun Yuxian tidak mundur. Di tangannya tergenggam sebilah pedang panjang berwarna keperakan, dengan urat cahaya halus yang bergerak di sepanjang bilahnya. Pedang itu bergetar pelan, seolah memiliki kesadaran sendiri.

“Energi ini bukan milik dunia manusia,” gumamnya perlahan. “Seperti napas dari langit itu sendiri.”

Di kejauhan, dua sosok berlari menembus kabut: Xu Liang dan Gadis Tombak. Xu Liang mengenakan jubah abu-abu panjang, wajahnya serius meski keringat menetes deras. Di punggungnya tergantung busur kayu yang tampak usang. Sementara di sebelahnya, Gadis Tombak berambut hitam panjang memegang tombak perak yang ujungnya memantulkan cahaya merah dari retakan di tanah.

“Yuxian!” teriak Xu Liang. “Jangan mendekat terlalu jauh! Energi itu makin tidak stabil!”

Yuxian tidak menoleh. Matanya tetap menatap dalam ke arah sumber cahaya.

“Justru karena tidak stabil, aku harus melihatnya dari dekat.”

Gadis Tombak menghentikan langkah. Ia memandang retakan itu dengan wajah tegang.

“Aku bisa merasakan aura kehancuran dari sana. Energi ini berbeda dari semua yang pernah kita temui. Kau yakin ingin terus maju?”

Yuxian mengangkat pedangnya, ujung bilah mengarah ke retakan yang berdenyut seperti jantung raksasa.

“Kalau aku tidak memahami asal kekuatan ini sekarang, besok mungkin sudah terlambat. Dunia kita tidak akan sempat bersiap.”

Xu Liang menatap sahabatnya itu, lalu menunduk pasrah. “Baiklah. Tapi kalau kau berani mati sendirian, aku akan menyeret rohmu kembali untuk menjelaskan apa yang kau pikirkan.”

Yuxian tersenyum samar. “Kalau begitu, bersiaplah melakukan hal itu.”

Ia melangkah maju. Setiap langkah terasa berat, seakan tanah menolak keberadaannya. Udara semakin panas. Dari retakan, uap merah naik, memutar di sekeliling Yuxian dan menciptakan lingkaran pusaran energi. Suara gemuruh mengguncang langit. Hujan cahaya mulai turun, bukan air, melainkan serpihan kecil seperti pecahan kristal yang menyala.

Xu Liang menegakkan busurnya dan memusatkan energi untuk menstabilkan area di sekitar mereka. Gadis Tombak menancapkan tombaknya ke tanah, membentuk penghalang tipis dari cahaya putih. Tapi meski mereka berdua sudah mengerahkan tenaga, tekanan dari pusat retakan semakin sulit dikendalikan.

Di tengah kekacauan itu, Yuxian berhenti. Tepat di depan kakinya, sesuatu berkilau di antara debu dan cahaya merah. Sebilah pedang kuno setengah tertanam di tanah. Gagangnya hitam polos, tetapi bilahnya memancarkan sinar biru pucat yang menembus kabut.

Jantung Yuxian berdebar keras. Ia berjongkok perlahan, merasakan hawa dingin mengalir dari pedang itu ke telapak tangannya. Ada bisikan halus yang nyaris tidak terdengar, seperti gema dari dimensi lain.

“Pedang ini menunggumu…”

Suara itu membuat darahnya berhenti mengalir sesaat. Ia menarik pedang itu perlahan, dan ketika bilahnya terangkat penuh, cahaya biru menyembur ke langit. Awan merah berputar lebih cepat, membentuk lingkaran besar di atas hutan.

Xu Liang berteriak, “Yuxian, lepas pedang itu!”

Namun Yuxian tidak bisa. Tangannya terkunci oleh kekuatan aneh yang mengalir dari bilah pedang. Cahaya biru melingkupi tubuhnya. Dari dalam retakan, terdengar raungan besar seperti jeritan raksasa.

Bumi bergetar. Retakan melebar hingga dua kali lipat. Dari dalamnya muncul pusaran hitam pekat, berputar liar dan mengisap cahaya di sekitarnya. Yuxian menatapnya dengan mata membulat. “Apa ini…?”

Suara berat menggema di pikirannya, lebih jelas dari sebelumnya.

“Kau menyentuh pedang kosmos, penjaga antara dunia. Jika kau lemah, kau akan dihancurkan. Jika kau kuat, kau akan menjadi bagian dari kekuatan itu sendiri.”

Yuxian menggertakkan gigi. “Aku tidak akan jadi bagian dari siapa pun. Aku akan menaklukkan kekuatan ini.”

Pedang di tangannya bergetar lebih keras. Energi biru dari bilahnya bertabrakan dengan aura hitam dari pusaran. Benturan dua kekuatan itu menciptakan ledakan cahaya yang membuat Xu Liang dan Gadis Tombak terpental ke belakang. Pohon-pohon tumbang, tanah terbelah, dan udara bergetar seperti kaca retak.

Li Yuxian berteriak keras. Tubuhnya terangkat beberapa meter ke udara, dikelilingi oleh lingkaran cahaya biru dan hitam yang terus berputar. Pedangnya bersinar menyilaukan. Dalam sekejap, cahaya itu menembus langit, membuat awan di atasnya pecah seperti tirai yang disobek.

Xu Liang menutupi wajahnya dari kilatan itu. “Gila! Energinya melonjak lebih tinggi lagi!”

Gadis Tombak menatap ke arah Yuxian dengan mata melebar. “Dia sedang bertarung melawan energi itu. Kalau dia kalah, tubuhnya bisa hancur total!”

Dalam pusaran cahaya, Yuxian berjuang keras. Kedua tangannya menggenggam pedang erat. Darah menetes dari jarinya, tetapi tatapannya tak tergoyahkan.

“Aku… tidak akan kalah,” desisnya.

Tiba-tiba, pusaran energi berhenti berputar. Suara menggelegar bergema dari langit. Lalu, dari dalam pusaran hitam itu, sesuatu mulai keluar bayangan besar dengan mata merah membara, menyerupai bentuk manusia namun tak memiliki wajah. Sosok itu memancarkan tekanan yang membuat udara bergetar.

Xu Liang menelan ludah. “Itu… roh inti gelap?”

Gadis Tombak menegakkan tubuhnya, memegang tombak lebih erat. “Tidak mungkin. Energinya jauh lebih kuat dari itu.”

Bayangan itu menatap Yuxian dari dalam pusaran. Suaranya seperti gema dari ratusan suara sekaligus.

“Manusia pedang… apakah kau siap menjadi penentu nasib dunia ini?”

Cahaya biru di sekitar Yuxian meredup sesaat. Angin berhenti. Bahkan daun-daun yang beterbangan tampak membeku di udara.

Li Yuxian memandangi makhluk itu tanpa berkedip. “Kalau dunia ini memang menuntut seseorang untuk menebas takdirnya sendiri… maka aku akan jadi orang itu.”

Pedang di tangannya bergetar, lalu bersinar kembali, kali ini lebih terang dari sebelumnya. Langit hening sesaat. Kemudian bumi kembali berguncang. Retakan di tanah tiba-tiba terbuka lebar, menyedot segalanya ke dalam kegelapan.

Xu Liang berteriak sekuat tenaga, “Yuxian! Mundur sekarang!”

Namun suara itu tenggelam dalam gemuruh besar saat tubuh Li Yuxian terseret ke dalam pusaran cahaya hitam dan biru. Dan pada detik itu, langit di atas hutan purba pecah, menandai dimulainya sesuatu yang akan mengubah nasib dunia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sword of the Cosmos   Bab 10 – Ledakan dari Dalam Inti

    Ledakan cahaya putih itu memekakkan telinga. Udara bergetar seperti ditarik dari segala arah, dan tanah di bawah kaki Li Yuxian pecah membentuk jurang kecil yang menyebar cepat. Xu Liang dan Gadis Tombak menutup wajah mereka dengan lengan, berusaha bertahan di tengah tekanan yang nyaris membuat paru-paru mereka berhenti bekerja.Yuxian berdiri di tengah pusaran, tubuhnya bergetar hebat. Pedang biru keperakan di tangannya bergetar seolah-olah sedang menahan sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya. Dari bilah pedang itu, muncul percikan kecil cahaya biru yang melesat ke arah langit, menembus kabut tebal dan menggetarkan seluruh hutan purba.“Energi ini tidak sama seperti sebelumnya,” kata Xu Liang dengan suara gemetar. “Seolah ada sesuatu yang terbangun di dalamnya.”Gadis Tombak menatap ke arah pusat pusaran. “Bukan hanya terbangun. Energi itu sedang berevolusi.”Yuxian menggertakkan gigi, menahan arus kekuatan yang mulai menelan tubuhnya. Suara gemuruh memenuhi udara ketika pusaran

  • Sword of the Cosmos   Bab 9 – Pertarungan Melawan Pusaran Kosmik

    Li Yuxian berdiri di tengah reruntuhan hutan purba, pedang biru keperakan tergenggam erat di tangannya. Gelombang energi yang baru pecah menciptakan pusaran cahaya merah dan biru yang berputar liar, menimbulkan tekanan hebat yang mengguncang tanah. Pohon-pohon runtuh, tanah retak semakin melebar, dan udara dipenuhi debu serta serpihan kayu.Xu Liang dan Gadis Tombak menatap Yuxian dengan mata terbelalak. Tubuh mereka bergetar mengikuti setiap gelombang energi yang menghantam sekeliling mereka.“Yuxian, energi itu semakin liar!” teriak Xu Liang.“Aku tahu,” jawab Yuxian dengan napas berat. “Aku harus menyatu dengan pedang ini dan pusaran energi jika ingin selamat.”Gadis Tombak menunduk, tombaknya membentuk medan pelindung tipis untuk menahan serpihan yang beterbangan. “Kau satu-satunya yang bisa menahan gelombang itu. Aku tidak ingin kehilanganmu.”Yuxian menelan ludah, menatap inti pusaran yang berdenyut semakin cepat. Cahaya biru keperakan dari pedangnya memantul ke gelombang energi

  • Sword of the Cosmos   Bab 8 – Pusaran Energi yang Meningkat

    Li Yuxian berdiri di tengah reruntuhan hutan purba, pedang biru keperakan menggenggam erat di tangannya. Cahaya dari pedang itu menembus debu dan serpihan pohon yang beterbangan. Pusaran energi di depan mereka telah pecah menjadi beberapa gelombang besar, masing-masing berdenyut merah dan biru, mengirimkan tekanan yang menghancurkan tanah dan memutar udara di sekeliling mereka.Xu Liang dan Gadis Tombak berdiri di belakangnya, tubuh mereka bergetar mengikuti getaran energi. Mata mereka menatap Yuxian dengan campuran kekaguman dan ketakutan.“Kita belum pernah menghadapi energi seperti ini sebelumnya,” desis Xu Liang. “Setiap gelombangnya bisa menghancurkan kita.”“Aku tahu,” jawab Yuxian. Napasnya berat, tubuhnya bergetar mengikuti denyut energi. “Aku harus menyatu dengan gelombang ini. Jika gagal, kita semua akan hancur.”Gadis Tombak menunduk, tombaknya membentuk medan tipis untuk menahan serpihan pohon yang beterbangan liar. “Kau satu-satunya yang bisa menghadapi ini. Aku tidak ing

  • Sword of the Cosmos   Bab 7 – Munculnya Sosok Misterius

    Li Yuxian berdiri di tengah hutan purba yang hancur berantakan. Pedang biru keperakan di tangannya berdenyut lebih kuat dari sebelumnya. Angin berputar liar, serpihan pohon dan debu beterbangan memenuhi udara. Di pusat pusaran, sosok misterius yang bersinar merah dan biru bergerak perlahan, mengeluarkan gelombang energi yang menekan seluruh hutan.Xu Liang dan Gadis Tombak menatap dengan mata terbelalak. Mereka tidak pernah menyaksikan energi seperti ini sebelumnya. Tubuh mereka bergoyang akibat tekanan gelombang energi yang terus menghantam.“Yuxian, kau harus berhati-hati,” teriak Xu Liang. “Energi itu… jauh lebih kuat dari bayangan sebelumnya.”“Aku tahu,” jawab Yuxian. Suaranya tegas, napasnya berat. “Pedang ini dan aku harus menyatu dengan energi itu sekarang. Jika tidak, kita semua akan hancur.”Gadis Tombak menekuk lutut, tombaknya membentuk medan pelindung tipis. “Aku tidak ingin kehilanganmu,” gumamnya. “Tetapi kau satu-satunya yang bisa menghadapi ini langsung.”Yuxian menel

  • Sword of the Cosmos   Bab 6 – Pusaran Energi Baru

    Li Yuxian berdiri di tengah hutan purba yang porak-poranda. Pedang biru keperakan di tangannya berdenyut lebih kuat daripada sebelumnya. Debu beterbangan, serpihan pohon terlempar ke udara, dan tanah retak menyebar seperti jaringan sungai yang membelah hutan. Udara terasa panas dan dingin sekaligus, seakan menandakan kekuatan baru yang sedang menunggu untuk dilepas.Xu Liang dan Gadis Tombak berdiri di belakangnya, tubuh mereka tegang. Mata mereka menatap pusaran energi merah dan biru yang berdenyut di pusat retakan.“Apa itu… energi baru?” desis Xu Liang sambil menahan tubuhnya agar tidak terseret gelombang energi.“Sepertinya energi ini bereaksi terhadap pedangmu,” jawab Yuxian. Suaranya mantap, tetapi napasnya terdengar berat. “Jika aku tidak segera mengimbangi ritmenya, kita semua akan hancur.”Gadis Tombak menatap sahabatnya dengan cemas. “Kau harus berhati-hati. Energi itu… jauh lebih liar daripada sebelumnya. Bahkan bayangan gelap yang sebelumnya menyerang kita tampaknya mengan

  • Sword of the Cosmos   Bab 5 – Gelombang Energi yang Menyala

    Li Yuxian terlempar ke udara, tubuhnya berputar beberapa kali sebelum mendarat di tanah yang retak. Debu dan serpihan pohon beterbangan di sekelilingnya. Pedang biru keperakan masih tergenggam erat di tangannya, bersinar terang menahan sebagian gelombang energi yang menelan hutan purba.Xu Liang dan Gadis Tombak berlari ke arahnya, langkah mereka berat karena tanah retak dan serpihan pohon yang berserakan. Wajah mereka dipenuhi kecemasan.“Yuxian, kau baik-baik saja!” teriak Xu Liang.“Aku masih hidup,” jawab Yuxian sambil menggelengkan kepala. “Tapi energi itu… lebih dahsyat dari yang kukira. Aku harus cepat menemukan ritmenya.”Gadis Tombak menatap sahabatnya dengan mata cemas. “Kalau kau gagal memahami energi itu sekarang, tidak ada yang bisa menolong kita.”“Aku tahu,” gumam Yuxian. “Aku harus menyesuaikan diri. Pedang ini dan energi itu harus sinkron, atau kita semua akan hancur.”Yuxian menutup mata sebentar, merasakan denyut energi yang tersisa di tanah, udara, dan inti retakan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status