Hanya Aku Yang Tidak Diberi Seragam Oleh Keluarga Suamiku. Bag 2
**
"Riana. Apa-apaan kamu!" kata Ibu marah padaku. Aku mendengkus kesal saat dia menarik tanganku untuk menjauh dari pelaminan itu seakan-akan aku memang tidak pantas berada diantara keluarga besar mereka.
Yang membuat hatiku sakit adalah Mas Ferdi diam saat Ibunya bersikap kasar padaku, hanya Dini yang ada di sampingku. Anakku yang selalu menjadi tempatku berkeluh kesah. Apa saja akan aku ceritakan kepadanya. Tentu saja itu kulakukan saat dia tidur agar aku tidak terlalu depresi menghadapi kelakuan keluarganya.
"Apa-apaan sih, Bu."
"Kamu jangan mengacau di sini Riana! Tugas kamu di dapur. Pergi kamu dan jangan ngaku-ngaku kamu!"
Mata Ibu mendelik melihatku. Seakan bola matanya mau keluar karena dia gak suka dengan tingkahku yang mempermalukan keluarganya jika aku ikut berphoto di sana bersama mereka. Melihat pertikaian kami anakku, Dini menangis. Anak ku itu hampir empat tahun dan terkejut melihat perlakukan neneknya.
"Riana. Kebelakang kamu. Kamu bawa anak kamu itu. Ini hari penting buat anakku, Yumna. Jangan buat malu kamu!"
Beberapa orang berbisik-bisik melihat pertikaian kami. Mereka beberapa tahu dan beberapa lagi tidak. Mungkin keluarga mempelai pria atau suami Yumna tidak tahu kalau aku kakak iparnya. Dengan isyarat mata Ibu menyuruh Mas Ferdi membawaku. Dia tidak mau acara keluarganya berantakan. Mas Ferdi menatapku sengit dan raut wajahnya begitu garang. Dia lalu menyeret ku. Aku langsung menggendong anakku dari acara resepsi pernikahan itu.
"Itu siapa, Jeng?"
"Oh, itu sebenarnya orang mengacau saja?"
"Jeng Imah kenal?" tanya mertua Yumna yang heran dengan keributan.
"Saya gak tau siapa ..." Ibu mertua meringis menggantung ucapannya. Dia merasa malu karena aku mempermalukan diriku pada mereka. Dia benar-benar marah padaku karena aku mengacaukan pesta pernikahan Yumna.
Mas Ferdi semakin membawaku menjauh dari acara resepsi itu. Kini dia menarik ku ke sebuah kamar kosong. Di sana dia pasti akan memarahiku. Mas Ferdi lalu sengaja mengunci pintunya. Apa yang dilakukannya tadi juga mendapat perhatian dari banyak tamu dan keluarga. Mereka heran dengan perlakukan kasar suami dan mertuaku. Aku meronta minta tanganku di lepaskan.
Setelah berada di kamar. Mas Ferdi melepaskan tanganku dengan kasar. Dia mendorongku kasar hingga aku nyaris terjatuh beserta anakku.
"Riana. Apa maksud kamu, Ha. Kamu hampir membuat pesta keluarga ku berantakan. Ibu bisa marah kalau begitu. Kenapa sih kamu gak bisa bekerja sama sedikit saja!"
"Bekerja sama? Kamu nyalahkan aku. Aku selalu salah di mata kamu, Mas. Jelas-jelas Ibu kamu yang kasar sama aku. Dia suruh aku cuci piring. Ingat, Mas. Aku istri bukan babu. Ingat itu!"
Mas Ferdi mendelik menatapku. Dia lalu menghela napas kasar berusaha sabar. Tapi, aku tahu sebenarnya dia tak terima. Dia ingin marah-marah lebih panjang padaku. Namun, ini sedang ada pesta sehingga dia tak melakukannya.
"Huhuhu .... "
"Riana kamu diamkan anak itu. Aku pusing mendengarnya."
"Anak itu? Ini anak kita, Mas."
"Apapun itu diamkan dia. Pusing aku sama kelakuan kamu dan Dini!" Mas Ferdi mendengkus.
"Kalau begitu kami mau pulang saja, Mas. Aku juga gak dihargai sama keluarga kamu. Aku gak mau lagi ada di pesta ini!"
"Hargailah sebentar Ibuku, Riana. Gak kasihan kamu sama dia. Aku minta kamu bantulah di belakang sesuai perintah Ibu."
"Udah aku bilang kalau aku bukan babu. Aku istri. Aku gak mau, Mas. Aku gak mau melakukan itu! Maaf aku pergi saja!"
Aku muak dengan kelakuan Mas Ferdi. Aku lalu menggendong anakku yang menangis. Aku kemudian berlalu dari Mas Ferdi. Dia berusaha menghentikan ku. Namun, aku dengan kasar berusaha keluar. Ternyata di luar kamar itu beberapa orang mengintip. Terutama Bu Sutinah yang terkenal ratu gosip kampung. Biarkan saja dia akan bergosip biar mereka tahu kelakuan Ibu mertuaku.
"Eh, Riana. Kamu mau kemana?" tanya Bu Sutinah meringis karena ketahuan menguping bersama ibu-ibu lainnya juga.
"Pulang. Ngapain toh di sini kalau aku aja gak di kasih seragam. Udah, Bu Sutinah, bantu cuci piring aja sana. Aku ogah!"
"Kamu mau pulang, Riana?" tanyanya lagi.
"Ya ..."
Aku berlalu. Bu Sutinah menyeringai sepertinya mendapatkan gosip baru untuk di ceritakan seantero kampung. Biar saja Ibu mertua malu. Aku sudah gak peduli. Pun dengan Mas Ferdi.
"Riana!" Mas Ferdi memanggil ketika kami hendak pulang naik ojeg.
"Apalagi, Mas."
"Kamu udah melawan aku namanya. Aku gak bakal kasih kamu uang kalau kamu gak mau nurut!" Mas Ferdi menatap tajam.
Aku tetap gak peduli dan pergi saja. Gak kasih uang? Emang selama ini dia kasih aku uang cukup? Enggak kali. Lihat saja, Mas. Kamu belum tahu siapa aku!
Bersambung.
TAK DIBERI SERAGAM KELUARGA BAG 3 S2. **PoV FERDI**"Riana, ini sudah malam apakah kamu nggak bisa menginap di sini aja?" tanyaku ke Riana. Perkataan itu terlontar begitu saja. Entah kenapa aku ingin melihat Riana dan Dini lebih lama lagi. Aku juga baru tahu mereka tetanggaku dan aku belum menikmati masa-masa bersama mereka. Kalau saja aku tahu lebih lama mereka tetanggaku mungkin aku bisa betah di rumah dan tidak perlu banyak keluar rumah bisa mengamati Riana. Walaupun dia bukan Istriku lagi. Dia tertawa kecil. Entah kenapa tawanya Itu membuat hatiku gusar. Hatiku gusar, aku hanya bisa melihatnya tidak bisa melakukan hal lebih seperti dulu lagi. Kenapa rasa itu bisa sesakit ini tapi begitulah kehidupan. Ku melepas sesuatu yang seharusnya tidak ku lepaskan. Namun justru aku harus kehilangan segalanya setelah Riana pergi dariku dan itu adalah penyesalan terbesar dalam hidupku yang tidak bisa hindari dan membuatku semakin terpuruk sedih ketika mengingat itu. "Maaf, Mas Ferdi kaya
TAK DIBERI SERAGAM KELUARGA S2 BAB 2. **PoV FERDI.Kulihat Riana sudah keluar dari rumah yang ada di samping rumah kontrakan kami. Rumah kontrakan kami itu berjejer jadi dia tinggal di sebelah rumahku. Aku sangat miris dari dulu sampai sekarang Riana selalu saja ingin membeli rumah sendiri. Tetapi bersamaku justru dia tidak mendapatkan hal tersebut. Pernah suatu saat kami itu saling bercerita satu sama lain di mana Riana mengatakan kalau lebih bagus kami menabung bersama-sama. Tidak boleh ada uang yang seharusnya ditutup-tutupi. Tapi aku sama sekali nggak mau hal itu terjadi karena bagiku uangku adalah milikku dan bukan punya Riana. Jadi aku bebas sesuka ku melakukan apa saja dengan uang yang ku dapatkan dari pekerjaan. Padahal aku menyadari tujuan Riana sebenarnya baik. Agar kami memiliki rumah bersama tidak perlu mengontak rumah lagi di dekat rumah ibu yang dulu selalu saja mengatur-ngatur kehidupan kami sebagai suami istri. Namun nasi sudah menjadi bubur. Aku menyesali segalany
TAK DI BERI SERAGAM KELUARGA SEASON2 BAG 1. **POV FERDI. hatiku begitu hampa dengan kebohongan yang diciptakan Felisha. Kenapa dia tega sekali membohongi ku di saat aku sudah mulai percaya dia. Sampai anaknya lahir aku tetap percaya kepadanya kalau itu adalah anakku. Kenyataannya itu bukan anakku sampai sekarang aku juga nggak tahu Itu anak siapa. Tapi tes DNA membuktikan kalau bayi yang dilahirkan Felisha memang bukan anakku. Malam ini aku merasa benar-benar terpuruk. Saat rumah di sebelah kami sudah tidak ada lagi penghuninya. Biasanya tinggal Riana bersama Aryo dan juga Dini anakku di sana. Aku juga baru tahu kalau mereka sebenarnya tetangga ku tapi kenapa aku baru tahu sekarang dan hanya sebentar aku mengetahui dia tetanggaku. Tapi sekarang mereka sudah tidak ada lagi di sini membuat hatiku sedih. Aku berpikir beberapa saat. Apakah Riana mau kembali lagi kepadaku. Entah kenapa aku menyesal menceraikan dia aku membuang berlian berharga dan mendapatkan batu akik. Tidak seperti
Kami membangun rumah impian kami. Suamiku juga membuat rumah itu atas nama ku dan juga kebahagiaan kami yang sebentar lagi akan memiliki anak dia tidak ragu melakukan itu karena katanya anak dan diriku lebih berhak atas dirinya. Aku sangat bahagia dipertemukan oleh laki-laki yang baik seperti Mas Aryo yang bisa memberikan aku kebahagiaan. "Riana, kamu jadi pindah?" kata Mas Ferdi saat kami sibuk berbenah barang-barang yang akan membawa kami ke rumah baru. "Alhamdulillah, Iya, Mas." Aku melihat wajah kecewa Mas Ferdi ketika aku mengatakan akan pindah rumah. Saat itu Mas Aryo juga melihat kami sedang berbicara dan dia segera menghampiri. "Terima kasih Ferdi karena selama ini sudah menjadi tetangga yang baik bagi kami.""Kalian pindah ke mana? Bagaimanapun Dini adalah anakku dan aku berhak untuk tahu di mana kepindahan kalian karena aku ingin bertemu dengan Dini seterusnya dan kalian tidak boleh menghalang-halangi aku!" kata Mas Ferdi. "Tentu saja aku akan memberikan alamatnya kepad
Mas Ferdi terdiam sejenak. Dia memandangku sendu. Ada rasa sedih ketika aku mengatakan itu tetapi aku harus mengatakan di depan Felisha agar dia tahu bagaimana sikap Mas Ferdi ketika kami menikah dulu dan dia jangan menuduhku sembarangan. "Cukup, Felisha. Kenapa kamu malah bawa-bawa Riana dalam hal ini. Lagi pula aku dan Riana sudah berpisah dan Dini memang anakku. Aku yakin karena Riana juga sudah bersumpah itu anak kami. Yang pasti Riana tidak seperti kamu Felisha. Wanita ular yang tukang selingkuh. Hari ini juga aku menceraikanmu. Kamu bukan Istriku lagi. Dari dulu seharusnya aku menceraikanmu dan tidak menerimamu sebagai istri. Aku tidak mau lagi hidup dengan perempuan penjahat seperti ini yang menipuku serta keluargaku!" Mas Ferdi mengatakan begitu saja kalau dia muak dengan segalanya yang diciptakan Felisha. "Ferdi. Kenapa kamu mengambil keputusan kayak gini. Tidak seharusnya kamu menceraikan anak saya dalam keadaan kayak gini!" kata Ibunya gak terima. "Sadar, Bu. Anak kamu
HANYA AKU YANG TAK DIBERI SERAGAM OLEH KELUARGA SUAMIKU 38. **POV RIANA. Saat aku diajak oleh suamiku untuk melihat hasil tes DNA. Kami pergi ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Suamiku sudah bergetar dan dia merasa takut sebenarnya untuk melihat hasil dari tes DNA itu. Beberapa kali dia menggenggam tanganku dengan erat untuk memberikan ku sugesti agar bisa menerima jika benar anak yang dilahirkan Felisha adalah anaknya maka aku juga harus menerima anak itu. Namun, kami bisa bernapas lega karena ketika Dokter memberikan hasil tes itu hasilnya negatif. Anak yang dilahirkan Felisha bukan anak dari Mas Aryo. Aku bisa bernafas lega dan saat itu Mas Aryo memelukku. Aku nggak tahu kenapa dia begitu bahagia saat tahu kalau Felisha bukan mengandung anaknya. "Terima kasih, Sayang. Karena kamu sudah percaya padaku. Alhamdulillah hasilnya negatif." "Kenapa kamu begitu bahagia, Mas tidak mempunyai anak dari Felisha. Apakah dia perempuan yang begitu buruk?" Aku bertanya begitu saja
Felisha juga tidak bisa bebas seperti dulu lagi karena dia melahirkan secara sesar, jadi dia harus menjaga bentuk tubuhnya agar lebih ideal. Dia harus lebih banyak istirahat untuk memulihkan kondisinya sehabis melahirkan. Kertas yang dilempar Ferdi itu jatuh tepat ke wajah Felisha. Felisha tidak mengerti kenapa Ferdi datang marah-marah padanya. Sudah hampir sebulan dia tidak datang kemari bahkan tidak menafkahi. Apakah ini lelaki yang disebut suami?Ferdi dan keluarganya hanya membuat Felisha susah saja. Felisa menikah hanya untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun, kini dia mendapat sengsara. Kalau kayak gini lebih bagus anak yang dilahirkannya diserahkannya saja kepada Ferdi. "Apa ini, Mas. Kenapa kamu datang tiba-tiba marah-marah sama aku dan kamu ngelempar kertas ini ke wajahku. Aku nggak suka kayak gitu kamu udah hampir 1 bulan nggak datang bahkan nggak menafkahi. Apa maksud kamu? Kamu mau menelantarkan aku!" kata Felisha geram. Pertengkaran yang terjadi di antara mereka di dengar
HANYA AKU YANG TAK DIBERI SERAGAM OLEH KELUARGA SUAMIKU 37. **Aryo kepikiran terus dengan ucapan Ferdi yang mengatakan kalau anak Felisha itu anaknya. Bagaimana kalau benar anak Felisha adalah anaknya karena seperti yang dikatakan kalau pernikahan mereka baru 7 bulan tetapi Felisha sudah melahirkan. Dia terakhir kali tidak melakukan hubungan badan dengan Felisha 3 bulan yang lalu sebelum mereka berpisah saat Felisha ketahuan selingkuh dengan lelaki lain dan jalan bareng dengan Ferdi. Apakah itu anaknya karena waktunya mepet-mepet sekali membuat kepala Aryo mau pecah memikirkannya. Jalan satu-satunya adalah dengan tes DNA. "Mas, kamu dari tadi belum makan. Bagaimana kalau kamu sakit. Kamu nggak usah mikirin itu," kata Riana lembut. Dia memegang bahu suaminya itu agar suaminya bersabar dengan cobaan yang sedang mereka hadapi. "Bagaimana aku tidak kepikiran, Riana. Kalau anak itu adalah anakku bagaimana? Sejujurnya aku nggak mau punya anak dari Felisa. Dia nggak pantas jadi seorang
Ferdi terdiam ketika keluarganya mengatakan itu. Dia akan melakukan tes DNA saja seperti yang di sampaikan oleh Yumna. Bila anaknya, mungkin saja itu anak Aryo. Ferdi bisa dibebankan kepada laki-laki tersebut karena Ferdi tidak ingin mengurus bayi yang dilahirkan Felisha. **Ferdi pun melakukan rencananya. Dia mengambil sampel bayi itu diam-diam. Dia memotong kuku bayi itu kemudian dia mengambil rambut bayi itu untuk dilakukan tes DNA. Dia akan nekat saja karena kalau meminta izin dari Felisa maka wanita itu tidak akan mengizinkan. Kalau terbukti itu bukan anaknya maka Ferdi tidak akan segan lagi. Tidak akan pernah memaafkan Felisha. "Felie, untuk sementara waktu kamu tinggal saja dulu di rumah orang tuamu karena nggak ada juga yang bisa ngerawat kamu kalau tinggal bersamaku." Orang tua Felisha saat itu datang menjenguk anak mereka. Mereka sedang menggendong bayi yang dilahirkan Felisha. Bayi itu perempuan dengan bobot 3,3 kg lahir dalam keadaan sehat secara operasi sesar. "Oke ak