Hanya aku yang tak diberi seragam oleh keluarga suamiku. Aku juga sering membantu Ibu mertua dan adik ipar namun mereka memperlakukan aku layaknya babu. Akan kubuat mereka menyesal karena memperlakukan aku layaknya babu bukan menantu. Karena Ibu mertua tak akan mendapatkan menantu sebaik aku.
View MoreHanya Aku Yang Tidak Diberi Seragam Oleh Keluarga Suamiku
**
[Bilang sama Riana, Ferdi. Kamu jadi suami kok lembek amat. Masa dia gak datang kemarin. Dua hari lagi Yumna menikah. Adek kandung kamu kawin. Jadi kamu bilangin sama bini kamu suruh datang.]
[Ia, jadi suami jangan takut sama istri. Apalagi pekerjaan kamu bagus. Gara-gara dia gak datang Ibu kemarin repot harus bayar orang lebih buat cuci piring. Ibu gak mau tahu kamu suruh dia datang dua hari lagi ke pesta pernikahan Yumna.]
[Setuju. Yumna juga kesal. Kan malu di acara lamaran juga gak datang. Mbak Riana di tanyai saudara tahu gak, Mas.]
Aku membaca satu persatu pesan-pesan yang mereka kirimkan ke grup wa. Sakit hatiku membacanya. Baru dua kali tak datang ke hajatan keluarga Mas Ferdi tapi aku udah di bicarakan seakan aku penjahat di keluarganya. Aku sengaja menyadap wa suamiku.
Percuma aku datang kalau gak dianggap. Mereka cuma butuh tenagaku saja. Sementara Mas Ferdi dan keluarganya gak pernah datang ke hajatan keluargaku sekalipun.
Waktu adekku Indri nikah dia gak mau datang. Waktu Kamil adik bungsuku di khitan dia juga gak mau datang. Pokoknya banyak acara keluargaku dia gak pernah mau datang.
Aku merasa malu sama beberapa tamu yang selalu bertanya padaku di mana suamiku. Kenapa dia gak datang?
Aku kemudian membaca pesan yang lain dari gawai Mas Ferdi. Ternyata dia masih sering berhubungan dengan mantannya. Felisha nama mantan suamiku. Membaca pesannya membuat hatiku sakit dan tercabik.
[Mas, kenapa ya kita gak jodoh. Pasti Riana bahagia hidup dengan kamu. Aku masih cinta sama kamu. Ternyata suamiku tidak sebaik kamu, Mas.]
[Ya mau bagaimana lagi. Kan kamu dulu yang ninggalin aku.]
[Aku menyesal, Mas. Aku kan udah berkali-kali minta maaf padamu. Tak sudikah kamu memaafkanku.]
[Aku butuh pembuktian bukan cuma maaf.]
[Pembuktian seperti apa yang kamu mau. Aku akan buktikan padamu.]
Nyeri rasanya dadaku membaca pesan-pesan mereka. Benar benar membuat aku sakit hati. Entah apa yang sudah di lakukannya pada mantan kekasihnya itu.
[Kamu pasti lagi tidur sama istri kamu?]
[Kenapa emang? Kamu juga lagi sama suami kamu, 'kan?]
[Enggaklah. Suamiku bikin kesal dia main gawai aja seharian. Dia pasti juga punya kekasih gelap.]
[Kalau aku lagi sama istri aku kamu cemburu gak?]
[Iyalah. Aku kan udah bilang kalau masih sayang sama kamu. Menurut kamu siapa lebih cantik. Aku atau istri kamu.]
[Sebenarnya cantikan kamu tapi kamu istri orang.]
[Emangnya istri kamu kurang cantik?]
[Biasa aja.]
[Kalau biasa. Kenapa kamu nikahin dia?]
[Namanya udah jodoh.]
Aku merasa kecewa ketika membaca pesan-pesan dari gawai Mas Ferdi. Dia meladeni saja setiap kiriman dari Felisha. Dia anggap aku apa? Padahal aku setia padanya. Aku berusaha agar menjaga kehormatan ku sebagai istri Inya dan Ibu dari anak kami, Dini yang sudah berusia lima tahun.
Aku kembali membuka chat dari keluarganya. Banyak lagi pesan masuk.
[Ferdi. Kenapa Riana gak hamil lagi? Anak kamu cuma satu aja dari tahun ke tahun. Gak malu sama keluarga yang punya banyak anak. Istri kamu itu cuma di rumah kerjanya ongkang-ongkang kaki. Sementara kamu kerja banting tulang. Harusnya kalau istri di rumah maka anak di banyakin. Mandul kali istrimu. Ganti aja udah."
Celetuk Mbak Rahmi di grup keluarga. Aku mendengkus membaca pesannya yang membuat kesal. Padahal beberapa kali aku menjaga anaknya yang tiga orang itu. Dia suka menitipkan anaknya padaku. Kalau di depan dia bermulut manis agar aku mau menjaga anaknya yang berusia 3 dan 5 tahun sementara anaknya berusia 7 tahun agak nakal. Terkadang bertengkar dengan Dini.
Suamiku anak pertama dan mempunyai dua adik perempuan dan satu adik lelaki. Adik lelakinya jarang nongol di grup wa keluarga karena masih SMA. Adiknya itu terkenal nakal dan suka tawuran.
"Riana. Kamu di tanyain sama keluargaku. Kenapa kamu gak datang di hajatan nya Yumna. Dua hari lagi hari pernikahannya. Kamu harus datang, Riana."
Mas Ferdi masuk dan aku tersentak. Aku melihat wajah kesalnya. Dia marah padaku seharusnya dia marah sama keluarganya.
"Untuk apa aku datang. Aku capek sama kamu. Kamu dan keluargamu egois semua."
"Egois apa. Berani kamu menjelekkan keluargaku!"
Mata Mas Ferdi mendelik menatapku. Aku malas untuk sementara membahas karena hatiku sakit membaca semua pesan-pesannya di grup keluarga dan belum lagi chat nya dengan Felisha.
"Mau kemana kamu, Riana. Selesaikan ini. Pokoknya dua hari lagi aku gak mau tahu kamu harus datang."
"Untuk apa aku datang. Untuk jadi tukang cuci piring. Sementara kalian berphoto dengan pakaian seragam."
"Ngomong apa kamu!"
"Udahlah, Mas. Aku tahu kalau keluargamu gak suka sama aku. Entah apa salahku sama keluargamu. Aku cuma di jadikan tukang bantu-bantu di hajatan tanpa boleh ke depan. Kamu tahu gak. Kamu sendiri gak pernah mau datang ke hajatan keluargaku apalagi keluargamu. Kenapa kamu gak pernah mau datang ke hajatan keluargaku?"
Aku menatap kesal Mas Ferdi. Dia menghela napas berusaha mencari perkataan yang tepat.
"Aku gak bisa berbaur sama keluargamu."
"Jangankan kasih uang. Datang hajatan ke keluargaku saja kamu gak mau."
"Bicara apa kamu. Kamu berharap aku kasih uang ke keluarga kamu. Mereka keluargamu dan bukan keluargaku. Bukan tugasku kasih uang sama mereka. Pikir, Riana!"
Aku semakin emosi saja mendengar ucapan Mas Ferdi. Baiklah jika dia sudah mulai hitung-hitungan sama aku.
"Mas. Aku meninggalkan pekerjaanku demi berbakti sama kamu. Karena gak ada yang jaga anak kita sementara Ibu dan adik-adikku ada di kampung. Tapi apa yang kudapat. Kamu bahkan pelit sama aku."
"Sekarang Dini sudah besar lebih baik kamu kerja saja untuk ngasih keluargamu. Itu bukan keluargaku! Ingat kamu harus datang ke acara Riana!" Dia mengancam ku.
Aku mendengkus kesal. Lihat saja. Ku permalukan keluargamu.
**
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Tentu saja mereka sudah rapi dan menggunakan seragam semua. Hanya aku yang tak di belikan oleh Ibu dan Mbak Rahmi.
"Eh, kamu datang juga ya. Akhirnya, tapi maaf gak ada seragam karena waktu rapat kerja kamu gak datang sih. Riana. Mbak kan agak sibuk gimana kalau kamu jagain Chikita dan Cantika. Kalau Miko biar dia main sendiri karena udah 7 tahun juga."
"Maaf, Mbak gak bisa. Aku lebih baik jagain anak aku!" kataku langsung menjawab ucapannya.
"Kamu nolak perintahku!" Dia mendengkus marah.
"Iya, kenapa itu kan anak kamu. Kamu gak mandul dan subur sehingga bisa punya anak banyak ya udah jaga sendiri!"
Wajah Mbak Rahmi memerah karena marah mendengar ucapanku.
"Ada apa ini. Sebentar lagi kita mau photo bareng. Riana, kamu akhirnya datang. Bantu-bantu cuci piring di belakang. Ibu cuma bayar satu orang aja tuh. Lagian pakaian kamu kok jelek banget. Malu-maluin!" Ibu mertua menyambung. Dengan tega mengatakan itu padaku.
Aku hanya diam saja malas menjawabnya. Beberapa saat kemudian tukang photo menyuruh keluarga pengantin agar datang untuk berfoto bersama.
Mereka semua bersiap-siap ke pelaminan untuk berfoto dengan Yumna dan suaminya. Mas Ferdi juga sudah bersiap-siap mengambilkan tempat untuk berfoto tetapi dia sama sekali tidak mengajak ku.
Ketika juru foto itu hendak mengambil gambar mereka tiba-tiba aku datang saja dan masuk ke pelaminan. Mereka semua heran melihatku karena pakaian ku berbeda dari mereka semua.
"Maaf, Mbak ini siapa?" tanya juru photo itu.
"Eh, Mas. Saya kakak ipar mempelai perempuan. Masa Ibu mertua nyuruh menantunya cuci piring di belakang padahal itu tugas orang kerja dan di bayar. Ogah, aku juga mau ikutan photo!"
"Apa-apaan kamu Riana!" bentak Ibu marah karena merasa malu.
Rame lanjut 🙏
TAK DIBERI SERAGAM KELUARGA BAG 3 S2. **PoV FERDI**"Riana, ini sudah malam apakah kamu nggak bisa menginap di sini aja?" tanyaku ke Riana. Perkataan itu terlontar begitu saja. Entah kenapa aku ingin melihat Riana dan Dini lebih lama lagi. Aku juga baru tahu mereka tetanggaku dan aku belum menikmati masa-masa bersama mereka. Kalau saja aku tahu lebih lama mereka tetanggaku mungkin aku bisa betah di rumah dan tidak perlu banyak keluar rumah bisa mengamati Riana. Walaupun dia bukan Istriku lagi. Dia tertawa kecil. Entah kenapa tawanya Itu membuat hatiku gusar. Hatiku gusar, aku hanya bisa melihatnya tidak bisa melakukan hal lebih seperti dulu lagi. Kenapa rasa itu bisa sesakit ini tapi begitulah kehidupan. Ku melepas sesuatu yang seharusnya tidak ku lepaskan. Namun justru aku harus kehilangan segalanya setelah Riana pergi dariku dan itu adalah penyesalan terbesar dalam hidupku yang tidak bisa hindari dan membuatku semakin terpuruk sedih ketika mengingat itu. "Maaf, Mas Ferdi kaya
TAK DIBERI SERAGAM KELUARGA S2 BAB 2. **PoV FERDI.Kulihat Riana sudah keluar dari rumah yang ada di samping rumah kontrakan kami. Rumah kontrakan kami itu berjejer jadi dia tinggal di sebelah rumahku. Aku sangat miris dari dulu sampai sekarang Riana selalu saja ingin membeli rumah sendiri. Tetapi bersamaku justru dia tidak mendapatkan hal tersebut. Pernah suatu saat kami itu saling bercerita satu sama lain di mana Riana mengatakan kalau lebih bagus kami menabung bersama-sama. Tidak boleh ada uang yang seharusnya ditutup-tutupi. Tapi aku sama sekali nggak mau hal itu terjadi karena bagiku uangku adalah milikku dan bukan punya Riana. Jadi aku bebas sesuka ku melakukan apa saja dengan uang yang ku dapatkan dari pekerjaan. Padahal aku menyadari tujuan Riana sebenarnya baik. Agar kami memiliki rumah bersama tidak perlu mengontak rumah lagi di dekat rumah ibu yang dulu selalu saja mengatur-ngatur kehidupan kami sebagai suami istri. Namun nasi sudah menjadi bubur. Aku menyesali segalany
TAK DI BERI SERAGAM KELUARGA SEASON2 BAG 1. **POV FERDI. hatiku begitu hampa dengan kebohongan yang diciptakan Felisha. Kenapa dia tega sekali membohongi ku di saat aku sudah mulai percaya dia. Sampai anaknya lahir aku tetap percaya kepadanya kalau itu adalah anakku. Kenyataannya itu bukan anakku sampai sekarang aku juga nggak tahu Itu anak siapa. Tapi tes DNA membuktikan kalau bayi yang dilahirkan Felisha memang bukan anakku. Malam ini aku merasa benar-benar terpuruk. Saat rumah di sebelah kami sudah tidak ada lagi penghuninya. Biasanya tinggal Riana bersama Aryo dan juga Dini anakku di sana. Aku juga baru tahu kalau mereka sebenarnya tetangga ku tapi kenapa aku baru tahu sekarang dan hanya sebentar aku mengetahui dia tetanggaku. Tapi sekarang mereka sudah tidak ada lagi di sini membuat hatiku sedih. Aku berpikir beberapa saat. Apakah Riana mau kembali lagi kepadaku. Entah kenapa aku menyesal menceraikan dia aku membuang berlian berharga dan mendapatkan batu akik. Tidak seperti
Kami membangun rumah impian kami. Suamiku juga membuat rumah itu atas nama ku dan juga kebahagiaan kami yang sebentar lagi akan memiliki anak dia tidak ragu melakukan itu karena katanya anak dan diriku lebih berhak atas dirinya. Aku sangat bahagia dipertemukan oleh laki-laki yang baik seperti Mas Aryo yang bisa memberikan aku kebahagiaan. "Riana, kamu jadi pindah?" kata Mas Ferdi saat kami sibuk berbenah barang-barang yang akan membawa kami ke rumah baru. "Alhamdulillah, Iya, Mas." Aku melihat wajah kecewa Mas Ferdi ketika aku mengatakan akan pindah rumah. Saat itu Mas Aryo juga melihat kami sedang berbicara dan dia segera menghampiri. "Terima kasih Ferdi karena selama ini sudah menjadi tetangga yang baik bagi kami.""Kalian pindah ke mana? Bagaimanapun Dini adalah anakku dan aku berhak untuk tahu di mana kepindahan kalian karena aku ingin bertemu dengan Dini seterusnya dan kalian tidak boleh menghalang-halangi aku!" kata Mas Ferdi. "Tentu saja aku akan memberikan alamatnya kepad
Mas Ferdi terdiam sejenak. Dia memandangku sendu. Ada rasa sedih ketika aku mengatakan itu tetapi aku harus mengatakan di depan Felisha agar dia tahu bagaimana sikap Mas Ferdi ketika kami menikah dulu dan dia jangan menuduhku sembarangan. "Cukup, Felisha. Kenapa kamu malah bawa-bawa Riana dalam hal ini. Lagi pula aku dan Riana sudah berpisah dan Dini memang anakku. Aku yakin karena Riana juga sudah bersumpah itu anak kami. Yang pasti Riana tidak seperti kamu Felisha. Wanita ular yang tukang selingkuh. Hari ini juga aku menceraikanmu. Kamu bukan Istriku lagi. Dari dulu seharusnya aku menceraikanmu dan tidak menerimamu sebagai istri. Aku tidak mau lagi hidup dengan perempuan penjahat seperti ini yang menipuku serta keluargaku!" Mas Ferdi mengatakan begitu saja kalau dia muak dengan segalanya yang diciptakan Felisha. "Ferdi. Kenapa kamu mengambil keputusan kayak gini. Tidak seharusnya kamu menceraikan anak saya dalam keadaan kayak gini!" kata Ibunya gak terima. "Sadar, Bu. Anak kamu
HANYA AKU YANG TAK DIBERI SERAGAM OLEH KELUARGA SUAMIKU 38. **POV RIANA. Saat aku diajak oleh suamiku untuk melihat hasil tes DNA. Kami pergi ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Suamiku sudah bergetar dan dia merasa takut sebenarnya untuk melihat hasil dari tes DNA itu. Beberapa kali dia menggenggam tanganku dengan erat untuk memberikan ku sugesti agar bisa menerima jika benar anak yang dilahirkan Felisha adalah anaknya maka aku juga harus menerima anak itu. Namun, kami bisa bernapas lega karena ketika Dokter memberikan hasil tes itu hasilnya negatif. Anak yang dilahirkan Felisha bukan anak dari Mas Aryo. Aku bisa bernafas lega dan saat itu Mas Aryo memelukku. Aku nggak tahu kenapa dia begitu bahagia saat tahu kalau Felisha bukan mengandung anaknya. "Terima kasih, Sayang. Karena kamu sudah percaya padaku. Alhamdulillah hasilnya negatif." "Kenapa kamu begitu bahagia, Mas tidak mempunyai anak dari Felisha. Apakah dia perempuan yang begitu buruk?" Aku bertanya begitu saja
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments