"Assalamu'alaikum..." Terdengar suara Marvel dengan mendorong pintu kamar tempat Sherina dirawat.
"Waalaikumsalam..." Nadia, Sherina, Ilham menoleh dan menjawab salam.
"Kenapa lama, yah?" tanya Sherina.
"Tadi macet di jalan, ada kecelakaan beruntun. Maaf ya, Ayah lama." Ucap Marvel setelah Sherina dan Nadia menunggu sekitar setengah jam.
"Iya, Ayah tidak apa-apa?" Tanya Sherina khawatir.
"Iya, Alhamdulillah. Ayah tidak apa-apa," ucap Marvel.
"Syukur, Ayah tidak apa-apa." ucap Sherina dengan raut wajah yang gembira.
"Ayo, pulang!" Ajak Marvel tidak sabar.
"Ayok.." Sherina juga tampak bersemangat.
"Boleh pulang beneran, Dok?" Tanya Marvel memastikan.
"Iya," jawab Ilham.
"Nadia, bajunya sudah dikemas semua?" tanya Marvel.
"Sudah," jawab Nadia.
Nadia sudah membereskan semua pakaian mereka siang tadi dan sekarang, Nadia m
Tekad Nadia untuk kuliah semakin bulat, dia sudah berpikir matang-matang. Apapun resiko yang akan didapatkan, dia sudah menyiapkan mental. Perlahan dia turun untuk menemui Zacky yang sudah menunggunya dari tadi, Zacky berada diruang tamu bersama Sherina."Maaf, Ustadz. Sudah lama nunggunya?" tanya Nadia."Gak juga, kan sudah seperti biasa. Aku mengajari Sherina dulu."Sherina yang sedari tadi duduk bersama, masih kebingungan. Apa yang sebenarnya dibahas oleh Zacky dan Nadia, dia hanya diam saja dan melanjutkan tugasnya."Ustadz, ini sudah benar?" tanya Sherina sambil menyodorkan tugas yang sudah dikerjakan."Anak pintar," jawab Zacky."Aku ke kamar dulu ya, mau ambil boneka. Tugasku sudah benar, jadi aku gak papa main boneka?" tanya Sherina dengan wajahnya yang masih lugu."Iya, tentu boleh." Sherina berlari ke kamarnya, kini hanya tinggal Zacky dan Nadia. Nad
"Maaf, Kak. Untuk gedung F sebelah mana?" tanya Nadia ke salah satu mahasiswa di kampus. "Kakak lurus saja, terus belok kiri. Kakak mahasiswi yang mau ikut tes beasiswa?" tanya mahasiswa yang belum diketahui namanya itu. "Iya, Kak. Terimakasih sebelumnya," "Sama-sama." Nadia berlalu pergi dan segera menuju gedung yang telah ditunjukkan, dengan harapan dan do'a, Nadia antusias melaksanakan tes ini. Keadaan gedung sangat ramai, banyak sekali yang mengikuti tes ini. Nadia mulai ragu, namun dia tetap berusaha meyakinkan dirinya agar dia mendapatkan apa yang menjadi cita-citanya. Nadia mencari tempat duduk yang kosong, setelah dia melihat ke semua sudut ruangan, akhirnya dia menemukan tempat duduk. Tepatnya di barisan nomor dua dari belakangbelakang, dia sedikit canggung Namun dia yakin bahwa dia pasti bisa, sebab dia sudah belajar sebelumnya. Hanya butuh satu jam, akhirnya Nadia bisa bernapas lega. Dia melanju
"Nadia! Nadia!" Panggil Marvel saat dia lihat di meja makan kosong. Nadia sengaja tidak masak hari ini, dia juga enggan menjawab panggilan dari Marvel. Dia pura-pura tidur bersama Sherina, padahal masih jam 7 tujuh malam. Marvel pun berjalan ke kamar Sherina dan melihat Nadia di sana, Marvel menyentuh kepala Sherina dan juga Nadia."Kenapa dia? Apa ada sesuatu yang merasuki dirinya?" gumam Nadia."Kamu pasti lelah sekali, maafkan aku karena sikapku yang mungkin menyakitimu," ucap Marvel seorang diri."Apa aku gak salah dengar!?" gumam Nadia dengan posisi yang masih tetap saja sama.Sepertinya Nadia berhasil mengelabui Marvel dan pura-pura tidur nyenyak, sehingga Marvel tidak curiga. Langkah kaki Marvel sudah beranjak pergi dari kamar Sherina, dia juga telah menutup pintunya rapat-rapat. Nadia pun bangun dan memegang kepalanya, dia tidak menyangka, laki-laki yang selama ini berkata kasar padanya, ternyata punya hati yang lembut juga
Nadia tidur dengan nyenyak, tidak seperti biasanya. Mungkin karena hatinya yang sekarang sudah mulai tenang, daripada hatinya saat dia selalu teraniaya. Bahkan sikap dan sifatnya juga semakin kuat dan berani, dia tidak ingin menjadi wanita yang lemah lagi. Dia ingin menjadi wanita karir yang tidak cengeng dan selalu menangis karena perlakuan oleh orang-orang yang mungkin tidak suka dengan kehadirannya. Nadia bangun tidur pada jam seperti biasanya, dia sudah terbiasa bangun pagi-pagi sekali untuk melanjutkan aktifitas hariannya. Dia bersyukur hari ini, sebab dia masih diberikan kesehatan dan bisa menghirup udara segar di pagi hari."Selamat pagi!" sapa Marvel.Nadia sedang menyiapkan sarapan di atas meja, dia menjawab sapaan Marvel."Pagi juga!""Masak apa hari ini?" tanya Marvel."Masak menu sederhana, menu desa," jawab Nadia dengan meletakkan piring yang dipegang."Sherina sudah bangun?" tanya Marvel dan
"Ibu, akhir kamu ke rumah juga. Untuk menjengukku," ucap Sherina saat dia melihat ibu kandungnya berada di teras depan rumah.Ibunya langsung melangkahkan kakinya untuk pergi, namun langkahnya terhenti saat Zacky membantu untuk mengejarnya. Ketika itu Zacky pamit pulang dan sudah selesai mengajar Sherina."Kamu tidak usah pergi dari sini, kasihan Sherina, dia selama ini ingin berjumpa denganmu," ujar Zacky.Ibunya yang diketahui bernama Bela, terhenti sejenak dan berkata."Aku takut jika Marvel marah dan tidak mengizinkan aku bertemu dengan Sherina.""Kamu tidak perlu khawatir, Marvel tidak ada di rumah," ucap Zacky."Ibu...," Sherina memeluk Bela.Bela pun duduk dan kembali mendekap tubuh Sherina."Aku kangen sama Ibu," ucap Sherina."Aku juga kangen sama Sherina, Sherina sehat-sehat saja, kan?" tanya Bela sembari mengelus kepala Sherina."Aku sehat, Bu. Ibu g
Seperti biasanya, Marvel berangkat pagi-pagi ke kantor. Setelah dia sarapan dan memakai kemeja dan jas dengan rapi. Ketika Marvel berangkat, Sherina datang dan tersenyum bahagia."Bu, ayo! Kita sarapan, setelah itu kita jalan-jalan bersama Ibu Bela," ajak Sherina."Wah, pasti Sherina bahagia dan semangat, ya? Tumben, jam segini sudah bangun," tanya Nadia sembari mengoleskan selai coklat."Iya, Bu. Aku hampir tidak bisa tidur tadi malam, tidak sabar menunggu pagi," jawab Sherina sembari meminum susu yang telah disiapkan oleh Nadia.Nadia memberikan roti yang sudah diolesi selai coklat kepada Sherina, dengan semangat dan lahap, Sherina memakan roti itu. Nadia yang memperhatikan wajah Sherina ikut senang, wajah bahagia yang tidak pernah Nadia lihat sebelumnya."Bu, aku sudah sarapan. Aku mau mandi dulu, ya!"Sherina berlari menuju kamar mandi, tanpa mendengarkan perkataan Nadia terlebih dahulu. Nadia bergegas
"Kenapa sebentar sekali, Bu? Aku masih rindu sama Ibu," rengek Sherina. "Maaf, Sherina. Ibu ada kepentingan yang sangat mendadak, jadi Ibu buru-buru," jawab Bela sembari memeluk erat Sherina. "Sherina tidak usah khawatir, besok pasti Bu Bela ke sini lagi. Sherina sebentar lagi kan, harus belajar bersama ustadz Zacky," imbuh Nadia. "Benar ya, Bu. Besok ibu harus ke sini lagi, menemani Sherina...," pinta Sherina. "Iya, Pasti," jawab Bela. "Mbak, aku titip Sherina, ya. Tolong jaga kesehatan dia," Bela memasrahkan Sherina kepada Nadia. "Baik, Mbak," "Aku pamit dulu," ucap Bela. "Iya." Nadia mengambil semua barang belanjaannya di dalam mobil Bela, dia berterimakasih kepada Bela karena telah mengajaknya jalan-jalan. Nadia dan Sherina melambaikan tangan dan melihat mobil Bela berlalu pergi, ada raut wajah sedikit kecewa yang terpancar dari wajah Sherina saat mereka melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dal
Dengan rasa kesal yang masih dirasakan oleh Nadia, Nadia terus saja memasak. Sedangkan Sherina juga masih menunggu masakannya benar-benar matang, perut Sherina sebenarnya sudah mulai keroncongan. Namun dia menahannya, dan bersabar menunggu masakan siap untuk dihidangkan."Makanan siap!" ucap Nadia saat masakannya sudah benar-benar matang."Akhirnya, bisa makan juga," ucap Sherina.Mereka berdua pun menyajikan masakan mereka di atas meja makan, setelah semua tertata rapi, Sherina mengajak ayahnya untuk ikut bergabung dengan mereka. Sherina berjalan menuju ke kamar Marvel, dan berkata."Ayah, ayo! Makan bersama."Lagi-lagi Marvel tidak menjawab Sherina, Marvel memilih untuk tetap fokus di depan laptopnya. Sherina yang melihat ayahnya masih sibuk, dia memutuskan untuk kembali ke meja makan."Dimana, ayah?" tanya Nadia."Ayah masih sibuk dengan laptopnya, Bu," jawab Sherina."Ya sudah, kita makan berdua saja. Nanti kalau ayah lapar