Share

Chapter 6

Akad dilakukan di satu ruang dan secara tertutup dan hanya di saksikan oleh Keluarga inti saja agar tidak ada yang mendengar bahwa yang disebut namanya bukanlah Diana melainkan Laura. 

Setelah selsai akad Laura dan Kenzo berjalan bergandengan menuju ke pelaminan. Para tamu undangan sangat terpukau menyaksikan Laura yang sangat cantik dengan gaunnya dan Kenzo yang tampan dengan jas berwarna putih. Sayangnya mereka mengira bahwa itu adalah Diana, bukan Laura. 

"Harusnya gaun ini gue pake saat pernikahan kita Ren, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama," batin Laura. 

Kini saatnya foto keluarga, Laura agak bingung karena di keluarga Kenzo ada seorang laki-laki lagi. Padahal Kenzo adalah anak tunggal, tapi mungkin saja itu adalah sepupunya. 

Setelah selsai foto dengan keluarga, Kini mereka foto dengan para kerabat atau sahabatnya. 

"Wahh ... selamat yah, sekarang lo udah jadi istri orang aja," Rere menjabat tangan Laura dan menepuk-nepuk bahunya. 

"Selamat yah kak Rara sama kak Kenzo," ucap Riri sambil tersenyum bahagia. 

"Iyah, makasih Ri," ucap Laura seraya tersenyum pada Riri. 

"Ehh ini ada hadiah spesial buat lo sama Kenzo! Semoga suka sama hadiahnya yah." Rere memberikan sebuah kotak kecil berpita. 

"Ini aku juga ada buat kak Laura sama Kak Kenzo, hadiahnya emang nggak mahal, tapi semoga kalian suka." Riri juga memberikan sebuah kotak berpita. 

"Makasih Re, Ri," ucap Laura seraya tersenyum.

"Iyah Ra, Ehh lo harus jadi istri yang berbakti sama suami ya! Dan lo Kenzo, lo harus jagain sahabat gue, awas aja kalo lo sakitin! Gue yakin kalian itu jodoh! Dan-" ucapan Rere dipotong oleh Laura. 

"Re! Lo mau foto atau mau ceramah, di sini?" potong Laura. 

"Iyah maaf, yaudah ayok foto!" ujar Rere semangat diakhir kalimatnya. 

Merekapun foto bersama, setelah sesi foto kini acara lempar bunga. Kali ini yang paling semangat adalah Rere, karena dia jomblo jadi siapa tau jika mendapat bunga tersebut dia juga akan cepat dapat jodoh. 

"Gue yakin, gue pasti dapetin bunganya!" ujar Rere penuh percaya diri. 

"Kak Rere, Riri nggak ikutan yah. Badan Riri kan kecil kayak semut, nanti kalo keinjek injek gimana?" pinta Riri. 

"Yah lo mah gitu Ri! Nggak asik ah." Rere memasang muka malas membuat Riri tidak enak. 

"Ya udah deh iyah,"

Setelah hitungan 1-3 kini Laura dan Kenzo melemparkan bunga bersamaan. 

"Yes! Gue yang dapet!" pekik Rere kegirangan.

"Kak Rere udah dapet bunganya kan? Sekarang kita makan yuk, aku laper." Riri memegangi perutnya yang belum di isi dari tadi pagi. 

***

"Gue masih nggak percaya kalo lo bukan takdir gue Ren, tapi gue masih belum bisa lupain lo. Gue nggak tau alasan lo mutusin gue, apa mungkin lo waktu itu udah tau kalo gue mau jadi pengganti Diana? Padahal gue dari dulu selalu berharap kalo lo yang jadi pendamping gue dipelaminan." batin Laura. Tak beberapa lama kemudian kepalanya pusing, penglihatannya jadi buram dan dia tidak sadarkan diri. 

"Ehh? Ra, lo kenapa?" tanya Kenzo panik. Kenzo menahan tubuh Laura sebelum jatuh ke bawah. Semua tamu yang ada di situ panik terutama orang tua Laura. 

Laura'pun dibawa ke rumah sakit, sesampainya di sana Laura di periksa di UGD. 

"Laura, Laura. Kenapa harus pingsan segala? Ngapain acaranya aja! Kan nggak enak sama tamu undangan." Kenzo mengumpat Laura dengan suara pelan. Meskipun begitu Rere masih bisa mendengarnya. 

"Heh, lo! Jadi orang nggak tau diri banget sih. Lo nggak liat, apa? Laura sakit, kalo dia kenapa-kenapa gimana?! Dia udah rela gantiin Diana dan menjaga reputasi lo supaya nggak malu!" Rere menunjukkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Kenzo. 

Kenzo menepisnya dan berkata, "Ya itu bukan urusan gue lah, dia sendiri yang mau?!" 

"Dasar laki-laki brengsek!" Rere mengangkat tangannya dan hendak menampar Kenzo namun di tahan oleh ibu Laura. 

"Apa? Mau nampar? Silahkan!" ucap Kenzo datar. 

"Katanya pemimpin perusahaan, tapi kok sikapnya egois?! Bisa-bisa orang kayak gini jadi pemimpin!" 

"Gue nggak egois, faktanya emang Laura itu lemah!" 

"Berani banget lo ngomong kayak gitu?!" Rere benar benar geram karena sahabat di bilang lemah, padahal Kenzo tidak tau apa yang Laura alami selama ini. 

"Udah Re, nggak apa-apa. Laura emang gampang capek, bentar lagi juga sembuh," ujar ibu Laura. 

"Tapi tante, dia itu keterlaluan! Masa bisa-bisanya dia ngomong kayak gitu ke Rara?!" Rere menurunkan tangannya. 

"Udah Re, jangan emosi, ini lagi di rumah sakit," ujar ibu Laura berusaha menenangkan Rere. Sementara yang lain hanya menyaksikan perseteruan mereka. 

Setelah menunggu lumayan lama akhirnya dokter keluar dari UGD, ayah Laura langsung menghampiri dokter tersebut dan bertanya, "Gimana keadaan Laura dok? Dia sakit apa?" tanya ayah Laura. 

"Laura hanya stres dan kecapean, makanya dia pingsan dan ...." dokter itu menggantung ucapannya. 

"Dan apa dok?" tanya ibu Laura. 

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status