Share

Chapter 5

"Widih ... tuan putri cakep amat?" puji Rere yang baru saja memasuki kamar Laura. 

"Masuk kamar orang bilang dulu kek!" tegur Laura yang kesal karena Rere dan Riri masuk kamarnya tanpa izin.

"Kak Rara jangan marah-marah mulu nanti cantiknya ilang lho," ujar Riri sambil duduk di sofa kamar Laura. 

"Tuh dengerin kata adek Riri!" timpal Rere. 

"Iyah-iyah, terus kalian mau apa kesini kan gue bilang tunggu di sana aja?" tanya Laura menatap Rere dan Riri. 

"Selow dong, kita mau ngajak makan-makan. Tadi gue bawa makanan dari restoran lo," jawab Rere. 

"Ya udah ayok! Kalian keluar sana, gue mau ganti baju dulu!" titah Laura. 

Malam ini mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol dan bercanda di balkon lantai atas. 

"Dek, kak Raisa pengen ayam bakarnya. Boleh kakak minta lagi?" tanya Dirga yang tiba-tiba saja muncul. 

"Perasaan, tadi udah dikasih?" pikir Laura. 

"Iyah, tapi di makan sama abang," jawab Dirga sambil nyengir. 

"Ya udah ambil aja, kita juga udah makan banyak," kata Laura mempersilahkan. 

"Terimakasih adikku tersayang yang paling cantik seselokan," ucap Dirga lalu segera pergi dari situ. Laura tidak membalas karena dia sudah biasa dibuat terbang lalu di jatuhkan oleh abangnya. 

"Ehh ngomong-ngomong, calon imam gue nggak ada?" Rere melirik ke dalama rumah. 

"Maksudnya siapa?!" tanya Laura memelototi Rere. 

Rere mengangkat jari tengah dan jari telunjuk membentuk huruf V lalu berkata, "bercanda doang kok, hehe." 

***

Malam ini Riri dan Rere menginap di rumah Laura. Jam menunjukkan pukul sembilan malam tapi mereka belum tidur dan masih bersantai sambil menonton televisi. 

"Ra, gue bingung. Lo mau nikah tapi kok santai banget sih?" heran Rere. 

"Terus, gue harus panik gitu?" Laura menatap Rere datar. 

"Ya nggak juga sih, ehh gue masih nggak nyangka kalo lo bakal nikah sama Kenzo. Dari dulu emang kalian tuh serasi banget, tapi sayangnya lo malah ditikung!" 

"Nggak usah bawa-bawa masa lalu Re." Laura tersenyum simpul. 

"Iyah, maaf. Terus hubungan lo sama Rendy, gimana?" tanya Rere lagi. 

Seketika ekspresi Laura berubah menjadi sedih. "Gue putus sama dia, gue juga nggak tau kenapa dia mutusin gue," jawab Laura. 

"Bagus deh kalo dia sadar diri! Dia itu nggak pantes buat lo Ra," kata Rere yang mendapat tatapan tajam dari Laura. 

"Lama-lama mulut lo gue jahit juga Re!" geram Laura yang di balas cengiran oleh Rere. 

"Ra, kalo lu udah nikah, lo bakal cinta lagi sama Kenzo?" Rere menatap Laura menunggu jawaban. 

"Entahlah, gue nggak tau."

"Emang, lo mau nikah berapa kali dalam hidup lo?" 

"Ya sekali lah," 

"Kalo gitu, lo harus berusaha cinta lagi sama Kenzo. Gue yakin Kenzo juga pasti bakal berusaha!" saran Rere. 

"Semoga," harap Laura. 

"Ehh, kok belum pada tidur? Ini udah malem lho!" seru ibu Laura. 

"Masih jam 9 bu," sahut Laura. 

"Ya udah, kalo Rere sama Riri mau tidur boleh tidur di kamar atas," ujar Ibu Laura.

"Iyah tante, makasih," ucap Rere dan Riri bersamaan. Ibu Laura pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat. 

Laura bangkit dari duduknya untuk berjalan menuju kamarnya. 

"Mau kemana lo Ra?" tanya Rere.

"Tidur," jawab Laura tanpa menengok ke Rere. 

***

Pagi telah tiba, Laura sudah di rias dan memakai gaun pengantin. Ia sangat terlihat cantik dengan gaun pengantin berwarna putih yang bersayap dan sarung tangan panjang berwarna putih yang ia pakai, tidak lupa juga mahkota yang ada di kepalanya. 

"Kamu udah siap?" tanya ibu Laura pada Laura yang sedang berdiri di depan cermin. 

"InsyaAllah aku siap," jawab Laura lalu tersenyum pada ibunya. Ibu Laura pun menuntun Laura keluar kamarnya.

"Aaaaaa! Rara lo cantik banget!" kagum Rere. 

"Iyah, kak Rara cantik banget yah," puji Riri. 

"Gue setiap hari juga cantik, kaliannya aja yang nggak nyadar!" ucap Laura sombong. 

"Iyah deh, iyah. Jadi ke gedung pernikahannya, kapan?" tanya Rere. 

"Tahun depan, ya sekarang lah!" ketus Laura. 

"Udah jangan ribut. Rere sama Riri mau ikut ke mobil Dirga sama Raisa, atau sama kita?" lerai ibu Laura. 

"Aku bawa mobil tadi malem tante, jadi aku sama Riri naik mobil aku aja. Iyah kan, Ri?" Rere mengalihkan pandangannya pada Riri. 

"Iyah," sahut Riri. 

"Bang Dirga di mana, bu?" tanya Laura. 

"Udah di depan," jawab ibu Laura. Merekapun menuntun Laura keluar karena gaun dan high heelsnya membuat dia agak susah berjalan. 

"Wihh, ini baru adek abang, cakep!" puji Dirga. 

"Dari lahir juga gue mah cakep bang, abang aja yang nggak sadar!" ketus Laura. 

"Haha ... iyah deh iyah. Ayok kita berangkat sekarang, Dirga sama Raisa pake mobil yang buru yah," ujar Dirga. 

"Iyah. Gue, ayah, ibu sama bi Asri pake mobil yang item. Rere sama Riri bawa mobil sendiri katanya," jelas Laura yang diangguki Rere dan Riri. 

"Bibi harus ikut non?" tanya bi Asri--ART di rumah Laura. 

"Iyah," jawab Laura. 

"Yaudah, kita go!" ucap Dirga bersemangat. Adiknya yang mau menikah tapi kakaknya yang bersemangat, ada-ada saja. 

***

Saat di jalan Laura terjebak macet, padahal jam sudah menunjukkan pukul 07:45. Sedangkan akadnya jam delapan. 

"Apa kita keburu sampe sana tepat waktu?" tanya Laura pada ibunya. 

"Pasti bisa kok, bentar lagi juga sampe," jawab ibu Laura meyakinkan Laura. 

Akhirnya mereka sampai di gedung pernikahan, mereka di sambut oleh keluarga besar Rafardhan dan kerabatnya. 

Laura berjalan di tuntun oleh ibunya sampai ke dalam gedung tersebut. 

Laura berjalan ke tempat akad bersama orang tuanya. Di sana sudah terdapat Kenzo dan orang tuanya, serta pak penghulu juga. 

"Lama banget sih lo!" bisik Kenzo hanya dibalas muka datar oleh Laura. 

Semua keluarga besar Rafardhan sudah hadir kecuali keluarga besar Varellie, padahal nenek dan kakek Laura ada di Indonesia tapi kenapa tidak datang? Mungkinkah karena ini pernikahan Laura dan bukan Diana? 

"Apakah saudara Kenzo Alderando Rafardhan dan Saudari Laura Aldareyya Varellie sudah siap?" tanya pak penghulu tegas. 

"InsyaAllah, kami siap!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status