Share

Chapter 3

Saat ini Laura sedang mengutak atik leptopnya sambil bersantai di ruang televisi. Dan dia baru menyadari sesuatu. 

"Ohh iyah, gue kan desainer baju, kenapa harus beli baju pengantin ke orang, lain?" pikir Laura. 

"Dasar Laura! Pelupa banget sih jadi orang!" gumam Laura. 

Laura menyalakan handphonenya kemudian memberi tahukan Kenzo lewat chat w******p kalau dia akan membuat baju pengantin sendiri, tapi Laura geram karena Kenzo hanya membalas 'iya'.

Laura bangun dari duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil peralatan menggambarnya yang dia simpan khusus untuk di rumah. Namun dia tak sengaja menyenggol tumpukan kertas bekas gambarnya yang dia simpan dekat peralatan gambarnya. 

"Haduh, pake kesenggol segala lagi!" keluh Laura. 

Laura membereskan tumpukan kertas tersebut agar kembali rapih tapi matanya tak sengaja melihat satu gambar yang menarik perhatiannya. Ternyata gambar tersebut adalah gambar baju pengantin yang dulu pernah dia buat untuk pernikahannya dengan Rendy, tapi sayangnya Rendy memutuskannya tanpa memberi alasan. 

"Apa gue bikin gaun pengantin kayak gini aja kali,  yah?" tanya Laura pada dirinya sendiri. 

Akhirnya Laura pergi ke salah satu butiknya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. 

"Riri!" panggil Laura pada Asistennya. 

"Iyah kak, ada yang bisa kami, bantu?" tanya Riri. Jika kalian bertanya kenapa Riri menyebut Laura dengan kak, Laura yang meminta karena ia sudah menganggap Riri sebagai adiknya. 

"Aku mau minta tolong, kalian bisa nggak bikinin baju kayak, gini?" Laura menunjukkan sebuah kertas putih yang terdapat gambar gaun pengantin yang sangat indah. Gambarnya saja sudah terlihat indah, apalagi kalo gaunnya udah jadi yah. 

"Bisa kak, ini baju untuk, kakak?" tanya Riri. 

"Iyah," jawab Laura. 

"Yaudah ayok kita ukur dulu kak," ujar Riri. 

Setelah selsai mengukur, Laura menelpon Kenzo agar datang ke situ untuk mengukur jas yang akan di pakenya nanti. 

"Kenzo, di sini," Laura melambaikan tangannya pada Kenzo yang baru saja masuk ke butik tersebut.

Kenzo terkejut karena butik Laura lumayan besar, pegawainya sangat ramah dan pengunjungnya lumayan banyak. 

"Lama banget sih, lo!" seru Laura. 

"Ya lo tau, kan? Gue itu orang sibuk!" jawab Kenzo. 

"Yaudah sana cepetan ukur badan lo!" titah Laura. 

"Sama pegawai yang cowok! Jangan yang cewek, nanti lo kegen-" 

"Iyah-iyah! Gue bukan cowok biaya yah!" potong Kenzo kemudian pergi. 

"Ehh kak, itu calon suami, kakak? Bukannya pacar kakak itu kak Ren-" Riri menghentikan perkataannya dan membungkam mulutnya dengan tangannya. 

Riri melepaskan bekapan tanganya. "Maaf kak," ucapnya nyengir. 

"Iyah nggak pa-pa. Nanti jum'at kamu datang ke akad yah," ujar Laura sambil tersenyum.

"Iyah InsyaAllah kak, tapi ini gaun pengantinnya kalo nggak tepat waktu, gimana?" tanya Riri. 

"Iyah juga yah." 

"Tapi tenang aja kak! Kami pastikan biar malam sebelum akad bajunya udah ada di tangan kak Laura!" tekad Riri.

"Hmm ... makasih," ucap Laura terharu. 

Setelah itu Laura pergi ke ruang kerjanya untuk membereskan pekerjaannya. Laura sengaja membuat ruangan khusus untuk dia bekerja di butik karena dia sedikit lelah jika harus bulak-balik ke restoran dan butiknya, lagian di restoran dan butiknya yang lain sudah ada orang kepercayaannya. 

Setengah jam kemudian, Laura masih duduk di kursi kerjanya dan terlihat sangat fokus. 

"Ekhem!" deheman seseorang yang membuat Laura kaget. 

"Astaghfirullah satan!" teriak Laura refleks. 

"Enak aja lo bilang gue setan! Mana ada setan ganteng kayak gue!" celetuk Kenzo sambil duduk di sofa yang tidak jauh dari meja kerja Laura. 

"Lagian lo ngapain, di sini? Masuk nggak permisi dulu lagi!" omel Laura. 

"Tadi gue udah ketuk-ketuk pintunya tapi lo nggak respon, yaudah gue masuk lah," jawab Kenzo dengan santai. 

"Terus ada urusan apa gerangan masuk, ke sini?" tanya Laura lagi. 

"Nggak pa-pa sih, gabut doang," jawab Kenzo sambil meliha-lihat ruang kerja Laura. 

"Yang bener dong lo! Kalo nggak ada urusan apa-apa mending keluar sana, jangan ganggu gue." usir Laura. 

"Nggak-nggak, gue cuma becanda. Gue mau ngajak lo jalan, mau nggak?" ajak Kenzo. 

"Nggak, gue lagi sibuk!" tolak Laura. 

"Nggak boleh nolak! Pokoknya harus mau!" tuntut Kenzo. 

"Emang lo mau ngajak gue jalan, ke mana?" tanya Laura. 

"Ke pelaminan," jawab Kenzo sambil cekikikan. 

"Kenzo!!" teriak Laura geram. 

***

"Kita mau kemana sih, sebenernya?" tanya Laura yang duduk di samping Kenzo. 

"Udah lu diem aja, bentar lagi sampe kok," jawab Kenzo sambil terus fokus menyetir dan melihat ke depan. 

Sesampainya di tempat yang Kenzo maksud, mereka keluar dari mobil Kenzo. 

"Kita mau ngapain, ke sini?" tanya Laura yang masih bingung. 

"Liat-liat gedung pernikahan kita lah, emang lo nggak mau liat?" tanya Kenzo. 

Laura membulatkan matanya setelah mendengar kata 'Pernikahan kita' sepertinya dia sedikit baper. 

Merekapun masuk ke dalam gedung yang dua hari lagi menjadi tempat mereka mengikat janji untuk bersama sampai akhir hayat. 

"Jujur, sebenarnya dari awal gue agak ilfeel sama sepupu lo itu!" ungkap Kenzo. 

"Terus? Gue harus, apa?" tanya Laura. 

"Ya, gue cuma cerita. Dan lo tau? Saat setelah kelulusan sma, sepupu lo mabok-mabokan di club sama temen-temennya! Saat itu gue pengen banget mutusin dia, tapi mama ngelarang karena sepupu lo selalu bersikap baik dan manis di depan gue sama keluarga gue." ucap Kenzo panjang lebar sembari terus berjalan. 

"Lo tau dari mana kalo dia main, di club? Gue aja sepupunya nggak tau," tanya Laura. 

"Gue kan punya mata-mata andalan," jawab Kenzo. 

Setelah berada di dalam gedung, Laura terpukau dengan pemandangan yang dia lihat, baru kali ini dia melihat hiasan seindah ini. 

"Kenapa diam?" tanya Kenzo yang melihat Laura diam di tempat. 

"Serius akadnya, di sini?" tanya Laura. 

"Bukan, akadnya di atas atap!" canda Kenzo. 

"Ini lo sewa gedung seluas ini dan hiasan seindah ini ngabisin berapa, rupiah?" tanya Laura penasaran. 

"Cuma lima ratus juta," jawab Kenzo. 

"Lima ratus juta lo bilang, cuma?!" kata Laura tak percaya. 

"Iyah wajarlah, kan buat biaya catering makanan sama minuman, sewa gedung, bayar Orang-orang WO, bikin surat undangan, beli gaun pengantin, dan high heels buat lo!" jelas Kenzo panjang lebar. 

"Lho kan gue nggak minta di beliin gaun pengantin sama, high heels?" tanya Laura bingung. 

"Yaudah nggak usah di pake!" ketus Kenzo. Laura memutar bola matanya malas, dia tidak menyahut lagi karena malas bertengkar. 

"Lo mau liat-liat, atau mau jadi patung pancoran yang berdiri, di situ? Kayaknya bagus juga lo di pajang buat jadi hiasan dinding," ucap Kenzo tanpa merasa berdosa. 

"Kenzo!!" 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status