Share

Chapter 7

"Dan apa dok?" tanya ibu Laura. 

"Ahh ... tidak, dia hanya sedikit stres dan kurang istirahat saja. Lebih baik Laura dirawat di sini dulu sampai sembuh total." Dokter tersebut memberi saran dan disetujui oleh orang tua Laura. 

"Berikan ruangan VIP yah dok," pinta ibu Laura. 

"Baik, kalo begitu Laura akan dipindahkan ke ruang inap, saya permisi dulu," ucap dokter tersebut kemudian pergi. Rere sedari tadi memperhatikan dokter tersebut, mungkin karena wajahnya yang tampan dan terlihat masih muda, siapa tau bisa dia dekati. 

Tiga orang suster memindahkan Laura ke ruangan VIP dan orang tua Laura merasa lega karena Laura hanya kecapean. Tak lama kemudian datang orang tua Kenzo dan langsung menanyakan keadaan Laura. 

"Laura kenapa?" tanya mama Kenzo. 

"Dia hanya kecapean, dari dulu memang suka pingsan jika kecapean," jawab ibu Laura

"Terus dia di mana, sekarang?" tanya mama Kenzo lagi. 

"Dipindahkan ke ruang inap, ayok kita kesana," jawab ibu Laura. Mereka semua pergi keruangan Laura kecuali Rere, dia bilang ingin ke toilet dulu sebentar.

Kenzo duduk disofa bersama orang tuanya sementara orang tua Laura berada di samping Laura, dan Riri diluar menunggu Rere karena tidak enak kalo dia berada di dalam. 

"Oh iyah, tamu-tamu undangan bagaimana?" tanya ayah Laura. 

"Itu sudah saya handle," jawab papanya Kenzo. 

"Syukurlah," ujar ibu Laura. 

Tidak lama kemudian Laura dengan perlahan membuka matanya dan menggerak tangannya. 

"Kamu udah siuman?" tanya ibu Laura. 

Laura hanya mengangguk lalu bertanya, "Laura pingsan, yah?" 

"Iyah, kata dokter kamu kecapean. Kamu sih ngeyel, ayah kan udah bilang jangan kerja terus! Kalo kamu sakit lebih dari ini gimana?!" Laura yang sedang di nasehati ayahnya hanya diam dan menatap ayahnya. 

"Ayah aku baru sadar lho, kasih minum dulu kek." Laura menyahut dengan santai. 

"Ehh iyah, maaf ayah lupa." Ayah Laura menepuk jidatnya lalu mengambil air minum yang sudah di sediakan.

Orang tua Kenzo menghampiri Laura lalu mama Kenzo mengelus puncak rambut Laura. 

"Ada yang sakit?" tanya mama Kenzo. 

"Ng-nggak yang ada sakit kok," jawab Laura sedikit gugup. 

"Nih minum dulu," ibu Laura menyodorkan gelas berisi air putih yang tadi diambil oleh ayahnya. 

Laura sedikit bangun untuk minum dan dibantu mamanya Kenzo juga, saat Laura sedang minum tiba-tiba Rere datang dan mengejutkan Laura. 

"Aaaa ... Laura lo udah, siuman?" tanya Rere sambil membuka pintu tidak lupa dibelakangnya juga ada Riri. 

Uhuk

Uhuk

Melihat Laura tersedak Rere mematung di tempat dan menggigit bibir bawahnya. 

"Mampus, punya mulut nggak bisa dikontrol. Bikin malu aja heran," batin Rere. 

"Rere ini rumah sakit, jangan teriak-teriak." Peringat ibu Laura, sementara Rere hanya nyengir. 

"Maaf tante, om, Laura. Rere kelepasan," ucap Rere tak enak hati. 

"Iyah nggak apa-apa, jangan diulangi lahi yah." ibu Laura menasehati Rere dengan lembut dan diangguki oleh Rere. 

"Bu, Laura udah boleh pulang?" tanya Laura. 

"Belum, kamu harus di sini sampai pulih total!" bukannya ibu Laura yang menjawab, melainkan ayahnya. 

"Tapi Laura boleh makan makanan yang bukan dari rumah sakit, kan?" tanya Laura lagi. 

"Iyah boleh, tapi jangan makan yang aneh-aneh," jawab ibu Laura. 

"Oke! Re, tolong bawain gua makanan dari resto sekarang!" perintah Laura yang dijawab dengan jempol oleh Rere. 

**** 

Saat ini Laura sedang menikmati makanan yang dibawakan Rere dan Riri tadi, sementara Kenzo masih duduk di sofa sambil memainkan handphonenya. Orang tua mereka pulang beberapa menit yang lalu, dan akan kembali nanti malam. 

"Ra pelan-pelan makannya! Keselek baru tau rasa lo!" ujar Rere memperingati Laura karena makan dengan lahap dan terburu-buru. Laura hanya mengangguk dan terus mengunyah makanan yang ada di mulutnya. 

"Kak Rara, Kak Rere! Aku pergi dulu yah, tadi dapat chat dari karyawan butik, ada urusan penting katanya." pamit Riri. 

Laura menelan makanan yang ada di mulutnya. "Naik apa, ke sananya?" tanya Laura. 

"Kayaknya naik taksi, soalnya tadi aku kan kesini naik mobil kak Rere." jawab Rere. 

"Pake aja tuh mobil si Rere!" titah Laura. 

"Lho? Kok, harus mobil gue?" tanya Rere namun tak mendapat respon dari Laura. 

"Yaudah deh iyah, nih kuncinya." Rere memberikan sebuah kunci mobil yang terdapat gantungan boneka kecilnya. 

"Makasih kak Rere!" Riri mengambil kunci lalu tersenyum kamudian pergi. 

Setelah selsai makan, Laura memakan buah-buahan yang tadi di bawa Rere. Laura sengaja makan dengan sangat lahap dan banyak agar cepat pulih. 

Sementara Laura makan buah-buahan, Rere hanya diam dan sesekali melirik Kenzo yang sudah dari tadi duduk di sofa sambil memainkan handphonenya. 

Kenzo yang merasa diperhatikan langsung mematikan handphonenya lalu menatap kearah Rere dan Laura, seketika itu juga Rere langsung mengalihkan pandangannya. 

"Apa?" tanya Laura seraya mengangkat sebelah alisnya. 

Kenzo tak menjawab, dia bangun dari duduknya lalu berjalan kearah kamar mandi.

"Tuh orang sok cuek banget!" Rere memutar bola matanya. 

Tiba-tiba Laura merasa pusing, hidungnya sedikit mengeluarkan darah. Laura menyeimbangkan dirinya lalu perlahan merebahkan dirinya.

"Ra? Lo, nggak pa-pa?" tanya Rere panik. Laura menutup matanya kemudian secara perlahan memijat dahinya. 

"Nggak, gue nggak pa-pa. Tolong ambilin tisu dong," pinta Laura sambil terus memijit dahinya pelan. 

Rere langsung mengambil tisu yang berada di meja dekat sofa lalu memberikannya pada Laura. 

"Lo, beneran nggak pa-pa? Mau gue panggilin dokter?" tanya Rere khawatir. 

Laura mengelap darah yang keluar dari hidungnya. "Nggak usah, gue nggak pa-pa kok."

"Yaudah, lo istirahat biar cepet sembuh, gue tungguin di sini kok!" Rere kembali duduk di kursi sebelah tempat tidur Laura. 

Karena kepalanya lumayan pusing, Laura tidur untuk mengurangi rasa sakitnya. Sedangkan Rere duduk di sebelah Laura untuk menjaganya dan sesekali memainkan handphonenya. Sedangkan Kenzo, dia kembali duduk di sofa dan tak menghiraukan Laura dan Rere. 

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status