/ Urban / TAKHTA BAYANGAN / Bab 4: Kebenaran yang Terungkap

공유

Bab 4: Kebenaran yang Terungkap

작가: Zayba Almira
last update 최신 업데이트: 2024-11-22 16:03:30

Dante berjalan dengan langkah mantap di sepanjang jalan yang ramai, meski hatinya masih terasa berdebar kencang. Setelah berhasil melarikan diri dari Raven’s Nest, hidupnya kini berada dalam ketegangan yang tak terhindarkan. Setiap detik terasa seperti petaka yang siap menghancurkan dirinya. Namun, di balik ketakutan itu, ada satu hal yang tidak bisa dia abaikan: kebenaran. Apa yang sebenarnya terjadi dengan ayahnya? Siapa yang benar-benar menginginkannya mati?

Elena tetap berjalan di sampingnya, dengan langkah yang tenang dan penuh perhitungan. Sepertinya, wanita itu sudah terbiasa dengan dunia yang gelap ini, jauh lebih siap menghadapi bahaya yang selalu mengintai. Wajahnya yang dingin dan tenang justru memberikan kenyamanan bagi Dante yang masih merasa cemas.

"Mereka pasti sudah tahu kita selamat," kata Elena, membuka percakapan. "Kita tidak bisa tinggal di sini terlalu lama. Kita harus bergerak."

Dante menatapnya dengan tatapan serius. "Ke mana kita akan pergi?"

"Ke tempat yang lebih aman," jawab Elena. "Aku sudah punya beberapa tempat persembunyian, tapi aku tidak yakin kita bisa tinggal lama. Orang-orang dari Leviathan dan Sangkar Besi pasti sudah mulai mencari kita."

"Siapa yang akan kita hadapi kali ini?" tanya Dante, merasa semakin terbebani dengan kenyataan yang semakin rumit.

"Rafael Moretti dan Viktor Koval adalah dua tokoh utama dalam permainan ini," kata Elena sambil menatap lurus ke depan. "Namun, ada satu orang yang lebih berbahaya dari mereka. Seseorang yang mengatur semuanya dari bayangan."

Dante menoleh. "Siapa itu?"

Elena berhenti sejenak, memandang sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mengintip. "Namanya Lucius. Dia adalah pemimpin dari kelompok yang lebih besar—sebuah organisasi internasional yang tidak hanya beroperasi di kota ini, tetapi juga di seluruh dunia. Dia adalah orang yang benar-benar bertanggung jawab atas kehancuran ayahmu."

Dante merasa seluruh tubuhnya tegang mendengar nama itu. "Lucius..."

"Dia bukan orang yang bisa kau hadapi sendirian," lanjut Elena dengan nada serius. "Kau tidak tahu siapa dia sebenarnya. Tapi satu hal yang pasti: dia tidak akan berhenti sampai semua yang berhubungan dengan ayahmu, atau bahkan kau, dihancurkan."

---

Mereka akhirnya tiba di sebuah bangunan tua yang terletak di ujung kota, jauh dari keramaian. Di luar, gedung itu tampak terabaikan, namun di dalamnya tersembunyi sebuah jaringan komunikasi yang canggih, serta peralatan yang Elena gunakan untuk melacak pergerakan musuh.

"Ini tempat yang aman untuk sementara," kata Elena saat mereka memasuki ruangan. "Di sini, kita bisa merencanakan langkah berikutnya."

Dante menatap ruangan yang penuh dengan layar komputer dan peta-peta besar yang terhampar di meja. Elena berjalan menuju komputer dan mulai mengetik dengan cepat, menampilkan peta kota dan sekitarnya.

"Lucius memiliki beberapa lokasi yang dia kontrol di luar kota," kata Elena sambil menunjukkan sebuah titik di peta. "Ini adalah tempat di mana dia biasanya bersembunyi. Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang dia sebelum kita bisa melangkah lebih jauh."

Dante mengangguk, namun pikirannya kembali pada pertanyaan yang masih menghantui. "Tapi, kenapa dia menginginkan ayahku mati? Apa yang dia dapatkan dari semua ini?"

Elena menatapnya, wajahnya sedikit melunak. "Ayahmu adalah seorang pria yang memiliki banyak informasi. Dia bukan hanya seorang pemimpin dalam dunia mafia, tetapi dia juga seorang pemain. Lucius ingin menguasai lebih banyak wilayah, dan ayahmu adalah penghalang terbesar baginya. Jika ayahmu hidup, maka Lucius tidak bisa mengendalikan semuanya."

Dante merasa perasaan amarah dan kebingungannya mencampuraduk. "Lalu, kenapa aku?"

"Karena ayahmu meninggalkan sesuatu untukmu," jawab Elena dengan pelan. "Sesuatu yang lebih berharga daripada yang kau kira."

Dante memandangnya bingung. "Apa maksudmu?"

"Apakah kau tidak pernah mendengar tentang The Codex?" tanya Elena.

---

Dante terdiam, mencoba mengingat segala informasi yang pernah ia dengar. “The Codex?” ucapnya perlahan. "Apakah itu semacam... buku atau dokumen?"

Elena mengangguk. "The Codex adalah sebuah dokumen kuno yang berisi informasi tentang leverage yang bisa digunakan untuk mengendalikan dunia bawah tanah. Hanya sedikit orang yang tahu tentang keberadaannya, dan ayahmu adalah salah satu yang memiliki salinannya. Namun, yang lebih berbahaya adalah fakta bahwa Lucius juga tahu tentang keberadaannya."

Dante merasa dunia di sekitarnya mulai berputar. "Jadi, ayahku... dia meninggalkan sesuatu yang bisa membuat orang seperti Lucius berjuang mati-matian untuk mendapatkannya?"

"Ya," jawab Elena dengan nada datar. "Dan sekarang, semua orang ingin menemukanmu. Mereka tahu bahwa tanpa salinan The Codex, mereka tidak bisa mengalahkan Lucius. Tapi jika kau ingin bertahan, kau harus menguasai isi dokumen itu."

Dante merasakan beban berat di pundaknya. "Tapi bagaimana aku bisa tahu apa yang ada di dalamnya? Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang dunia ini."

"Karena kau adalah anaknya," kata Elena dengan percaya diri. "Ayahmu pasti sudah mengajarkanmu sesuatu—tidak langsung, mungkin, tapi di dalam dirimu ada kemampuan untuk melihat dan mengerti bagian-bagian yang tersembunyi. Kau hanya perlu mempercayai instingmu."

---

Saat mereka terhenti sejenak untuk mencerna informasi yang baru saja diterima, suara mobil yang mendekat tiba-tiba mengalihkan perhatian mereka. Elena segera berdiri dan mendekati jendela, mengamati dengan cermat.

"Kelihatannya kita sudah tidak sendirian," bisiknya. "Mereka datang."

Dante merasakan gelombang ketegangan yang semakin meningkat. "Siapa mereka?"

"Orang-orang dari Sangkar Besi," jawab Elena dengan cepat. "Mereka tidak hanya bekerja untuk Lucius, mereka juga bekerja sama dengan orang-orang dari luar kota."

Dante merasa gemetar. "Apa yang harus kita lakukan?"

Elena mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang. "Ini akan jadi ujian pertama bagi kita," katanya dengan tenang. "Kita harus keluar dari sini dan menuju lokasi aman yang lain. Kalau kita tidak bergerak sekarang, kita akan dikepung."

Dante merasakan ketegangan mencekam. Setiap gerakannya terasa semakin terbatas. Namun, satu hal yang pasti: ia tidak akan mundur. Keputusan untuk bertahan hidup—dan untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan ayahnya—telah diambil. Dan sekarang, ia harus bertarung untuk kebenaran, apa pun risikonya.

---

Elena dan Dante keluar dengan cepat melalui pintu belakang, menyusuri lorong-lorong gelap, berusaha menghindari deteksi. Setiap langkah mereka terasa semakin mendesak. Di luar, malam semakin pekat, dan suara kendaraan semakin mendekat. Mereka tahu bahwa waktu mereka tidak banyak.

"Satu langkah lagi," bisik Elena. "Tapi kita harus cepat. Mereka sudah hampir di sini."

Dengan perasaan cemas yang terus membayangi, Dante tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan pertarungan untuk mengungkap kebenaran tentang The Codex dan ayahnya akan membawa mereka jauh lebih dalam ke dalam dunia yang gelap dan berbahaya ini.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 130

    Cahaya di altar itu semakin terang, seolah menyelimuti mereka dalam kabut keputus-asaan yang memaksa setiap langkah mereka untuk diambil dengan penuh perhitungan. Ayra bisa merasakan getaran di dalam tubuhnya, seperti sesuatu yang besar tengah berputar di luar kendali mereka. Ini adalah saat penentuan. Keputusan yang mereka buat akan mengubah segala hal.Dante, yang berdiri di sampingnya, menarik napas panjang dan menatap Ayra. "Apapun yang terjadi, kita sudah sampai di sini bersama. Apa pun konsekuensinya, kita akan hadapi."Ayra merasakan ketenangan dalam kata-kata Dante, meskipun hatinya sendiri berdebar keras. Mereka telah melewati begitu banyak rintangan, begitu banyak tantangan, namun apa yang ada di hadapan mereka ini masih penuh misteri. Adakah mereka benar-benar siap untuk keputusan yang ada di depan mata?"Saya tahu," jawab Ayra dengan suara yang agak gemetar. "Tapi ini bukan hanya tentang kita, kan? Ini tentang semua yang kita cintai. Tenta

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 129

    Ayra merasakan getaran aneh yang mengguncang tubuhnya begitu mereka melangkah lebih dekat ke cahaya itu. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah dunia di sekitar mereka mulai berubah, menyesuaikan diri dengan keputusan yang sudah mereka buat. Cahaya itu semakin terang, dan seiring dengan itu, bayangan yang mengintai mereka juga semakin jelas."Ini terasa seperti... kita menuju ke sesuatu yang tak bisa kita kendalikan," kata Elena, matanya waspada, menatap cahaya yang semakin mendekat. "Tapi kita sudah di sini. Tidak ada pilihan lain selain melangkah maju."Ayra menatap ke depan, merasakan seakan dunia di sekitar mereka berhenti sejenak. Semua ketegangan yang mereka rasakan, semua rahasia yang tersembunyi di balik kabut, terasa seperti beban yang harus mereka hadapi satu per satu. Namun, meskipun mereka tahu bahwa ini adalah langkah yang tak bisa ditarik mundur, ada kekuatan yang lebih besar di dalam diri mereka untuk tetap melanjutkan.Dante berja

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 128

    Mereka melangkah dengan hati yang penuh ketegangan, menjauh dari tempat Adrian menghilang ke dalam kabut. Setiap langkah terasa berat, seakan beban yang mereka bawa semakin besar. Ayra, yang berjalan di samping Dante, merasa ketidakpastian melingkupi hatinya. Ke mana mereka sebenarnya menuju? Dan lebih penting lagi, apa yang akan mereka hadapi di depan? "Adrian... mengapa ia kembali sekarang?" Ayra berbisik, suaranya hampir tenggelam dalam gemuruh angin yang berhembus kencang. "Kenapa tidak sebelumnya?" Dante berjalan dengan langkah tegap, meskipun ia pun merasakan kegelisahan yang sama. Ia tahu Adrian tidak pernah datang tanpa tujuan, dan itu yang membuatnya semakin waspada. "Mungkin itu bukan kebetulan," jawab Dante, suaranya tetap tegas meskipun ada keraguan yang menggerayangi pikirannya. "Mungkin ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita ketahui." Elena, yang berjalan sedikit lebih jauh di belakang, tiba-tiba berhenti. "Tunggu

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 127

    Suasana malam semakin mencekam, udara dingin menggigit kulit mereka yang terasa lebih sensitif setelah perjalanan panjang yang penuh dengan ketegangan. Langkah-langkah mereka di tengah kabut yang menyelimuti hanya diiringi oleh suara detak jantung yang semakin cepat. Ayra merasa beban yang ada di pundaknya semakin berat. Semakin dekat mereka pada tujuan, semakin jelas bahwa takdir mereka akan segera terungkap, namun apakah itu takdir yang mereka harapkan?"Ayra," suara Dante memecah kesunyian, lembut namun penuh tekanan. "Apa yang kau rasakan sekarang? Kita semakin dekat."Ayra mengangkat wajahnya, matanya penuh pertanyaan. Meski bibirnya ingin berkata sesuatu, kata-kata itu terasa seperti beban yang terlalu berat untuk diungkapkan. Keputusan yang akan mereka buat nanti bukan hanya tentang hubungan mereka, tetapi juga tentang kehidupan mereka, masa depan mereka. Mereka tidak hanya berhadapan dengan pilihan pribadi, tetapi juga dengan sesuatu yang lebih besar,

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 126

    Langkah Dante terasa semakin berat, seolah ada sesuatu yang menahan setiap gerakannya. Udara malam yang dingin menyeruak lewat celah-celah jaketnya, memeluk tubuhnya dengan rasa yang menyusup sampai ke dalam tulang. Jalanan yang mereka lalui semakin sempit, seolah mengarah pada sebuah tempat yang penuh dengan misteri dan ketidakpastian. Kabut tipis yang mulai turun menambah kesan sunyi, menutupi segalanya kecuali langkah-langkah mereka yang semakin terasa berat.Dante menoleh ke belakang, memastikan bahwa Ayra dan Elena masih berada di belakangnya. Mereka berjalan dengan jarak yang sedikit lebih jauh dari biasanya, seolah ketegangan yang ada di udara memisahkan mereka lebih jauh daripada yang sebenarnya. Ayra tampak lebih diam dari biasanya, wajahnya yang biasanya ceria kini diselimuti kekhawatiran yang jelas terlihat. Meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaan itu, matanya yang sesekali tertunduk menunjukkan kegelisahan yang sulit ditutupi.Dante merasa beb

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 125

    Matahari pagi memancarkan sinarnya dengan lembut di atas kediaman keluarga Dante. Udara musim semi yang segar membawa keheningan yang menenangkan, tetapi di dalam hati beberapa orang, badai perasaan masih berkecamuk. Ayra duduk di taman belakang rumah, jari-jarinya memetik kelopak bunga melati yang tumbuh di pinggir pagar. Wajahnya terlihat damai, namun sorot matanya memancarkan kebimbangan yang mendalam. Ia masih mengingat percakapan terakhirnya dengan Dante, di mana pria itu mengungkapkan perasaannya. Kebahagiaan yang meluap-luap masih terasa, tetapi bersamanya datang juga beban. Langkah kaki pelan terdengar mendekat. Ayra menoleh dan melihat Elena berdiri di belakangnya. Wajah Elena terlihat tenang, meskipun Ayra tahu ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan perempuan itu. "Elena," sapa Ayra, mencoba tersenyum. Elena balas tersenyum dan berjalan mendekat, duduk di bangku yang sama dengan Ayra. “Pagi yang indah,

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status