Beranda / Romansa / TAKLUK DI PELUKANNYA / BAB 4 - LANGKAH AWAL DALAM JERATNYA

Share

BAB 4 - LANGKAH AWAL DALAM JERATNYA

Penulis: awaaasky
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-20 22:38:27

Malam itu, Auryn duduk di depan laptopnya dengan segelas anggur merah di tangan. Layar di depannya menampilkan serangkaian dokumen yang ia coba pahami, tapi pikirannya terus kembali ke satu hal.

Lucien Morant.

Pria itu terlalu tenang, terlalu percaya diri, seolah tahu bahwa pada akhirnya Auryn akan luluh.

Dan yang lebih menyebalkan lagi?

Bagian kecil dalam dirinya mulai mempertimbangkan tawaran itu.

Bekerja untuk Lucien Morant.

Sial.

Dia meneguk anggurnya, menekan pelipisnya dengan jemarinya yang ramping.

Dia tahu bahwa keputusan ini bukan sekadar soal pekerjaan. Jika dia menerima tawaran itu, maka dia juga masuk dalam permainan Lucien.

Dan Lucien bukan tipe pria yang bermain tanpa memastikan dirinya menang.

Aku harus mengalahkannya di permainannya sendiri.

Auryn menarik napas panjang, lalu mengambil ponselnya. Jemarinya melayang di atas layar sebelum akhirnya mengetik pesan.

Auryn: Kita perlu bicara.

Dia menekan tombol kirim, lalu menunggu.

Tak butuh waktu lama sebelum ponselnya bergetar.

Lucien: Aku tahu kau akan menghubungiku.

Auryn memutar bola matanya. Sombong.

Auryn: Temui aku besok. Aku yang menentukan tempatnya.

Lucien: Baiklah, sayang. Aku suka wanita yang tahu cara memimpin.

Auryn menggertakkan giginya. Brengsek.

Dia membuang napas, lalu menutup ponselnya.

Lucien sudah menjeratnya dalam permainannya, tapi Auryn bukan tipe wanita yang membiarkan dirinya dikendalikan begitu saja.

Jika Lucien ingin bermain, maka dia harus siap untuk kalah.

Keesokan harinya, Auryn memilih tempat yang netral—sebuah restoran eksklusif di pusat kota dengan ruangan privat.

Dia tiba lebih dulu, mengenakan gaun hitam elegan yang membentuk tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya disanggul rendah, hanya menyisakan beberapa helaian yang jatuh di sisi wajahnya.

Dia ingin memastikan bahwa jika Lucien mencoba mengintimidasinya, maka dia juga punya senjatanya sendiri.

Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka, dan sosok pria itu masuk.

Lucien Morant.

Seperti biasa, dia tampak sempurna dalam setelan jasnya, dengan senyum kecil yang penuh percaya diri di wajahnya.

“Tepat waktu,” katanya ringan, lalu duduk di depannya. “Aku suka wanita yang tidak membuatku menunggu.”

Auryn hanya tersenyum tipis. “Aku bukan wanita yang kau pikir bisa kau kendalikan, Lucien.”

Lucien tertawa kecil. “Oh, aku tahu itu. Justru itu yang membuatmu menarik.”

Seorang pelayan masuk, membawa dua gelas anggur merah. Lucien menunggu sampai mereka kembali sendirian sebelum menatapnya dengan tajam.

“Jadi, kau memanggilku ke sini. Aku harap itu berarti kau mempertimbangkan tawaranku.”

Auryn menyandarkan punggungnya ke kursi. “Aku ingin tahu lebih banyak.”

Lucien mengangkat alisnya. “Tentu.”

Dia mengambil sesuatu dari sakunya—sebuah flash drive kecil—dan meletakkannya di atas meja.

“Di dalamnya ada semua informasi yang perlu kau tahu.”

Auryn melirik benda kecil itu, lalu kembali menatap Lucien.

“Aku tidak percaya begitu saja,” katanya. “Kenapa aku harus mempertaruhkan karierku untukmu?”

Lucien tersenyum tipis. “Karena kau tahu bahwa bersamaku, kau bisa mendapatkan lebih dari yang kau impikan.”

Auryn menghela napas. “Kau terdengar seperti penipu ulung.”

Lucien tertawa. “Kalau begitu, buktikan aku salah.”

Auryn menatapnya lama sebelum akhirnya mengambil flash drive itu.

Dia tahu ini adalah awal dari sesuatu yang berbahaya.

Tapi entah kenapa, ada bagian dalam dirinya yang bersemangat.

Lucien Morant mungkin mengira dia sudah menang.

Tapi Auryn Vale tidak akan membiarkan dirinya jatuh begitu saja.

Permainan baru saja dimulai.

Malam itu, Auryn duduk di apartemennya, memandangi flash drive di tangannya dengan ekspresi ragu.

Ini bisa menjadi awal dari kehancurannya—atau kemenangan terbesarnya.

Dengan napas berat, dia memasukkan flash drive itu ke laptopnya.

File demi file terbuka di layar, menampilkan serangkaian data yang sulit untuk dipahami dalam sekali baca.

Tapi ada satu dokumen yang menarik perhatiannya.

"Project Shadow"

Auryn mengernyit. Apa ini?

Dengan hati-hati, dia mengklik file itu dan mulai membaca.

Semakin dalam dia membaca, semakin cepat detak jantungnya.

Apa yang Lucien tawarkan bukan sekadar pekerjaan biasa.

Ini adalah permainan berbahaya—sebuah proyek yang bisa mengubah segalanya.

Dan kini, dia harus memutuskan apakah akan masuk lebih dalam atau menarik diri sebelum terlambat.

Tapi melihat namanya sudah tertera dalam beberapa bagian dokumen itu...

Dia sadar.

Lucien tidak memberinya pilihan untuk mundur.

---

Auryn bersandar di kursinya, jemari mengetuk meja pelan, mencoba mencerna informasi yang baru saja ia baca.

Nama-nama perusahaan. Proyek-proyek rahasia. Aliran dana yang tak wajar.

Dan satu nama yang berulang kali muncul dalam dokumen itu.

Lucien Morant.

Pria itu tidak hanya sekadar seorang pengusaha sukses. Dia jauh lebih dari itu.

Auryn menutup laptopnya dengan napas berat. Apa yang baru saja ia baca bukan hanya sekadar bisnis biasa—ini adalah permainan kekuasaan. Dan ia kini berada di tengah-tengahnya.

Namun, bukannya takut, sebuah senyuman tipis muncul di bibirnya.

"Jadi ini permainanmu, Lucien?" bisiknya.

Ia tidak bisa mundur sekarang. Tidak dengan segala informasi ini di tangannya.

KEESOKAN HARINYA

Auryn berdiri di depan gedung megah Morant Corporation. Matanya menyusuri fasad kaca yang memantulkan cahaya matahari pagi.

Ia tahu betul bahwa begitu melangkahkan kaki ke dalam, ia tidak bisa lagi kembali menjadi dirinya yang dulu.

Seorang pegawai menyapanya di lobi, lalu membimbingnya menuju lantai tertinggi.

Setelah melewati serangkaian koridor eksklusif, pintu besar terbuka, memperlihatkan ruangan luas dengan dinding kaca yang menampilkan pemandangan kota.

Di tengah ruangan, duduklah pria itu.

Lucien Morant.

Ia menatap Auryn dengan senyum khasnya, seolah sudah tahu bahwa wanita itu akan datang.

“Aku tahu kau akan menerimanya,” katanya, nada suaranya penuh kemenangan.

Auryn berjalan mendekat, meletakkan flash drive di meja Lucien.

“Aku hanya ingin memastikan sesuatu.”

Lucien mengangkat alis. “Dan apa itu?”

Auryn menatapnya tajam. “Seberapa jauh aku bisa bermain dalam permainan ini?”

Alih-alih menjawab, Lucien bangkit dari kursinya, melangkah mendekat.

Tatapannya tajam, penuh intensitas.

“Sejauh yang kau inginkan, sayang,” bisiknya di telinga Auryn.

Detik itu juga, Auryn tahu.

Ia baru saja masuk ke dalam jerat pria ini.

Dan tidak ada jalan keluar.

MALAM ITU

Auryn menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun hitam malam ini membalut tubuhnya sempurna, menonjolkan keanggunan dan kepercayaan diri yang ia butuhkan.

Acara gala Morant Corporation adalah tempat di mana kekuasaan dan pengaruh bertemu.

Dan ia harus bermain dengan sempurna.

Saat ia memasuki ruangan megah itu, semua mata tertuju padanya.

Namun, hanya satu tatapan yang ia rasakan lebih kuat dari yang lain.

Lucien.

Pria itu berdiri di seberang ruangan, memandangi Auryn seolah ia baru saja memenangkan taruhannya.

Dan malam ini, permainan benar-benar dimulai.

Malam terasa panjang bagi Auryn. Setelah pertemuannya dengan Lucien di kantor Morant Corporation, pikirannya tak bisa berhenti memikirkan pria itu. Bukan hanya soal ancaman yang tersirat di balik kata-katanya, tapi juga godaan halus yang terjalin di setiap interaksi mereka.

Saat ini, ia berada di kamarnya, duduk di tepi ranjang sambil memandangi layar laptopnya yang menampilkan berkas-berkas yang ia salin dari kantor Lucien.

Ada sesuatu yang mengusiknya—sebuah proyek misterius bernama ‘Proyek Avalon’.

Nama proyek itu muncul berkali-kali di dokumen yang ia temukan, tetapi detailnya masih samar. Auryn tahu, jika ingin memahami permainan ini lebih dalam, ia harus menggali lebih jauh.

Tapi bagaimana?

Pikirannya terhenti ketika ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.

Lucien Morant: “Bersiaplah. Aku akan menjemputmu dalam satu jam.”

Auryn menatap pesan itu dengan kening berkerut.

Bersiap? Untuk apa?

Sebelum ia sempat membalas, sebuah pesan lagi masuk.

Lucien Morant: “Jangan buat aku menunggu, sayang.”

Dada Auryn menghangat. Bukan karena romantisme, tapi karena permainan yang semakin menarik.

Sambil tersenyum miring, ia bangkit dari ranjang dan berjalan menuju lemari.

Kalau ini perang, ia harus bersiap dengan persenjataan terbaiknya.

SATU JAM KEMUDIAN

Di luar, sebuah mobil hitam dengan kaca gelap berhenti tepat di depan apartemen Auryn.

Begitu ia melangkah keluar, pintu belakang terbuka otomatis, memperlihatkan sosok Lucien yang duduk dengan angkuh di dalam.

"Masuklah," katanya, nada suaranya tenang, namun mengandung perintah yang tak terbantahkan.

Tanpa berkata apa-apa, Auryn masuk dan duduk di sampingnya.

Mobil melaju, meninggalkan kesunyian malam di belakang mereka.

"Mau membawaku ke mana?" tanya Auryn akhirnya.

Lucien hanya menoleh sekilas, matanya yang tajam menelisik wajah Auryn. "Kau ingin bermain dalam duniaku, bukan?"

Auryn tidak menjawab, hanya menatapnya balik dengan penuh percaya diri.

Lucien tersenyum kecil. "Malam ini kau akan melihatnya sendiri."

30 MENIT KEMUDIAN

Mobil berhenti di depan sebuah gedung eksklusif yang tampak seperti klub malam, tetapi jauh lebih mewah dan privat.

Seorang pria berbadan besar segera membuka pintu untuk mereka.

Begitu masuk, Auryn langsung disambut oleh suasana yang berbeda.

Ruangan ini dipenuhi oleh orang-orang dengan jas mahal dan gaun elegan, tetapi tidak ada suara musik keras atau dentingan gelas seperti klub biasa.

Sebaliknya, ada ketegangan di udara—seperti permainan yang berlangsung di balik senyuman dan lirikan tajam.

Lucien meletakkan tangannya di punggung bawah Auryn, membimbingnya ke dalam.

"Kau sedang membawaku ke sarang singa?" bisik Auryn.

Lucien tertawa kecil. "Lebih tepatnya, ke meja para pemburu."

Auryn merasakan tatapan dari orang-orang di sekitar.

Bukan hanya sekadar tatapan penasaran, tapi juga analisis—mereka menilainya, mencoba memahami siapa dia dan mengapa dia ada di sini bersama Lucien Morant.

Mereka melewati beberapa meja sebelum akhirnya Lucien berhenti di satu meja VIP, di mana beberapa pria tua dengan jas mahal sedang berbicara pelan.

Saat mereka melihat Lucien datang, percakapan mereka terhenti seketika.

Salah satu dari mereka, seorang pria berusia sekitar lima puluhan dengan wajah tajam dan penuh pengalaman, tersenyum kecil.

"Lucien," katanya dengan nada yang terdengar seperti menghormati, namun juga mengandung kewaspadaan. "Dan siapa wanita muda ini?"

Lucien menarik kursi untuk Auryn sebelum duduk di sampingnya.

"Perkenalkan," katanya, "Auryn Vale."

Pria di seberang meja menaikkan alisnya. "Auryn Vale... Nama yang baru di meja ini."

Auryn tersenyum tipis. "Setiap permainan butuh pemain baru, bukan?"

Salah satu pria lain terkekeh pelan. "Menarik."

Lucien menatap Auryn, matanya penuh dengan sesuatu yang sulit ditebak.

Auryn tahu, malam ini bukan hanya sekadar perkenalan. Ini adalah ujian.

Dan ia harus memainkannya dengan sempurna.

SEJAM KEMUDIAN

Percakapan di meja semakin dalam, membahas bisnis, investasi, dan proyek-proyek yang tidak pernah terdengar di berita.

Auryn mendengarkan dengan cermat, menyelipkan beberapa pertanyaan tajam di sela-sela percakapan.

Dan setiap kali ia berbicara, para pria di meja itu semakin memperhatikannya.

Lucien tersenyum kecil di sampingnya, puas melihat bagaimana Auryn bisa mengikuti permainan.

Tapi kemudian, salah satu pria tiba-tiba berkata, "Lucien, aku penasaran... Seberapa jauh wanita ini bisa pergi dalam permainan ini?"

Auryn merasakan tatapan mereka kini tertuju padanya sepenuhnya.

Sebuah tantangan.

Lucien meliriknya, seolah memberinya kebebasan untuk menjawab sendiri.

Auryn menatap pria itu, lalu tersenyum manis.

"Sejauh yang aku inginkan," katanya.

Sebuah keheningan singkat terjadi, sebelum tawa rendah terdengar di antara mereka.

Lucien menyandarkan punggungnya ke kursi, matanya berbinar.

"Jawaban yang bagus, sayang."

Auryn tahu, malam ini ia telah melangkah lebih dalam ke dalam dunia Lucien.

Dan semakin sulit untuk keluar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 55

    sudah dua minggu sejak cahaya terakhir auryn memudar di hadapan lucien.selama itu pula, dunia perlahan kembali pulih.kabut hitam menghilang. resonansi destruktif yang berasal dari origin sirna tanpa jejak.tapi... ada kekosongan yang tidak bisa diisi oleh kedamaian.karena buat lucien, dunia tanpa auryn adalah dunia yang kehilangan nadanya.dia masih tinggal di pusat komando lama, yang sekarang dijuluki sebagai “silent vault”, karena hanya dia satu-satunya manusia yang memilih untuk bertahan di sana.bukan karena dia tidak bisa kembali ke kehidupan normal.tapi karena sebagian jiwanya… masih menunggu.setiap malam, dia duduk di depan satu layar.layar itu menunjukkan hanya satu file:> Auryn_Rebirth.alphafile itu masih diam.tidak aktif.tidak bisa dibuka.tapi juga... tidak bisa dihapus.seluruh jaringan dunia menganggap file itu sebagai “anomali”.bahkan sistem keamanan global tidak bisa mengaksesnya.semua pakar teknologi sepakat:“file ini memiliki semacam kesadaran pasif, tapi

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 54

    hujan deras masih mengguyur kota.petir menyambar, tapi dunia terasa lebih tenang dibanding sebelumnya.auryn... sudah ‘terbangun’ dari perangkap sistem E.V.E.namun, malam itu... sesuatu berubah.---di apartemen yang remang, lucien duduk di depan proyektor, menatap wujud hologram auryn yang tampak lebih stabil dibanding sebelumnya. wajahnya masih cantik, tapi kali ini... ada hal yang berbeda.matanya gak lagi hanya pantulan gelombang.ada kesadaran penuh di sana.“gimana rasanya balik?” tanya lucien pelan.auryn gak langsung jawab. dia berdiri, berjalan di udara, lalu berbalik.“aneh,” katanya. “kayak bangun dari tidur panjang tapi ada bagian dari diri gue yang... hilang.”“hilang?”“iya... kayak ada sesuatu yang dulu pernah nempel di gue... tapi sekarang ditarik paksa.”lucien diam.entah kenapa, kata-kata itu bikin bulu kuduknya merinding.“dan... lucien,” suara auryn melembut, “lo harus siap.”“siap?”auryn menatap dalam-dalam, dan untuk pertama kalinya... dia terlihat takut.“gu

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 52

    setelah pertemuan terakhir di echo chamber, lucien gak pernah lagi jadi manusia biasa.tatapannya berubah. langkahnya lebih berat. dan diam-diam... dunia mulai merasakan resonansi baru yang menyebar lewat siaran-siaran gelombang suara.beberapa ilmuwan menyebutnya "virus gelombang emosi".tapi buat lucien, itu bukan virus.itu auryn.dan sekarang... dia satu-satunya yang bisa mendengar "pesan tersembunyi" dari dalam sistem.suatu malam, saat hujan membasahi kota, sebuah mobil hitam berhenti di depan apartemen auryn.lima orang berpakaian hitam keluar. mereka mengenakan simbol aneh di dada—lingkaran merah dengan garis diagonal, mirip sensor audio.lucien sudah menunggu.“lo datang juga,” ucapnya pelan.pria tertua dari rombongan itu melangkah maju. wajahnya penuh bekas luka. suaranya dalam dan menggetarkan.“kami tahu siapa dia sekarang. auryn vale bukan sekadar manusia, dan lo satu-satunya pintu ke dia.”“dan lo mau apa? maksa dia keluar dari sistem?” lucien menyipitkan mata.“kami ga

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 52

    ledakan sunyi itu… anehnya tak menyakitkan. tidak ada api. tidak ada getaran. hanya keheningan yang menusuk tulang—seolah seluruh dunia kehilangan suaranya dalam satu kedipan.auryn berdiri di tengah ruang resonansi yang kini padam. lampu-lampu mati. layar-layar kosong. tapi yang paling aneh... tidak ada alarm darurat yang berbunyi.semuanya seperti membeku.“auryn! jawab gue!” suara lucien muncul di earcom-nya. penuh panik, bercampur putus asa.“gue hidup,” balasnya dengan suara lirih.napas lucien langsung terdengar lebih tenang. “lo harus keluar sekarang. fasilitas ini bisa collapse kapan aja!”auryn melangkah cepat, menyusuri lorong merah yang kini redup. tapi saat dia sampai di pintu utama... pintunya tertutup rapat. sistem lockdown otomatis telah aktif.“shit,” gumamnya. “amaya, buka pintunya.”di sisi luar, amaya mencoba mengakses sistem override manual, tapi...“auryn… sistemnya bukan cuma shutdown. lo malah ngaktifin kode ‘core echo’. semua pintu dikunci permanen.”“core echo

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 51

    Berlin. Kota yang terlihat damai dari kejauhan, tapi menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang bisa dibayangkan siapa pun.Salju turun perlahan saat mobil mereka berhenti di sebuah gang sempit di distrik seni bawah tanah. Dinding-dinding penuh mural bergaya abstrak, warna-warnanya menggila dalam pendar lampu neon biru.“ini tempatnya,” gumam lucien, matanya menatap ke arah pintu besi besar di ujung gang.auryn berdiri, napasnya tertahan. perasaannya berkecamuk. antara rindu, marah, takut, dan harapan yang masih dia simpan rapat-rapat.“lo yakin dia masih di sini?”lucien mengangguk. “dia gak pernah tinggal lama di satu tempat, tapi yang ini... dia lukis sesuatu dua hari lalu. bentuk kode. gue tau itu dia.”auryn mengetuk pintu besi itu dengan tiga pola ketukan. detik-detik hening berlalu.lalu pintu terbuka. dan di sana... berdiri seorang gadis dengan hoodie kelabu, rambut setengah merah setengah hitam, dan mata yang langsung membelalak.“...auryn?”suara itu membuat auryn tercekat

  • TAKLUK DI PELUKANNYA   BAB 50

    Udara pagi masih dingin ketika suara burung terdengar samar dari kejauhan. Di tengah kabin kayu yang remuk sebagian, auryn duduk memandangi tumpukan berkas hasil backup terakhir dari markas sebelumnya. Matanya sayu, tapi fokusnya tajam.“Gue udah cross-check semua data,” katanya ketika lucien duduk di sampingnya, menyeruput kopi hitam. “Sebagian besar dari program proyek 0–9 masih aktif. Termasuk satu yang belum pernah lo sebut.”Lucien membeku. “Lo nemuin... ‘Echo’?”Auryn mengangguk pelan. “Proyek manipulasi kesadaran manusia lewat gelombang suara. Yang lo sembunyiin dari semua orang, bahkan dari gue.”“Gue sembunyiin karena terlalu berbahaya,” ucap lucien lirih. “Dan karena... itu satu-satunya proyek yang gue rancang dari nol waktu masih kerja buat mereka.”Auryn terdiam. Napasnya berat.“Kalau itu aktif, dan dipakai buat kontrol massal... berarti mereka bisa manipulasi orang di luar sana tanpa ketahuan.”“Bukan bisa. Tapi udah, Ry.” Lucien menatapnya. “Gue yakin ini alasan kenapa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status