Mas Hasan Mulai Kelabakan"Hufft tenang rasanya bisa pergi dari sini! Oh iya, Ma. Aku tadi juga sudah dapat rambut Papa loh, di sofa yang tadi ditiduri Papa, hehehe," ucap Fika sambil tersenyum."Wah hebat dong. Kalau begitu, besok kita langsung melakukan tes DNA pada Lio," jawabku ikut senang."Jangan dong, malam ini saja, karena besok kita akan mencari tahu tentang Adelia bukan. Malam ini saja, Ma, kan banyak tuh klinik swasta yang buka. Biar nggak terlalu lama juga nunggunya. Ok!" rayu Fika.Aku pun cuma menganggu dan tersenyum, hafal sekali dengan sikap putriku itu, dia akan selalu mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan hari ini, tak perlu menunggu besok. Aku pun kemudian segera menhubungi Bik Nur, agar mempersiapkan Lio."Assalamualaikum, Bik, Lio rewel nggak?" tanyaku pada Bik Nur pada percakapan melalui sambungan telepon."Waalaikumsalam, Nyonya. Ini Den Lio baru saja tidur, setelah mandi dan minum susu. Pintar sekali kok Nyonya, dan tidak rewel.jawab Bik Nur."Oke, kalau
Dia Ingin Mencelakai KamiSetelah pulang dari klinik untuk mengetes DNA bayi Lio, kami pun bergegas pulang, karena memang sudah capek sekali, seharian terus saja bolak-balik di jalan."Ma...Lio biar tidur sama aku saja ya?" ucap Fika sambil tersenyum."Nggak bisa, Sayang. Lio harus tidur sama mama," jawabku sambil menggendong Lio, dan akan masuk ke kamar."Yah, Mama pelit banget sih, malam ini saja kok," rengek Fika."Kamu itu capek, Fik. Waktunya istirahat, tiap malam si Lio ini nggak hanya satu kali loh buatin susunya, bisa sampai lima atau enam kali loh. Nanti kamu boboknya malah nggak bisa nyenyak. Besok pagi 'kan kita mau berkendara lagi, jadi wajib tetap istirahat yang cukup sekarang.Sudah, sekarang kamu bobok, nyobain kamar baru 'kan? Hehehe...mama juga mau istirahat ini. Sekalian, besok kita tukar dua mobil yang atas nama Papa itu, dengan mobil baru, Ok?""Oke deh, Ma. Tapi tunggu dulu, aku mau nyiumin si ganteng ini," ucap Fika sambil menciumi Lio yang ada si gendonganku ini
TAMU SELEPAS SUBUH 29Senjata Makan Tuan[Jangan menertawakanku seperti itu! Lupakan kejadian tadi pagi, kini ayo kita membuat kesepakatan baru. Kali ini aku lebih serius, karena kini aku butuh bantuanmu!]Balasan dari Mas Hasan tersebut, terlihat sungguh-sungguh.[It's Ok! Asal Anda ingat, jangan pernah bermain-main denganku, karena itu berarti Anda cari mati! Oh iya...bukankah semua harta Anda telah dibawa pergi oleh istri dan anak Anda? Lalu dengan apa Anda akan membayar pekerjaaanku nanti?] Balasku.[Hey, dari mana kamu tahu, tentang hartaku itu?!]Saat membalas pesanku itu, tentu saja dia akan kaget, hahaha...Mas Hasan tak tahu saja, jika yang berbalas pesan dengannya ini, adalah aku, Dewi Fatmawati, istri yang telah disakitinya.[Anda tak perlu tahu tentang hal itu, uang wajib Anda ketahui adalah, jangan pernah bermain-main denganku, atau akibatnya akan tak terduga-duga. Jadi, kali ini pikirkan lagi, sebelum mengajakkku bekerja sama!]Sekali lagi, aku coba mengintimidasinya, d
PenggrebekanAku pun dengan sabar menunggu, hingga 'pesanan' Mas Hasan itu datang. Saat ini, nampak laki-laki itu, sedang menuju ke kamar mandi, dan beberapa saat kemudian, dia segera kembali.Ternyata Mas Hasan baru saja mandi, kini dia berdiri di depan meja riasku, dan mengusap beberapa bagian wajahnya yang lebam, karena kemarahan warga tadi pagi.Lalu dia pun mulai merapikan sedikit, kamar yang kondisinya amat berantakan itu, terutama ranjangnya."Nah, sudah bersih 'kan? Sekarang tinggal nunggu pesanan sampai. Waktunya untuk bersenang-senang. Melupakan semua yang telah terjadi hari ini. Persetan deh dengan Dewi, Fika atau pun si Sinta. Mati satu tumbuh seribu, hahaha.Yang penting sekarang waktunya happy-happy. Besok pagi waktunya mengeksekusi istri yang kurang ajar itu," ucap Mas Hasan dengan pongahnya.Karena mungkin kecapekan, Mas Hasan pun akhirnya ketiduran. Namun, malah aku kini yang tak bisa memejamkan mata, karena masih penasaran juga sih, hehehe.Aku pun kemudian, memindah
Tenanglah Di Penjara Mas.Pukul tujuh pagi, Bik Nur sudah menyiapkan makanan untuk kami. Lio pun telah ganteng dan wangi sekali, dan kini kubaringkan di ranjangnya."Ma...aku tadi pagi dapat kiriman video dari Roby. Video Papa digerebek di rumah baru kita. Mama tau nggak?"Pagi ini Fika terlihat heboh, karena tadi subuh, aku memang belum menceritakan semua kepadanya. Dan aku menjawab pertanyaanya itu hanya dengan seulas senyuman, karena aku ingin tahu, apa yang didapatnya dari orang lain itu."Duh...mama ketinggalan berita deh. Video kali ini lebih memalukan lagi, Ma. Karena di sana, Papa ngaku sih, kalau wanita itu adalah PSK gitu. Ampun deh...punya Papa kayak gitu malu-maluin aja. Padahal pagi sudah digerebek, eh malamnya kena lagi, emang dasar kebangetan.Dan kini, Ma. Papa itu sudah diamankan pihak berwajib alias polisi, karena sempat melawan dan bertindak anarkis!" ucap Fika bersemangat.Tak kulihat ada kesedihan di mata putriku itu, meski dia tahu bahwa saat ini, papanya itu t
Bab 32TAMU SELEPAS SUBUH 32Rumah Adelia 1Kami pun segera pergi dari kantor polisi itu, kini gantian aku yang menyetir mobil."Mama yakin mau nyetir? Tadi katanya ngantuk?" kata Fik."Yakin, Sayang. Ngantuknya sudah hilang, karena ketemu Papamu tadi, hahaha."Kami pun kemudian tertawa bersama, dan sedikit menertawakan keadaan ini. Tentu saja karena perbuatan mas Hasan itu, kami berdua pasti jadi kena imbasnya, ikut kena malu juga."Kok bisa ya, Ma. Papa itu kayak sikapnya berubah jadi seperti itu, jadi kayak nggak punya malu. Aku makin malu saja deh, ah capek deh kalau ngomongin kelakuan Papa. Mending mikir yang lain, hehehe.""Betul, sekarang nggak usah lagi mikirin Papamu. Mendingan kini kita fokus pada masa depan kita dan juga Lio. Biar polisi yang menangani dia. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita panen. Ambil saja hikmahnya, Fik, agar kita lebih hati-hati untuk kedepannya," ucapku sembari fokus menyetir.Dua jam perjalanan terasa begitu cepat, demi mencari kebenaran tent
32b"Mari silahkan duduk dulu, saya panggilkan orangtuanya ya."Kami berdua pun langsung duduk di sebuah kursi tamu, yang nampak sederhana itu. Di tembok, terpajang beberapa pigura besar, yang sepertinya menunjukkan foto keluarga ini.Dari foto-foto itu, aku menyimpulkan jika keluarga ini hanya memiliki dua orang anak, dan itu adalah Arum dan Adelia. Wajah keduanya hampir mirip, sama-sama cantik.Lalu, bagaimana kira-kira respon mereka, jika tahu kedua putrinya saat ini telah meninggal dunia, dalam waktu yang hampir bersamaan? Ya Allah, membayangkan saja aku sudah tak tega.Sepasang orang tua keluar, dengan pakaian yang amat sederhana, raut sedih terlihat di wajah keduanya. Usia mereka kuperkirakan tak jauh berbeda dariku, hanya saja mungkin perbedaan tempat tinggal, aku di kota dan mereka di desa, membuat kami sedikit berbeda."Mbaknya ini, temanya Adelia?" tanya si bapak pada Fika, memulai obrolan siang ini."Iya, Pak," jawab Fika gugup.Mungkin saat ini, Fika sedang bingung ingin m
Bab 34"Innalilahi wa innalillahi rojiun," ucapku dan Fika secara bersamaan.Hati orangtua mana yang tak hancur, saat kehilangan anaknya secara tiba-tiba dan tak terduga? Saat berangkat, Arum sehat walafiat tapi sepuluh menit kemudian, dia malah sudah meninggal dunia. Ya Allah, aku sungguh tak bisa membayangakan bagaiamana perasaan mereka saat itu."Setelah kepergian Arum, kami masih terus mencoba menghubungi Adelia, namun tak pernah bisa, hingga akhirnya kami pun pasrah, tak lagi mencari Adel.Namun, dua hari yang lalu, istri saya bermimpi bertemu dengan Adelia. Katanya dalam mimpi tersebut, Adel menangis dengan memakai pakaian compang-camping, sepertinya sedang meminta tolong.Nah, saat itu kami mulai bingung lagi mencari Adel, karena firasat kami mengatakan dia sedang dalam bahaya, " ucap si bapak lagi sambil menyeka air matanya.Sementara ibunya Adel, terus saja menangis, dan tentu saja aku tahu apa yang kini tengah dirasakannya.Dua hari yang lalu? Berarti itu adalah hari di mana