Share

Bab 4

Jangan Terpuruk

"Ma...ini ada satu lagi, Fika temukan di saku samping. Sebuah  tanda pengenal sepertinya," ucap Fika sembari menunjukkan sebuah benda, yang mirip KTP.

Saat kami teliti, ternyata itu adalah karti tanda mahasiswa, disebuah universitas swasta di kota sebelah. Adelia Putri Cahyani, nama yang cantik secantik orangnya, dan usianya pun masih amat belia, masih 20 tahun, hanya beda bulan saja dengan putriku.

"Dia ternyata masih muda sekali, Ma. Dia seumuranku," ucap Fika lirih, sambil menghela nafas.

Terlihat sekali kemarahan dan juga gurat kekecewaan di mata putriku itu. Papanya menjalin hubungan gelap dengan seorang gadis sepantarannya, dan kini meninggalkan seorang anak, sungguh aku dapat merasakan hancurnya hati putriku itu.

Air mata tak terasa membasahi pipiku ini, bagaimana tidak, suami yang sudah kutemani dari titik nol sejak dua puluh satu tahun yang lalu, kini malah ketahuan sering bermain api dengan gadis muda. Hati istri mana yang tak sakit, hati istri mana yang tak terluka?

"Ma...jangan menangis dong. Mama yang sabar. Aku juga tak menyangka, jika papa bisa berbuat sehina ini!" Fika mulai menunjukkan emosinya.

"Ternyata, papamu memang pintar menyembunyikan semua ini, Fik. Kita harus kuat, karena ini semua sudah terjadi," ucapku sembari menghapus air mata, karena tak ingin Fika ikut menangis.

"Iya, Ma. Aku sungguh sangat kecewa padanya, sangat kecewa. Aku akan membalas semua perbuatan Papa ini, Ma," ucap Fika sembari memelukku dari samping.

"Entahlah, Fik. Mama masih belum bisa berfikir jernih saat ini," ucapku.

"Sebenarnya, dulu pernah bilang, bahwa Papa itu, suka cari-cari gadis muda yang mata duitan gitu, Ma. Tapi, aku tak percaya, malah hingga kini, aku tak berteman dengannya, karena kupikir dia hanya mencemarkan nama baik kita saja."

Oekkk oekkk oekkk

Tiba-tiba bayi Lio menangis dengan keras, dan tentu membuat aku dan Fika langsung bertindak.

"Fik, susunya habis, sudah sana buatin susu dulu, biar nggak nangis lagi. Kasihan!"

Fika pun dengan sigap membuatkan sebotol susu untuk bayi mungil ini. Dan tentu saja setelah diberi susu, dia pun diam.

Sebotol susu itu pun habis, tapi Lio tak juga mau tidur. Malah dia senyam-senyum pada kami, sesekali menunjukkan lidahnya. Aku dan Fika pun tersenyum dan merasa terhibur. Dan sesaat, membuat kami lupa, jika dia adalah anak selingkuhan Mas Hasan.

"Ma...dia lucu ya, wajahnya mirip sekali dengan Papa," ucap Fika sembari mengelus lengan  Lio.

"Iya, sangat lucu dan tampan. Mama gemas sekali!" ucapku sembari tersenyum.

"Lalu...apa rencana Mama dengab bayi Lio ini?"

"Maksudnya?" ucapku sembari menoleh pada Fika.

"Dia 'kan anak hasil hubungan gelap Papa dan Adelia. Apa Mama masih mau merawatnya? Apa hati Mama tak merasa sakit saat melihatnya?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Fika itu  memang sangat pas untukku saat ini.  Namun, jujur kali ini aku sangat bingung ingin menjawab seperti apa. Hati dan pikiranku saat ini amat berlawanan, saat menyangkut bayi tampan nan imut di depanku ini.

"Mama akan merawat Lio sampai kapanpun, karena mama pun, sudah berjanji dengan Adelia...jujur, tentu saja hati mama amat hancur, dengan perselingkuhan papamu itu. Tetapi semua ini tak ada hubungannya dengan Lio, dia tak bersalah dan suci. Yang salah adalah Adelia dan Papamu.

Jadi, mama tetap akan merawatnya, seperti anak sendiri. Insyaallah, mama akan selalu bisa menyayanginya," ucapku.

Fika kemudian kembali memelukku, air matanya yang jatuh, dapat kurasakan mengenai punggungku.

"Tadi katanya mama nggak boleh menangis? Kok sekarang ganti kamu yang nangis sih, Fik? Ayo kamu harus kuat, karena kini hanya kamu penyemangat mama, Fik," ucapku sembari mengelus pucuk rambutnya.

"Jujur, Fika salut sama Mama, mama hebat dan tegar, meski ada ujian seberat ini. Jangan khawatir, aku akan selalu ada bersama Mama, kita rawat berdua bayi Lio, dan kita balas semua kecurangan papa. Karena papa telah banyak membohongi kita," ucap Fika sambil tersenyum, setelah mengurai pelukanku.

"Terima kasih ya, Sayang. Kamu dan Lio kinilah semangat hidup Mama." Kukecup kedua pipi anak gadisku itu.

"Berbekal kartu mahasiswa ini, aku akan mencari informasi tentang Adelia, Ma. Letak kampusnya nggak begitu jauh kok, dari kost ku.

Karena aku masih penasaran dengannya. Mengapa juga dia punya fikiran menyerahkan Lio pada Mama, kenapa tidak pada keluarganya? Lalu, kenapa tiba-tiba dia meninggal? Bunuh diri, atau ada yang menginginkan kematiannya?" ucap Fika sambil terus memandangi kartu mahasiswa itu.

"Iya, boleh. Mama juga masih penasaran dengan hal itu. Sebenarnya, kita juga harus berterima kasih pada Adelia, jika dia tak menyerahkan Lio, entah sampai kapan kita terus dibohongi oleh Papamu itu."

"Iya, Ma benar. Tadi Adelia juga 'kan bilang jika papa punya banyak wanita muda di luar sana, dan pasti papa sangat royal pada mereka. Jadi, mulai sekarang, kita harus mengamankan hak kita, Ma. Dari pada uang itu masuk pada rekening wanita murahan, mending segera kita habiskan!" ucap Fika dengan penuh amarah.

"Ya, mama sependapat denganmu, Fik. Jika papamu bisa dengan mulus menutupi kebohongannya, maka kita pun harus pandai bersandiwara, dan membuatnya kapok karena telah berbuat curang!"

Senyum jahat mengembang di wajah kami berdua, senyum seorang anak dan istri yang tersakiti.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Endah Spy
hayo mbak dewi jngan sampai kamu kalah dari wanita simpanan suamimu .. sekarang gaka da kata menabung bersama toh hak kamu juga buat senang2 dejgan hasil yg di berikan suamimu ..
goodnovel comment avatar
Lala Nurlaela
baru pertama baca cerita ini, saya langsung tertarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status