Beranda / Romansa / TAWANAN HASRAT SANG MAFIA / Bab 2 - Alvaro Moretti

Share

Bab 2 - Alvaro Moretti

Penulis: Farsheed Mo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 23:03:35

Saat mobil jemputan itu mulai berjalan, dada Elena terasa sesak. Perasaan ini membuatnya merasa seperti sapi yang hendak dibawa untuk disembelih.

Menuju ke akhir hidupnya sendiri.

Diam-diam, Elena tersenyum miris memikirkan setiap detail hidupnya yang tak pernah berjalan dengan baik.

Sejak ayahnya pergi bersama wanita lain, ibunya harus berjuang keras untuk menghidupi hidup mereka.

Oleh karena itu, Elena harus memohon pada Vincent untuk membantunya. Namun, siapa sangka kalau di masa depan dia akan dijual demi menebus hutang pria itu?!

Mobil itu terus berjalan dan baru berhenti saat tiba di mansion milik Moretti yang bergerbang tinggi dan dikelilingi oleh pagar berduri.

Rumah itu sangat besar dan bergaya arsitektur Eropa yang mewah, tapi elegan. Namun, entah kenapa rumah ini terasa begitu dingin seakan tak berkehidupan.

Membuat Elena merasa tak nyaman.

Elena melangkah ragu, mengikuti arahan yang diberikan oleh pria itu untuk menuju ke ruang tamu.

Sesampainya di sana, Elena menegang karena matanya langsung bertatapan dengan pria tanpa ekspresi, Alvaro Moretti.

Pria itu adalah bos mafia yang tidak hanya berkuasa di dunia bisnis kelas atas, tetapi juga di dunia hitam.

Raut wajahnya tajam, tegas, dengan garis rahang yang kuat. Rambut hitamnya tersisir rapi ke belakang, sementara dua kancing kemeja hitam yang dikenakan pria itu terbuka di bagian atas.

Menampilkan sebagian tulang selangka dan kulit tan-nya yang menawan.

Di sofa itu, Alvaro duduk dengan kaki yang disilangkan, sedangkan sorot mata tajam milik pria itu terus mengarah pada Elena.

“Mendekatlah.” Alvaro menyapa dengan suaranya yang berat dan tegas.

Tanpa menjawab, Elena mendekat hingga kemudian berhenti di hadapan pria itu. Masih dengan tatapan tajamnya, Alvaro memindai tubuh Elena hingga sang empunya tubuh merasa merinding.

Seperti ditelanjangi.

“Buka bajumu dan duduk di sebelahku.” ujar Alvaro tiba-tiba.

Seakan paham apa maksud Alvaro, Elena membelalak dan buru-buru menggeleng sebelum mengambil satu langkah mundur.

“Saya kesini bukan untuk itu, Tuan.” balas Elena cepat.

Vincent memang menyuruhnya untuk menjadi penggoda dan pemuas Alvaro, tapi dia ingin mencoba–memulai peruntungannya untuk bernegosiasi lebih dulu dengan pria itu.

Permintaan Elena membuat Alvaro tertawa. Kemudian, pria itu bersandar ke sofa, tapi matanya tetap terpaku ke arah Elena dengan dingin.

“Begitu? Lalu, katakan alasanmu datang ke sini kalau bukan untuk menjadi pemuas pribadiku.” desak Alvaro. “Bukannya itu yang disanggupi oleh Vincent?”

“Me–memang begitu, Tuan! Namun, s-saya yakin bisa melunasi hutang Vincent kepada Anda. Jadi… saya ingin meminta tambahan wa–”.

“Dengan apa?” Potong Alvaro.

“Ya?” Elena membeo.

“Dengan apa kamu akan membayar hutang itu?” jawab Alvaro lagi. “Total hutang Vincent adalah 20 miliar, dan itu belum termasuk bunganya.”

Mendengar itu, Elena menegang seakan jantungnya berhenti berdetak. Dua puluh miliar katanya?! Meski tertekan, Elena menggeleng dan berusaha untuk memantapkan hati.

“Sa– saya dapat bekerja dan menyisihkan gaji..”

“Lalu, apa yang akan kudapatkan sebagai gantinya?”

Alvaro mengubah posisi duduknya dan mencondongkan tubuh ke depan. Sorot matanya semakin tajam ke arah Elena.

Elena terdiam, bingung harus menjawab apa. Seharusnya, sejak awal dia tahu kalau pria itu tak akan memberi sesuatu secara cuma-cuma.

Apalagi untuk membayar hutang sebesar 20 miliar.

Elena yang termenung tiba-tiba merasa semakin panik saat melihat Alvaro bangkit dari sofa dan berjalan pelan ke arahnya.

“Aku memang bisa memberikan suamimu waktu tambahan, Elena.” kata Alvaro, suaranya rendah dan penuh kendali. “Tapi, ada syaratnya,” lanjut pria itu lagi.

“Apa syaratnya, Tuan?” kata Elena spontan. Dia merasa memiliki harapan sehingga mampu memberanikan diri untuk menatap pria itu.

Mendengar itu, Alvaro tidak segera menjawab.

Sebaliknya, dia mengambil satu langkah kecil untuk mengurangi jarak di antara mereka dan menarik paksa tangan Elena sebelum meraih pinggang gadis itu, mendekapnya posesif.

“Ah!” Elena memekik tertahan.

Dalam jarak ini, Elena bisa mencium wangi parfum pria itu yang maskulin dan memabukkan, tapi dia menolak untuk tunduk.

“T-tuan Alvaro! Tolong lepaskan saya,” bisik Elena dengan nada memohon, tetapi suaranya hanya membuat seringai Alvaro semakin lebar.

Pria itu perlahan menurunkan kepalanya untuk mendekati telinga Elena. Nafasnya yang hangat menyentuh kulit leher Elena dan membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.

“Aku menginginkan tubuhmu sebagai jaminannya.” Suara Alvaro membuat Elena tertohok. “Bagaimana? Setiap hari. Di mana pun dan kapan pun.”

Permintaan Vincent membuat Elena tercengang. Bukankah itu sama saja dengan Alvaro yang tak mau memberinya kelonggaran waktu?!

Elena lantas berusaha mendorong tubuh Alvaro menjauh. Namun, pelukan pria itu di tubuhnya begitu erat, tak memberinya kesempatan untuk bebas sedikitpun.

"Tuan Alvaro, saya mohon. Pasti ada cara lain. Tolong beri saya waktu tanpa harus menjadi.." suaranya tercekat, tak sanggup melanjutkan.

Alvaro terkekeh dingin. Kali ini, tangan pria itu yang melingkar di pinggang Elena mulai bergerak naik turun.

Bahkan, dia sengaja berlama-lama berada di punggung Elena hingga membuat sang empunya menahan diri untuk tak bersuara.

Tangan Alvaro lantas mencengkram dagu Elena dan mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu. Perlahan, pria itu berbicara dengan kalimat yang menusuk. “Berani bernegosiasi, padahal tak punya hak untuk itu.”

Elena menggigit bibir, berusaha menahan tangis yang sudah hampir meledak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, seolah tak bisa terbendung lagi.

"Kamu datang ke sini karena suamimu yang mengirimmu padaku. Biarkan aku hanya mengambil apa yang menjadi milikku. Mengerti?!” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 89 - Apakah Alvaro Tahu?

    Bab 89Elena terhenyak, melihat siapa yang kini berdiri dengan senyum memuakkan. Dia mundur beberapa langkah saat pria itu mulai mendekat. “Ka…kamu bagaimana bisa?”Suara tawa pria itu semakin keras, seolah pertanyaan yang keluar dari mulut Elena hanya cuitan yang tak berarti. “Apa kamu merindukanku?”Elena mundur, seiring langkah pria itu yang semakin dekat dengannya. Namun…sial!Tubuh Elena terbentur tembok di belakang, hingga tak bisa menghindar lagi. “Berhenti! Bukankah kamu harusnya di penjara. Bagaimana…kamu… bebas?”Pria itu menyeringai, dan berdiri dengan angkuh. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku. Matanya mulai menyusuri tubuh Elena dari atas hingga bawah. Tangannya mengusap bibirnya, seolah sedang menatap makanan yang menggugah selera.“Sepertinya…Bajingan itu memanjakanmu. Tubuhmu semakin berisi dan terlihat…seksi.”“Tutup mulutmu itu, Vincent!”Perut Elena seperti diaduk-aduk, melihat ekspresi mantan suaminya itu. Rasanya ingin muntah. “Jika Alvaro melihatmu, ka

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 88 - Apa Kabar Mantan Istriku?

    Elena terkikik pelan, matanya berbinar penuh semangat seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan impian.“Kalau begitu, siap-siap saja, dompetmu akan kurampok habis-habisan hari ini,” godanya dengan nada centil.Alvaro hanya mengangkat satu alis dan meliriknya sambil membuka pintu mobil. “Merampok dompetku?”Elena mengangguk, matanya menatap dalam Alvaro, menunggu reaksi pria itu. Alvaro mendekatkan wajahnya dan berhenti di sisi telinga Elena. “Mau yang lebih berharga?” tanya Alvaro pelan, hampir berbisik.“Apa?” Elena menatap Alvaro dengan serius. Mata Alvaro kemudian bergerak ke bawah. Memberikan isyarat ke bagian bawahnya. Elena nyaris tersedak saat melihat itu. Wajahnya merah padam. Ia mndelik. Tapi seperti biasa, Alvaro hanya memasang wajah datar. Seolah apa yang dia lakukan itu, hal biasa.“Dasar mesum!”Elena memukul dada Alvaro pelan, membuat pria itu meringis, dia segera bergegas masuk ke dalam mobil. Alvaro hanya tersenyum tipis dan kemudian duduk di samping Ele

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 87 - Banyak Juga Boleh

    Awan mendung menggantung rendah di atas area pemakaman. Rintik hujan tipis turun seolah turut merasakan duka yang membekap hati Elena. Di sisi liang lahat, Elena berdiri kaku, mengenakan pakaian serba hitam. Wajahnya pucat, matanya sembab, namun kali ini ia tak lagi menangis. Di sebelahnya, Alvaro menggenggam tangannya erat, tak melepaskan sedetik pun. Ia menjadi satu-satunya penopang Elena sekarang. Elena menatap nisan baru itu, bibirnya bergetar pelan. "Istirahatlah dengan tenang, Bu… Aku akan hidup lebih baik meski tanpamu." Setelah upacara selesai, Alvaro membawa Elena pulang. Sepanjang perjalanan, Elena bersandar di pundaknya dan terlihat hanya diam. Sesampainya di rumah, Alvaro mengajak Elena duduk di ruang tamu. Ia merogoh saku jas dalamnya, mengeluarkan sebuah kotak kecil beludru biru tua. “Ini…” ujarnya pelan, lalu menyerahkan kotak itu ke Elena. Dengan tangan gemetar, Elena membuka kotak tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah cincin emas putih sederhana dengan

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 86 - Aku Janji

    Elena masih memberontak di pelukan Alvaro, tangisnya tak kunjung reda. Namun sesaat kemudian, pintu kamar terbuka cepat. Seorang dokter bersama dua perawat masuk dengan langkah tergesa.“Pak, kami harus memberinya penenang,” ucap dokter itu tegas.Alvaro mengangguk cepat dan menyingkir perlahan, meski tangannya masih menggenggam tangan Elena erat-erat.Perawat segera memegangi tubuh Elena. “Tolong tenang, Bu Elena.”Dokter lalu menyuntikkan obat penenang ke lengan Elena. Tubuhnya masih sempat menegang, bibirnya mengucap lirih, “Aku mau Ibu… Aku mau Ibu aku…”Namun perlahan, efek obat itu mulai bekerja. Tubuh Elena melemas, tangisnya melemah menjadi isakan, dan akhirnya matanya tertutup. Hening.Alvaro berdiri terpaku, menatap wajah pucat Elena yang kini terbaring tenang di ranjang. Perasaannya hancur, namun ia berjanji akan menemani Elena melewati masa-masa sulitnya ini. Alvaro pernah merasakan sakitnya kehilangan saat dia ditinggal ibunya. Tetapi mungkin, rasa sakit itu tak seberapa

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 85 - Jika Kamu Mati

    Telepon di tangan Elena hampir terjatuh. Wajahnya seketika pucat pasi, tubuhnya limbung.Melihat perubahan drastis di wajah Elena, Alvaro dengan sigap memegang kedua bahunya. "Apa yang terjadi?"Elena menelan ludah, matanya berkaca-kaca. Suaranya bergetar saat menjawab, "Ibuku... kritis. Aku harus ke rumah sakit sekarang."Tanpa banyak bertanya lagi, Alvaro langsung meraih kunci mobil dari saku jasnya. "Ayo. Aku antar kamu."Elena mengangguk cepat, cemas. Alvaro menggenggam tangan Elena erat-erat, memberikan kekuatan tanpa berkata apa-apa, lalu mereka berdua bergegas keluar dari ruangan.Di lorong, Jose yang baru saja lewat, melihat mereka dengan heran. Tapi saat menangkap ekspresi panik atasannya, dia segera tahu bahwa ada yang tidak beres. Karena itu, dia hanya menunduk tanpa berkata apa-apa, membiarkan mereka melewatinya begitu saja.Di dalam mobil, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Elena hanya bisa menggenggam erat sabuk pengaman, bibirnya terus-menerus bergumam dalam hati,

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 84 - Gila Karena Kamu

    Elena diam di tempat. Matanya menatap Alvaro tanpa ekspresi. Alvaro yang tidak sabar, berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Elena. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mengangkat tubuh Elena di pundaknya bak sebuah karung beras. “Lepaskan, Al. Kita sedang di kantor.” “Tidak peduli,” seru Alvaro. Teriakan Elena tak cukup untuk membuat pria itu menghentikan aksinya. Dari semalam dia sudah menahan diri, sekarang saat masalah sudah selesai. Elena masih bersikap dingin padanya. Itu membuatnya sangat marah. Elena meronta di atas pundak Alvaro, tangannya memukul punggung pria itu dengan sia-sia. "Alvaro! Turunkan aku sekarang juga!" Tapi Alvaro tetap berjalan dengan langkah besar. Para karyawan yang kebetulan lewat di lorong terkejut tapi tak bisa berbuat apa-apa. Beberapa orang buru-buru menunduk, pura-pura tak melihat. Dengan wajah datar nan tegas, Alvaro membuka pintu lift dan masuk sambil tetap menggendong Elena di pundaknya. Begitu pintu lift menutup, suasana semakin panas. Al

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status