Share

16. Pengakuan

Tidak bisa berpikir apa-apa lagi, Alina memilih kembali ke rumahnya untuk menemui Melisa, apa pun yang terjadi. Di dalam mobil, Alina hanya diam sambil memandangi jalanan yang macet. Rika hanya diam karena sejujurnya dirinya masih syok atas deretan minuman seperti pengganti nisan. Menimbang-nimbang untuk memberitahu sahabatnya, tapi Rika berpikir lagi untuk tidak membicarakannya sekarang.

Setengah jam terjebak macet, mobil Rika bisa kembali meluncur di jalanan hingga sampai di rumah. Tanpa berkata-kata, Alina segera membuka pintu untuk mencari di mana Melisa berada.

”Mana Melisa, Bi?”

Rumini yang akan menaruh gelas kotor ke wastafel dicegat olehnya.

”Di kamar kayaknya, Non.”

Alina menaiki tangga. Rika dan Rumini berpandangan, dan memilih mengendap mengikuti Alina.

Brak!

Pintu terbuka, meski Alina merasa takut, ia akan coba tepis karena ini adalah masalah serius. Berbagai kejanggalan yang ia rasakan sudah tidak bisa dimaklumi lagi. Kamboja, pohon bambu, Dipta. Semuanya Alina ingin men
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status