Share

BAB. 9 Penagih Utang

last update Last Updated: 2025-07-09 07:38:46

Suasana malam semakin gelap saat Rangga dan Ratih akhirnya selesai berbelanja di mall. Mereka menaiki motor dengan barang-barang belanjaan yang ditaruh di bagian depan dan belakang motor. Ratih, yang duduk di belakang Rangga, merasa lega bisa pulang setelah memakan waktu yang lama untuk berbelanja.

Namun, begitu keduanya sampai di depan rumah kecil mereka di gang sempit, mata Ratih langsung tertuju pada tiga orang laki-laki berbadan tegap dan berkulit sawo matang yang berdiri di depan rumah mereka. Wajah orang-orang itu tampak keras dan garang, membuat Ratih langsung merasakan kegelisahan.

"Maa Rangga, siapa mereka?" tanya Ratih dengan nada khawatir, sambil memegang erat bahu suaminya erat-erat.

Rangga menoleh sekilas ke arah ketiga pria itu. Bibirnya mengerucut, dan sorot matanya berubah menjadi tegang meskipun dia mencoba berusaha untuk menyembunyikannya dari Ratih istrinya.

"Mereka cuma teman-temanku, Sayang. Mungkin mereka kangen ingin bertemu denganku. Makanya mereka datang ke s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TEKANAN BATIN SEORANG ISTRI    BAB. 18 Kejujuran Yang Diragukan

    Suasana dini hari itu sunyi. Hujan gerimis jatuh pelan di luar jendela sebuah rumah bergaya minimalis. Di dalamnya, Ratih duduk di sofa dengan laptop masih menyala di meja kopi. Matanya sudah berat, tapi pikirannya terus melayang ke mana-mana. Dia menatap jam dinding. Sudah hampir pukul tiga pagi. Tidak ada pesan, tidak ada telepon dari Rangga, suaminya.Tiba-tiba suara ketukan pelan terdengar di pintu.“Tok-tok-tok.”Ratih berdiri perlahan. Dia lalu membuka pintu dan mendapati seorang pria berjaket kulit berdiri dengan tubuh Rangga yang terkulai di pundaknya."Mbak Ratih ya? Saya Ujang. temennya Rangga. Dia mabuk berat, Mbak. Tadi pingsan di mobil pas mau saya anter pulang," ujar Ujang, napasnya berat karena harus menahan beban tubuh Rangga.Wajah Ratih pucat. "Masuk, masuk, sini. Tolong bawa ke kamar."Dengan bantuan Ratih, Ujang mengangkat tubuh Rangga ke kamar tidur. Mereka membaringkan tubuh lelaki itu di atas ranjang."Dia minum wine dua botol sendiri, Mbak. Habis itu masih lan

  • TEKANAN BATIN SEORANG ISTRI    BAB. 17 Berkunjung Ke Rumah Orang Tua Ratih

    Pada Sabtu pagi, matahari bersinar cerah ketika Rangga dan Ratih bersiap untuk kunjungan penting yang selama ini telah lama mereka tunda. Rangga mengenakan jas rapi dengan rambut tersisir rapi, sementara Ratih memilih mengenakan kebaya sederhana berwarna pastel. Ini adalah kunjungan pertama mereka ke rumah orang tua Ratih setelah pernikahan mereka, karena hubungan yang tak direstui oleh Tuan Cahyono dan Nyonya Menur sejak awal. Rangga dulunya adalah sopir pribadi ayah Ratih, dan keputusan Ratih menikah dengannya membuat ayahnya marah besar.Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, Rangga mengemudikan sedan mewahnya memasuki pekarangan rumah orang tua Ratih. Mobil tersebut menjadi simbol pencapaiannya dan cara sang pria yang ingin menunjukkan bahwa dia telah berhasil. Setibanya di sana, Ratih tampak gugup, jemarinya tanpa sadar meremas-remas tas kecil di pangkuannya.“Kamu yakin ini ide yang bagus, Mas?” tanya Ratih pelan, suaranya terdengar ragu.Rangga mengangguk mantap. “Iya, Rati

  • TEKANAN BATIN SEORANG ISTRI    BAB. 16 Rangga Terus Bersandiwara

    Hari demi hari berlalu, rumah tangga Ratih dan Rangga semakin dingin. Seperti biasa, pagi itu Ratih bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Dia mengaduk kopi hangat dan menggoreng telur dadar untuk suaminya yang masih tertidur lelap di kamar. Lalu Ratih pun masuk ke dalam kamar sejenak, dia memandang wajah Rangga yang tertidur dengan ekspresi lelah, meskipun sedikit mengernyit. Begitu alarm berbunyi, Rangga terbangun dan langsung bangkit tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada istrinya kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi. Setelah selesai mandi, Ratih mencoba tersenyum dan mulai menyapa suaminya. Saat ini mereka berada di ruang makan. "Mas, sarapan untukmu sudah siap. Makan dulu, ya." Rangga hanya melirik sekilas, lalu menguap sambil merapikan kemeja kerjanya. "Nggak usah repot-repot, Ratih. Aku cuma punya waktu sebentar sebelum pergi," katanya sambil meraih kopinya. "Mas, kapan kita ada waktu untuk ngobrol lagi? Rasanya sudah lama kita nggak duduk bareng." Rat

  • TEKANAN BATIN SEORANG ISTRI    BAB. 15 Rumah Baru Untuk Ratih

    Pada suatu pagi,Ratih berdiri di depan rumah kontrakan mereka sambil menunggu suaminya, Rangga. Matahari baru saja naik, akan tetapi hatinya sudah terasa panas karena kecewa. Hampir setiap kali mereka bicara soal anak, Rangga selalu menghindar atau mengalihkan pembicaraan, membuatnya merasa diabaikan. Padahal, Ratih sangat mendambakan kehadiran seorang anak dalam pernikahan mereka yang sudah berjalan cukup lama.Tak berapa lama kemudian, Rangga tiba dengan mobil sedan barunya, mengkilap dan terlihat mewah. Ratih terkejut, dan tak percaya suaminya bisa membeli mobil seperti itu.“Pagi Ratih, ini mobil baru kita,” seru Rangga sambil tersenyum."Mas Rangga, kok bisa beli mobil baru? Ini uang dari mana?" tanya Ratih sambil memandang heran kepada suaminya.Rangga tersenyum tipis, memasang ekspresi santai. "Ada rezeki lebih. Aku pikir, kenapa nggak sekalian aku beli mobil saja? Lagian, sepertinya kita butuh kendaraan yang lebih nyaman. Ayo masuklah, aku akan membawamu ke suatu tempat," tut

  • TEKANAN BATIN SEORANG ISTRI    BAB. 14 Kebohongan Rangga

    Matahari sore mulai merangkak turun ketika Rangga menghidupkan motornya di depan rumah kontrakan kecil mereka. Mesin motor meraung-raung pelan, menandakan kecepatan sedang yang dipilih olehnya. Jalan-jalan kecil itu yang dipenuhi anak-anak berlarian tak lagi asing baginya. Sudah lebih dari beberapa Rangga tinggal di sini bersama istrinya, Ratih. Tapi belakangan, Ratih sering menghabiskan waktunya sendiri di rumah, sementara Rangga semakin sibuk dengan aktivitas barunya. Pria itu sedang menuju ke sebuah tujuan yang tak sepatutnya dibanggakan olehnya.Setelah beberapa kilometer, Rangga berhenti di depan sebuah warung kecil yang menjadi tempat mangkalnya bersama Ujang, teman lamanya. Ujang sedang duduk-duduk santai sambil merokok, wajahnya terlihat sangat santai seolah-olah tidak ada masalah di dunia ini."Bro, akhirnya Lo nyampe juga! Hampir karatan gue nungguin Lo, tahu!" tutur Ujang, sambil mematikan rokoknya."Sorry, Bro. Tadi jalanan sedikit macet. Yuk, Lo buruan naik!" Rangga menj

  • TEKANAN BATIN SEORANG ISTRI    BAB. 13 Digosipkan Para Tetangga

    Pagi itu, setelah Rangga suaminya berangkat bekerja, Ratih mulai kembali ke rutinitas sehari-harinya, membersihkan rumah kontrakan sederhana yang mereka tinggali. Langit masih cerah, dan suara burung-burung berkicau dari pepohonan di sekitar rumah menemani aktivitasnya. Ratih lalu berjalan menuju dapur, mengambil sapu dan kain lap, dan mulai membersihkan bagian dalam rumah. Perlahan, dia pun menyapu setiap sudut dapur, mengelap meja, dan merapikan peralatan yang tertinggal.Setelah selesai dengan dapur, Ratih beranjak menuju ke dalam kamar. Kamar yang sempit dan sederhana itu selalu dijaga rapi oleh Ratih. Baginya, meskipun rumah mereka kecil, kebersihan adalah segalanya. "Kalau rumah selalu bersih, rasanya nyaman sekali," pikirnya sambil tersenyum kecil.Perempuan itu mulai merapikan selimut dan bantal di atas kasur, memastikan tidak ada debu yang menempel di sudut-sudut kamar. Setelah puas dengan hasilnya, Ratih pun melangkah menuju ruang tamu. Dia melanjutkan pekerjaan rumahnya d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status