Pagi itu, sinar matahari mengintip malu-malu dari balik jendela kamar Ratih dan suaminya, Rangga. Di dalam kamar kecil yang pengap itu, Ratih masih duduk di kursi kayu yang berada di dekat ranjang dengan bungkusan plastik kecil di tangannya. Dia baru saja pulang dari warung Mbak Minah di ujung gang, hanya membeli beberapa kebutuhan pokok seadanya, antara beras, tempe, dan sayuran. Hari semakin siang tapi suaminya, Rangga, masih saja tidur, berbanding terbalik dengan sikapnya dulu yang sangat rajin bangun pagi saat masih bekerja sebagai sopir pribadi ayahnya. Ratih menghela napas panjang, menyadari betapa jauh kehidupannya sekarang dibandingkan dulu ketika dia masih tinggal di rumah orang tuanya yang besar dan megah.“Semua pasti ada jalannya,” bisik Ratih kepada dirinya sendiri, mencoba menguatkan hati.Namun, ketenangannya pagi itu mendadak buyar ketika terdengar ketukan keras di pintu depan rumah sederhana iyu. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali, disertai suara laki-laki yang me
Last Updated : 2025-05-13 Read more