Share

Getaran Aneh

Food court di lantai dasar tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang nampak sedang menikmati makan siang mereka yang terlambat. Sasha dan Daniel memilih tempat duduk diluar ruangan karena mereka sama-sama perokok. Baik Sasha maupun Daniel sama-sama terlihat agak canggung, tidak seperti tadi saat membahas urusan pekerjaan. 

"Sasha, kamu gak kelihatan seperti orang Indonesia pada umumnya, kamu ada turunan luar ya?" Daniel memulai percakapan, berusaha memecah kecanggungan antara mereka.

Sasha mengangguk, 

"Indonesia - Rusia sir!" jawab Sasha dengan nada pasukan yang melapor pada komandannya, membuat Daniel tertawa kecil.

"Ah, tebakan saya benar! I thought you were Ukrainian!" cetus Daniel bangga pada tebakannya. 

"Tetap beda Pak, Russian is not Ukrainian!" ujar Sasha sambil mematikan rokoknya yang sudah habis terbakar. 

"Well they look the same though hahaa!" Daniel membela diri yang dibantah habis-habisan oleh Sasha. 

"And you are?" Sasha balik bertanya sambil menggerakkan keningnya. 

"Daniel Park, 33 Tahun, Korean - American Mam!" jawab Daniel dengan gaya militer yang dibuat lucu sama seperti yang tadi Sasha lakukan saat menjawab pertanyaannya. 

Sasha yang mendadak tertawa nyaris tersedak asap membuat Daniel ikut tertawa terbahak.

Dari kejauhan di sebuah counter fresh juice tanpa Sasha sadari Raga melihat keakrabannya dengan Daniel dengan perasaan tidak nyaman. Dalam benaknya ia bergumam, 

"Bisa ngakak sebegitunya dia sama orang baru kenal..." ada rasa cemburu yang sangat halus menjalar di hati Raga, yang ia tepis dengan segera. 

Seorang waiter datang membawa pesanan mereka, 

"Satu roasted chicken with salad!" 

Ia meletakan menu tersebut didepan Sasha.

"Dan satu tuna sandwich!"

lalu meletakan menu satunya didepan Daniel. 

Sasha yang kelaparan melahap roasted chicken favoritnya dengan lahap, melupakan Daniel yang juga sedang makan didepannya. Daniel sedikit ingin tertawa melihat mulut Sasha yang menggembung terisi ayam, kentang dan salad. 

Ia menuangkan air mineral di gelas Sasha yang kosong sambil berkata, 

"I can't believe you eat like a pig!" yang disambut cengiran lebar oleh Sasha. 

Hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk mereka menghabiskan makan siang mereka masing-masing. Baik piring Sasha ataupun Daniel bersih tak bersisa. 

"O my God Sasha! Did you eat the garnish too?" ledek Daniel karena melihat garnish atau sayuran yang digunakan untuk hiasan di piring Sasha lenyap tak bersisa. 

Sasha yang sudah melupakan rasa malunya tertawa, 

"I'm STARVING Pak!" cetus Sasha yang langsung dibalas tawa oleh Daniel. 

"Pak Dan, kok bisa ngomong bahasa dengan baik? bukannya udah 3 tahun gak kesini?" tiba-tiba Sasha bertanya penasaran. 

Daniel menyalakan korek dan menyulut rokok sebelum menjawab, 

"Dulu saya kerja cukup lama di salah satu hotel di Indonesia, hampir 5 tahun," jawab Daniel sambil mengingat-ingat. 

Mulut Sasha membulat membentuk huruf O yang otomatis membuat asap dari mulutnya keluar dengan bentuk O.

Daniel dan Sasha tertawa terbahak sampai hampir menangis melihat asap tersebut. 

Tidak terasa 45 menit telah berlalu. Mereka dengan segera meminta bill pada kasir. Daniel bersikeras ingin mentraktir Sasha karena merasa bersalah telah membuat Sasha kelaparan. Sasha yang merasa tidak enak langsung menolak tawaran tersebut dan segera meletakan uang cash di atas cover bill dan berlari cepat keluar restoran sebelum Daniel sempat mencegahnya. 

Hari ini cukup melelahkan bagi Sasha karena jadwal rapat seolah tiada habisnya. Jam sudah menunjukan pukul 6.45 malam, sebagian karyawan di kantor sudah bubar jalan meninggalkan kantor dalam keheningan. 

Sasha berdiri menatap pemandangan Kota Jakarta yang tampak dipenuhi lampu-lampu kendaraan yang menjalar dalam kemacetan dari jendela kaca ruang kerjanya yang baru. Ia melirik kolateral marketing di mejanya, setelah berpikir sebentar, ia menekan nomor 142 di pesawat telepon. 

"Belum mau balik kan lo?" sergap Sasha segera setelah Raga mengangkat telepon. 

"Belom, kenapa?" tanya Raga singkat. 

"Ke ruangan gue dong bentar!" jawab Sasha sambil membolak-balik kolateral marketing di tangannya. 

"Lo aja deh yang kesini, gue masih ada revisian design nih! Sekalian bawain kopi panas ye, okay? Bye!" Raga mematikan telepon tanpa menunggu jawaban Sasha.

Sasha memonyongkan bibirnya, membawa marketing kolateral dan ponselnya lalu berjalan keluar dari ruang kerjanya yang seluruhnya tertutup kaca menuju ke pantry. 

"Hai Mbak Cantik! Mau bikin kopi yah?" sapa Asep salah satu Office Boy yang bekerja untuk Departemen Marketing. 

"Iya nih mas Asep, Raga tuh nyuruh-nyuruh!" gerutu Sasha sambil menekan tombol di mesin pembuat kopi otomatis. 

Asep tertawa, 

"Kenapa gak bilang saya aja Mbak!

Mbak Sasha doang nih manager yang bikinin orang kopi!" tukas Asep sambil memasukan cangkir yang baru selesai ia keringkan kedalam lemari penyimpanan. 

"Emang, Raga doang nih yang berani nyuruh-nyuruh! Ya udah Mas Asep saya duluan ya!" pamit Sasha sambil membawa dua kopi ditangannya, sementara handphone dan sampel marketing kolateral ia jepit di ketiak nya. 

Di Cubicle nya, Raga tampak sedang sibuk berkutat dengan laptop nya. Meja kerja Raga tampak sedikit berantakan dengan kertas-kertas yang bertebaran. Ada sederet foto terpasang di dinding Cubiclenya. Beberapa foto Raga dan teman-teman satu tim nya saat outing kantor, ada juga foto Raga dengan Sasha saat mereka 'hangout' bersama, dan satu foto Raga dengan pacarnya, Tyas. 

Sasha menaruh kopi di atas meja kerja, lalu berdiri disamping Raga mengamati meja kerja Raga. 

"Berantakan amat!" tukasnya sambil merapikan kertas yang bertebaran. 

Raga yang sedari tadi tidak menyadari kehadiran Sasha menoleh terkejut. 

"Kalo berantakan berarti kerja beneran, kagak gabut!" sahutnya sembari kembali menatap layar laptopnya. 

"Ngerjain apaan sih?" tanya Sasha ingin tahu. Raga menyodorkan kertas print-out email pada Sasha yang kemudian mangut-mangut. 

"Ini kopi mau di minum kagak?! Gue kasih orang aja nih!" Sasha yang merasa di acuhkan mulai mengomel. 

Raga meraih paper cup berisi kopi yang dibawa Sasha, lalu menyeruput kopi panas itu perlahan. 

"Thanks bro! Lo mau ngapain nyari gue?" tanya Raga sambil memutar kursinya menghadap Sasha. 

Sasha melemparkan sampel marketing kolateral ditangannya ke atas meja Raga dengan pelan. 

"Revisi Bro!" jelasnya yang langsung disambut kerutan dahi oleh Raga. 

"Lah kemaren katanya udah final, udah di lock, udah okay semua! Ngapa di revisi lagi?!" omel Raga gusar.

Ia sudah bolak-balik mengerjakan revisi design marketing kolateral itu agar disetujui oleh semua pihak. Baru saja kemarin Sasha, Caroline dan Mas Indro sudah setuju dengan design akhir yang Raga buat, namun tiba-tiba hari ini ada revisi lagi, tidak heran jika Raga mendadak gusar. 

"Bukan gueeeee!" Sasha membela diri. Raga mengangkat alisnya menunggu Sasha melanjutkan. 

"Daniel Park!" tukas Sasha sambil mengangkat bahu. 

Raga mendengus pelan, lalu bertanya pada Sasha bagian mana saja yang perlu direvisi. Raga mencoret-coret kertas kosong di mejanya menulis penjelasan Sasha. Setelah selesai ia menyeruput lagi kopinya yang sudah agak dingin. 

"Lo gak jemput Tyas?" tanya Sasha sambil melirik foto Raga dan Tyas yang terlihat sedang tersenyum ke arah kamera. 

Raga mengangkat bahu, 

"Enggak, lagi ribut," jawab Raga singkat. Sasha yang enggan ikut campur hanya berkata 'oh' singkat. 

Padahal kemarin malam Raga dan Tyas bertengkar hebat gara-gara Sasha. Tyas merasa cemburu dan tersisih karena Raga selalu lebih mementingkan Sasha.

Setiap hari selalu ada alasan, 

"Nemenin Sasha lembur!"

"Lagi nemenin Sasha ngerokok!"

"Lagi nemenin Sasha ngopi!"

"Lagi nganterin Sasha Balik!"

Atau juga karena sambungan telepon Raga yang seringkali sibuk saat Tyas meneleponnya. Alasannya seringkali, 

"Lagi telpon Sasha, dia belom balik jam segini!"

Tyas yang merasa kedekatan Raga dengan Sasha sudah tidak wajar mulai marah-marah dan meminta Raga untuk memilih. Raga yang merasa hubungan pertemanan nya dengan Sasha normal-normal saja malah balik marah dan mengatakan Tyas terlalu berlebihan. Akhirnya Raga dan Tyas memutuskan untuk 'break' sementara dan saling intropeksi diri. 

Sementara di lain pihak Sasha yang merasa tidak ada yang aneh antara ia dan Raga hanya menjadi orang yang tidak tahu apa-apa. Raga enggan bercerita pada Sasha karena khawatir Sasha menjadi merasa bersalah dan menjauhinya.  Setelah Sasha dan Raga selesai membahas file revisi marketing kolateral, Sasha mengambil paper cup bekas kopi dan membuangnya ke tempat sampah. 

Ia sudah bersiap kembali ke ruangannya saat tiba-tiba Raga bertanya, 

"Tadi siang lo makan sama si Korea?" 

Sasha menggerakkan kedua alisnya cepat, 

"Iya, abisan kelamaan meeting gak sempet makan siang, lo ngeliat gue?" Sasha balik bertanya. 

"Iya," jawab Raga agak kurang bersemangat.

Sasha menunggu barangkali Raga mau mengatakan sesuatu, tapi Raga hanya diam saja dan kembali menatap layar laptopnya. 

"Ya udah gue cabut ya, mau narik angkot!" ujar Sasha sambil berlalu. Beberapa detik kemudian Raga menghentikan gerakan jarinya di mouse lalu mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Sasha. 

'Hati-hati Lo nariknya, ga usah kemaleman baliknya!'

Sasha hanya membalas dengan emoticon peluk seperti yang biasa ia lakukan. Namun kali ini emoticon peluk dari Sasha membuat sensasi yang berbeda di hati Raga. 

"Damn, what's wrong with me!" gerutu Raga sambil mengusap-usap wajahnya kencang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status