Share

TEPI HARAPAN
TEPI HARAPAN
Author: Hai Irwan

BAB 1. Rumah

Hari itu, Dandi bangun agak kesiangan. Karena semalaman dia mengerjakan banyak tugas kuliah. Tentu bukan berarti Dandi adalah anak yang pemalas hingga repot-repot mengerjakan tugas kuliah hingga larut malam. Namun tugas-tugas itu adalah pundi-pundi uang bagi Dandi. Ya, itu tugas milik teman-teman di kampusnya yang pemalas, dan rela membayar Dandi untuk mengerjakannya.

Terdengar suara sedikit berteriak dari balik pintu

"Dandi...! Bangun nak, sudah siang!"

Suara seorang wanita paruh baya terdengar dari balik pintu berlapis triplek penuh bekas noda dan debu. 

"Hoam... Iya bu.."

Dengan nada masih mengantuk Dandi menjawab lirih. Dan tak lama ia beranjak dari tempat tidurnya. Sambil masih mengucek kedua matanya. 

"Ibu juga sudah siapkan sarapan. Hari ini Ibu pulang agak malam nak. Soalnya Ibu disuruh bersih-bersih rumahnya si Rena sekaligus menjaga rumahnya sampai yang punya pulang" 

Ibu Dandi berbicara sambil berlalu pelan dari depan kamar Dandi.

"Lho memang pada kemana keluarganya Rena Bu? Kok Ibu juga disuruh jaga rumahnya?" 

Mendengar nama Rena, Dandi langsung bersemangat dan segera keluar dari kamarnya.

Dengan nada sedih Ibu menjawab.

"Katanya sih saudara ibunya Rena yang ada di luar kota sakit parah, dan mereka sekeluarga pergi menjenguknya"

"Ohh.. begitu rupanya Bu"

Dalam hati Dandi berfikir kasihan si Rena, usai Ayahnya meninggal sekarang malah saudaranya sakit keras.

"Ya sudah kamu cepat mandi dan berangkat kuliah, jangan sampai telat. Oh iya jangan lupa sarapan dulu kalau mau berangkat. Ibu berangkat dulu ya nak"

Sambil menepuk pundak Dandi yang melamun. Menandakan sebuah kasih sayang yang besar dari seorang ibu terhadap anaknya.

" Ehh... Iya iya Bu.. aku kan sudah besar sekarang. Jangan samakan aku seperti waktu masih kecil dong" sambil mengernyitkan dahi dan menggaruk belakang kepalanya, Dandi menggerutu pelan.

"Hemmm.. iya iya.." sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya sang Ibu menjawab. 

Ia juga sadar akan sosok putranya yang telah tumbuh dewasa. Dan seketika ia ingat dengan sang suami yang entah dimana kini berada. Laki-laki yang ia cintai.

"Sejujurnya kamu yang sekarang mengingatkan ibu dengan ayahmu, kalian sangat mirip." Ibu melanjutkan obrolan dengan raut wajah sedih namun sedikit tersenyum.

"Ah.. jangan samakan aku dengan nya. Orang sepertinya tentu berbeda dengan ku. Terlebih aku tidak akan mencampakkan ibu seperti dia." Dengan raut muka kesal, Dandi berkata keras sebagai perwujudan rasa benci kepada ayahnya.

"Ya sudah bu, ibu hati-hati ya.." Dandi menundukkan kepalanya dan meng-iya kan keberangkatan ibunya.

"Iya.. kamu juga ya nak" Ibu Dandi sadar akan kemarahan puteranya jika membicarakan tentang sang ayah. Lantas ia bergegas pergi dan tak lama hilang dari pandangan Dandi.

Dandi pun seketika panik saat melihat jam yang tergantung di dinding menunjukkan pukul 7.40 sementara tugas-tugas yang ia kerjakan semalam harus dikumpulkan pukul 8.00 pagi itu.

"Ahh.. sial aku terlambat !" Ia mengumpat sambil berlari menuju kamar mandi segera. Jika ia sampai terlambat mengumpulkan tugas yang ia kerjakan tentu saja mahasiswa yang menyuruhnya akan marah besar padanya.

Dengan segala kekurangan yang ada dalam keluarga itu, terdapat kasih sayang dari seorang Ibu kepada anaknya. Dan anak yang berbakti dengan sang ibu. Juga terkadang candaan serta sedikit tawa terdengar dalam rumah itu. Namun begitu, tidak adanya sosok ayah dalam rumah menjadi rintangan yang berat bagi mereka. Sang ibu harus bekerja di rumah tetangga untuk bersih-bersih dan sebagainya untuk mencukupi kehidupan mereka. Dandi pu tak ingin menambah beban ibunya, sehingga ia sering bekerja paruh waktu di sebuah toko untuk mencukupi kebutuhannya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status