Share

BAB 2. Kawan Dan Lawan

Setelah menyantap kentang goreng dan setengah iris telur, dengan tergesa Dandi sedikit berlari meninggalkan rumahnya. Ia tidak bisa melewatkan sarapannya, karena ia tak punya cukup uang untuk membeli makanan diluar. Untungnya jarak tempuh dari rumah menuju kampusnya tidak begitu jauh. Ia hafal betul gang-gang yang mengantarnya menuju kampus dengan lebih dekat. Bahkan di sebelahmana ada kubangan yang harus ia hindari pun tak luput dari kamusnya. Namun sayang, sesampainya di gerbang kampus, ia harus menerima sedikit masalah.

"Berhenti kau!!"

Terdengar teriakan seseorang dari seberang jalan masuk. Dandi pun kaget tak karuan sebab sebelumnya ia sengaja memelankan langkahnya untuk memastikan tidak ada penjaga yang melihatnya telat. Dan ia pun berhenti dan sepontan menoleh ke sumber suara.

"Akhh.. sial kau Fer..! Bikin jantungan saja!"

Dengan nada sedikit mengumpat namun tenang Dandi menjawab teriakan orang tersebut. Ia lega karena suara itu berasal dari salah satu temannya.

"Hahaha... Santai bro maaf..maaf.."

Orang itu adalah Fernando, salah satu teman dekat Dandi. Kebetulan mereka teman satu kelas sejak masih SMA dan kini juga masih menjadi satu kelas di fakultasnya. Fernando adalah anak yang baik dan dia berasal dari keluarga yang cukup mampu. Orang tuanya memiliki usaha kain di luar kota yang cukup terkenal berkualitas dan kebanyakan konsumennya berasal dari kalangan elite. Namun begitu Fernando tidak nampak memperlihatkan sifat sombong dan terbukti ia mau bersahabat dengan Dandi.

"Begadang lagi ya? Jam segini baru datang.." tanya Fernando sambil menghampiri Dandi.

"Iya Fer, biasa kerjaan sampingan. Tapi maaf Fer aku harus buru - buru mengantarnya pada...."

Sambil berlari pelan Dandi berteriak meninggalkan sahabatnya.

"Dasar si Dandi, mengantar pada siapa tadi aku belum dengar malah sudah lari saja" Fernando berbicara sendiri sambil menggelengkan kepalanya. Namun dia memahami situasi tersebut. Dia mengenal Dandi jauh lebih baik dibandingkan mahasiswa yang lain. Sampai-sampai banyak yang menganggap mereka sodara sekandung.

Setelah sampai di belakang gedung pertemuan, tempat dimana Dandi bersepakat bertemu dengan mahasiswa - mahasiswa yang meminta Dandi mengerjakan tugas mereka, situasi berubah tidak mengenakkan. Ada lima orang yang sudah menunggu Dandi dengan raut muka marah dan jengkel. Salah satu pria yang berambut kecoklatan dan berpenampilan begitu maskulin itu membuka obrolan.

"Kau sungguh berani ya anak miskin!"

Dengan nada datar dan dingin pria itu berkata pada Dandi. Dandi paham situasinya pasti akan begini karena dia terlambat. 

"Sudah.. cepat kita kasih dia pelajaran bro!" Seseorang yang ada disamping kiri menimpalinya.

"Iya Juan, mending kita hajar ini bocah. Gara - gara dia telat kita jadi dihukum rektor" seseorang lagi menambah suasana memanas dengan celotehannya. Dan dua orang lainnya hanya menyaksikan dengan senyum licik.

Sambil terbata - bata Dandi menjawab lirih.

"Ma..Maafkan aku.. aku terlambat ka.."

Belum sempat selesai berbicara tiba - tiba pukulan keras mendarat di perut Dandi. Ternyata pria yang bernama Juan tadi menyerang Dandi.

"Ughh.." Dandi melenguh kesakitan dan tubuhnya membungkuk sambil mendekap perutnya. Belum selesai sampai disitu teman-teman Juan ikut menjatuhkan pukulan dan tendangan ke tubuh Dandi. Hingga akhirnya Dandi pun terjatuh dan terkulai lemas di tanah. 

"Makanya jangan berani main-main sama kami" salah seorang berteriak dengan nada menindas.

"Ambil tasnya..!" Juan memerintahkan Roy yang berdiri di belakang tubuh Dandi untuk mengambil tas dan tugas yang mereka butuhkan. Juan adalah mahasiswa yang sangat disegani oleh mahasiswa lainnya karena kekayaan keluarganya yang bisa dibilang sangat kaya. Ayahnya adalah pengelola empat puluh persen saham Guardian Hotel. Satu-satunya Hotel bintang enam di ibukota. Dan ibunya memiliki banyak usaha dibidang kecantikan yang tersebar diberbagai kota.

"Hey ada apa ini!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status