"Terimakasih Ren, tapi mengapa kamu datang kesini?"
Rena meletakkan ponselnya dan berpaling ke arah Dandi. "Aku hanya kebetulan lewat, dan aku melihat lampu di rumah mu masih padam tapi pintunya terbuka, jadi aku berinisiatif memeriksa apa yang terjadi. Dan setelah aku masuk, aku melihatmu terbaring dilantai." Rena sedikit mengerutkan keningnya saat berbicara penuh prihatin.
Dandi mengangguk sambil tersenyum lalu menambahkan. "Jadi begitu, sebenarnya aku juga baru pulang dan saat aku datang kondisi rumahku sudah seperti ini, dan sayangnya aku tidak bisa menemukan ibuku." Dandi menundukkan kepala diakhir kalimatnya.
"Jadi bibi Yuli tidak ada di rumah? Lalu kemana kita harus mencarinya? Ini sudah malam." Rena langsung menjadi cemas usai mengetahui bahwa ibu Dandi tidak ada di rumah, sementara kondisi rumah saat ini berantakan. Rena khawatir hal buruk terjadi menimpa ibu Dandi.
Dandi bangkit dari tempat duduknya, ia melihat sekeliling ruangan dan berkata
"Tenanglah Ron, beristirahatlah. Beruntung kau masih selamat dan berhasil sampai disini." Dandi menenangkan Ron, setelah mengalami kejadian-kejadian sebelumnya temperamennya menjadi lebih tenang karena terbiasa. Melihat kondisi Ron yang sangat lemah, ia mengurungkan untuk bercerita tentang pengelihatan yang tadi ia alami."Baiklah, kita istirahat dulu untuk malam ini. Aku yakin besok akan ada hal baik yang menanti kita." Dandi menatap Ron dengan penuh keyakinan dan bergegas dari duduknya dan berjalan mengunci pintu."Tapi... Dimana Yuli?" Ron bertanya dengan cemas, karena melihat kondisi rumah Dandi yang berantakan dan sedari tadi ia tidak melihat keberadaan Yuli, ibu Dandi.Dandi tidak menjawab hanya menarik nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya. Ron langsung tercengang dan menggertakkan giginya. Mengerti bahwa kelompok Hodes telah menculik Yuli.Malam pun berlalu, dua pria itu tertidur lelap. Menjelang pagi, Dandi beranjak dari tempat i
Hari itu, Dandi bangun agak kesiangan. Karena semalaman dia mengerjakan banyak tugas kuliah. Tentu bukan berarti Dandi adalah anak yang pemalas hingga repot-repot mengerjakan tugas kuliah hingga larut malam. Namun tugas-tugas itu adalah pundi-pundi uang bagi Dandi. Ya, itu tugas milik teman-teman di kampusnya yang pemalas, dan rela membayar Dandi untuk mengerjakannya.Terdengar suara sedikit berteriak dari balik pintu"Dandi...! Bangun nak, sudah siang!"Suara seorang wanita paruh baya terdengar dari balik pintu berlapis triplek penuh bekas noda dan debu."Hoam... Iya bu.."Dengan nada masih mengantuk Dandi menjawab lirih. Dan tak lama ia beranjak dari tempat tidurnya. Sambil masih mengucek kedua matanya."Ibu juga sudah siapkan sarapan. Hari ini Ibu pulang agak malam nak. Soalnya Ibu disuruh bersih-bersih rumahnya si Rena sekaligus menjaga rumahnya sampai yang punya pulang"Ibu Dandi berbicara sambil berlalu pelan d
Setelah menyantap kentang goreng dan setengah iris telur, dengan tergesa Dandi sedikit berlari meninggalkan rumahnya. Ia tidak bisa melewatkan sarapannya, karena ia tak punya cukup uang untuk membeli makanan diluar. Untungnya jarak tempuh dari rumah menuju kampusnya tidak begitu jauh. Ia hafal betul gang-gang yang mengantarnya menuju kampus dengan lebih dekat. Bahkan di sebelahmana ada kubangan yang harus ia hindari pun tak luput dari kamusnya. Namun sayang, sesampainya di gerbang kampus, ia harus menerima sedikit masalah."Berhenti kau!!"Terdengar teriakan seseorang dari seberang jalan masuk. Dandi pun kaget tak karuan sebab sebelumnya ia sengaja memelankan langkahnya untuk memastikan tidak ada penjaga yang melihatnya telat. Dan ia pun berhenti dan sepontan menoleh ke sumber suara."Akhh.. sial kau Fer..! Bikin jantungan saja!"Dengan nada sedikit mengumpat namun tenang Dandi menjawab teriakan orang tersebut. Ia lega karena suara itu berasal dari salah
Semua yang berada di sana serentak menoleh. Dan ternyata itu adalah suara dari seorang gadis yang tidak asing bagi Juan. Leona adalah nama gadis itu. Ia adalah primadona kampus, bahkan Juan mengincarnya untuk menjadikannya pacar. Namun bukan hal mudah bagi Juan, karena Leona berbeda dengan gadis lainnya yang mudah luluh hanya oleh uang dan kemewahan. Muncul rencana licik dari Juan untuk mengambil hati Leona."Ohh kawan.. siapa yang tega melakukan ini padamu?"Dan seketika teman-teman Juan yang mengelilingi Dandi yang terkapar terkejut atas ucapan Juan. Dan tanpa ragu Juan berusaha merangkul Dandi dan membantunya berdiri. Rendi salah satu teman Juan yang mengerti apa maksud semua itu, ia ikut masuk dalam permainan Juan."Astaga, untung ada Juan dan kami disini. Ayo biar kami bantu" sambil tersenyum licik ke arah Juan. Dan Juan menganggukkan kepalanya.Dandi yang masih menahan sakit di tubuhnya hanya meringis kesakitan dan tak menjawab perkataan Juan. Namun
Saat jam makan siang Dandi pergi kesalah satu kantin dan ia mendapati ada Fernando disana."Dandi..! Disini..!" Teriak Fernando sambil melambaikan tangan ke arah Dandi. Dandi pun berjalan menghampiri. Disana sudah ada teman-teman dekatnya yang lain juga."Hey kenapa pipimu membiru Dandi? Apakah kamu habis berkelahi?" Dengan nada cemas Fernando bertanya sambil berdiri dari tempat duduknya.Dan sebaliknya Dandi tidak ingin sahabatnya terlalu menghawatirkan keadaannyapun mengarang cerita."Oh.. ini tadi aku terpeleset dan terbentur pintu toilet. Hehehe... Sungguh kesialanku" jawab Dandi santai sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya. Dandi sengaja berbohong agar Fernando tidak ikut dalam masalahnya dan juga tidak ingin memperburuk situasi."Hahaha... Aku kira kamu berkelahi. Dan jika iya, aku berharap kamulah yang memenangkannya. Sama seperti waktu SMA dulu, kamu berkelahi dengan kakak kelas kita dan kamu mengalahkannya!" Fernando tertawa lepa
Mereka berempat berjalan beriringan meninggalkan kantin. Sambil dalam hati Fernando mengumpat atas kelakuan semua orang yang memandang rendah Dandi. Sesampainya ditaman mereka memilih untuk beristirahat sejenak sambil duduk di bawah pohon."Hey Dandi, kenapa sih kamu memilih diam padahal mereka sering mempermalukanmu dan mengolok-olok kamu? Sesekali kita beri merepa pelajaran lah!" Fernando yang tidak terima dengan apa yang baru saja terjadi membuka obrolan dengan sedikit emosi."Iya, kamu harus berani. Dan jangan diam saja" Aldi yang tidak kalah emosinya ikut menyayangkan Dandi yang selalu mengalah dan diam ketika mengalami intimidasi dari orang-orang."Hmmm... tidak apa-apa kok. lagian yang merka katakan tidak sepenuhnya salah. Aku memang miskin, berpenampilan kampungan dan banyak lagi kekuranganku." Dandi menghela nafas panjang dan menatap ke arah awan sembari menjawab dengan tenang."Ya tapi kan...""Sudahlah, lagian kekerasan bukan jalan terba
Hari-hari dikampus masih saja seperti biasa, Dandi selalu menjadi korban bully dari para mahasiswa, terkecuali teman-teman yang mengenal Dandi sepenuhnya. Hinaan dan intimidasi selalu diterima Dandi. Namun kesabaran dan kerendahan hatinya adalah sebuah emas berharga yang tidak dimiliki setiap orang.Siang itu setelah tidak ada mata kuliah lagi, Dandi memutuskan untuk pulang. Dia mengirim pesan kepada Rena melalui ponselnya."Ren, aku pulang dulu. Soalnya tidak ada mata kuliah sore." Tulisnya singkat.Meski selalu berangkat kuliah bersama, Dandi dan Rena ternyata beda fakultas. Tanpa disadari ada sepasang mata yang mengawasi Dandi dari kejauhan. Dandi pun bergegas meninggalkan kampus. Setibanya disalah satu gang, Dandi teringat ada lembar tugas dari temannya yang harus ia kerjakan masih tertinggal di kelas. Dengan tergesa-gesa Dandi memutar tubuhnya dan melangkah cepat tanpa memperhatikan sekitar.Bruakk'"Akhh.. maaf paman, saya tidak sengaja. Saya
Setibanya di kampus Dandi memelankan langkahnya, dalam hati ia marah dan benci mendengar nama ayahnya. Tetapi ia juga merasa bersalah telah bersikap terlalu egois dan kasar kepada Ron,'astaga kenapa aku ini, bukankah Ron adalah orang yang lebih tua dariku yang seharusnya aku hormati. Dan dia juga bersikap ramah kepadaku. Kenapa tadi aku tidak bisa mengendalikan diri.' Batin Dandi dalam hati dia menyesali kejadian yang baru saja dilaluinya. Di pintu gerbang Dandi berpapasan dengan Rena dan temannya Dengan nada heran Rena bertanya."Hey Dandi.. kamu bilang tadi mau pulang dulu? Kok masih disini?" Sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Emmm.. ada lembar tugas yang masih tertinggal. Sehingga aku harus kembali untuk mengambilnya. Kalian sendiri mau kemana? Kok sudah dipintu gerbang, kan tadi pagi kamu bilang masih ada jam kuliah sampai sore..." Dandi menjawab dengan nada datar, karena suasana hatinya masih tidak enak. Sebisanya ia menutupi hal tersebut