Share

7. Mencari Bukti

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-11-10 18:45:00

“Rumi sayang.” Nolla bangkit dan merentangkan kedua tangan memeluk putrinya. “Senang sekali kita berkumpul kembali.”

Arumi tersenyum sedikit lalu duduk di depan papanya. “Jadi, kejutan apa lagi yang harus aku ketahui, Pa?”

Belum sempat menjawab, ponsel Alvin berdering. Rumah sakit memintanya cepat datang karena ada pasien yang akan melahirkan. Sebelum pergi, Alvin menatap Arumi.

“Kita harus bicara nanti.”

Lalu, Alvin memandang Nolla dengan wajah datar. “Kalau kamu punya nyali membuka aibmu pada putri kita. Ini saatnya.”

Setelahnya, Alvin bergegas keluar. Mesin halus mobil listriknya terdengar menjauhi rumah. Tinggal lah Arumi dan Nolla berdua.

“Ayo, sarapan dulu.” Nolla melayani putrinya dengan membuatkan roti lapis keju dan daging asap.

Arumi hanya makan satu gigit, lalu meletakkan roti lapis itu kembali ke piring. Matanya menatap sang mama yang penampilannya sudah siap bekerja.

“Mama juga sudah mau berangkat ke kantor?”

Nolla menggeleng dan tersenyum manis. “Nggak papa. Mama bisa minta izin. Kita jalan-jalan berdua, ya.”

“Aku masih lemas, Ma. Papa benar-benar membuatku shock.” Arumi termenung menatap piringnya, lalu mendongak. “Mama tidak tampak terkejut. Mama sudah tau lama, ya?”

Segera Nolla meraih tangan Arumi dan menggenggamnya erat. “Mama yang salah. Mama terlalu sibuk. Jangan salahkan Papa, ya. Lagipula, Papa mengaku hubungan itu belum terlalu jauh.”

Arumi mengerutkan kening. “Lalu, apa maksud papa tadi tentang aib mama?”

Wajah Nolla berubah sendu. Ia tampak menghela napas berat dan termenung sejenak sebelum menjawab pertanyaan putrinya.

“Mama nggak ngerti, Sayang. Papa aja sekarang milih tidur di kamar tamu dibanding satu ranjang sama mama.”

“Hah? Sejak kapan?” Arumi terkejut.

“Sejak kamu ke luar negeri.”

Arumi jadi benar-benar malas menghabiskan sarapannya sekarang. Ia berdiri dengan wajah memberengut.

“Aku mau istirahat di kamar. Mama kerja aja.”

Tanpa menunggu jawaban sang mama, Arumi kembali ke kamarnya. Bukan untuk beristirahat, ia hanya mondar-mandir di kamar. Ia bukan anak kecil yang menelan bulat-bulat informasi tentang orang tuanya.

Ia merasa ada yang disembunyikan. Arumi mengamati jendela dan melihat mobil mamanya pergi. Ia meraih tas, lalu keluar dari kamar.

Satu jam kemudian, Arumi sudah berada di depan pintu apartemen papanya yang ditinggali Belva. Sebelum menekan password, Arumi menghela napas panjang.

“Arumi.” Belva berdiri saat pintu apartemen terbuka.

Tanpa menjawab, Arumi masuk dan duduk di sofa. Ia menatap Belva dengan tatapan dingin membuat bulu kuduk Belva berdiri.

“Maafkan aku, Rumi. Aku nggak tau itu papamu.” Belva meremas jari-jarinya dan menundukkan kepala.

“Sekarang kamu tau.” Arumi membalas ketus. “Jauhi papaku.”

Belva mengangguk. “Iya. Aku janji tidak akan terlibat hubungan lagi dengan papamu.”

“Kalau begitu, kamu harus keluar dari apartemen ini. Pergi lah dari hidup kami. Kamu bukan lagi sahabatku!”

Kini, Belva mengangkat wajahnya, menatap Arumi. Penjelasan yang ia tata semalaman sirna. Ia tidak mampu mengucapkan satu kata pun.

Arumi berdiri, mengamati sekeliling sebentar lalu keluar dari apartemen. Ia menutup pintu sama kerasnya seperti saat memergoki papa dan sahabatnya berciuman.

Selama beberapa menit, Belva termenung. Tidak ada isak tangis. Hanya air matanya mengalir deras membasahi wajah.

Belva mengambil koper. Perlahan, mengemasi barang-barangnya. Kini yang tertinggal di lemari hanyalah kemeja Alvin yang pernah ia pinjam.

Sebelum pergi, Belva menyempatkan diri membuat kue ulang tahun untuk Alvin. Ia sudah berjanji pada Arumi. Entah kuenya akan dimakan atau tidak, ia tetap akan menyiapkannya.

Selesai membuat kue, Belva menaruhnya di kulkas. Ia mengirim pesan untuk Arumi, mematikan ponselnya. Lalu pergi dari apartemen.

**

Di rumah sakit, Alvin baru saja selesai praktek. Ia menoleh kala melihat seorang lelaki masuk membawa tas kerja dan map. Lelaki itu langsung duduk di depan Alvin.

“Siang, Dok,” sapa si lelaki.

“Hmm. Siang, Andre. Jangan duduk santai. Obati kakiku dulu.” Alvin menjulurkan kakinya yang terluka.

Andre menatap kaki Alvin. “Kenapa itu?” Lalu, langsung membersihkan dan mengganti plester luka.

Singkat, Alvin menceritakan apa yang terjadi. Andre adalah asistennya yang menyamar sebagai sales obat. Lelaki ini lah yang sering membantu urusan Alvin, termasuk menyelidiki perselingkuhan istrinya.

“Aku akan coba cari CCTV di daerah sana. Enak saja nabrak orang langsung pergi.” Andre mendengus kesal.

“Lebih penting informasi tentang Nolla dan bosnya itu. Bagaimana?”

Andre membereskan kotak obat, lalu menggeleng. “Mereka mainnya rapi. Setelah kamu memergoki mereka, tidak ada lagi bukti.”

“Rapat? Jalan-jalan ke dalam dan luar negeri? Lembur?”

Andre menggeleng. “Tidak ada. Mereka tidak pernah pergi berduaan. Alibinya kuat.”

Kedua tangan Alvin mengepal kencang. Ia harus punya cukup bukti untuk diajukan ke pengadilan agar bisa bercerai.

“Oh ya, Dok. Ayah anda meminta anda menemuinya.”

Alvin mengangguk. “Aku memang sudah berniat berkunjung.”

“Beliau minta anda dan keluarga datang di hari anda berulang tahun.”

Alvin menghela napas berat. Saat ini yang paling memberatkan hidupnya adalah tetap berpura-pura menjadi keluarga harmonis padahal ia sudah muak dengan Nolla.

“Mungkin... Ibu Nolla memang sudah benar-benar tobat.”

Alvin mendelik kesal pada Andre. “Mau kupecat, hah?”

Andre langsung menggeleng. “Tidak, tidak. Jangan. Aku senang bekerja denganmu.”

“Kalau begitu, cari sampai dapat bukti perselingkuhan Nolla dan bosnya!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
happyface
semoga dpt bukti ya dok
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TERBUAI PERHATIAN DOKTER TAMPAN   97. Rumah Baru

    “Apa kata Mamamu? Kok kamu matikan teleponnya?” Belva bertanya pada Arumi yang sudah menurunkan ponsel dari telinganya.Arumi menatap Belva, lalu menunduk. “Mama cuma langsung bilang minta dibayar tebusannya biar bisa keluar dari penjara.”Belva dan Edo saling bertatapan sejenak, lalu mengembuskan napas berat. Mereka membiarkan Arumi yang termangu sendiri menatap ke luar jendela.Hingga akhirnya mereka tiba di apartemen, Arumi segera minta waktu bicara dengan Alvin berdua saja. Belva meninggalkan mereka dan masuk ke kamarnya. Sementara Edo pun langsung berpamitan.“Ada apa, Arumi?”Selama putrinya bercerita, Alvin menatapnya dengan ekspresi datar. Hingga akhirnya Arumi berhenti dan memeluk Alvin sambil terisak.“Aku nggak tau harus bagaimana, Pa?”Sejenak Alvin hanya diam. Lalu perlahan, tangannya mulai mengelus punggung sang putri. Ia mengurai pelukan Arumi dan menatap wajahnya.“Kenapa Mama bisa sampai seperti ini?” Arumi balas menatap mata Alvin.Sebelum menjawab, Alvin menghela na

  • TERBUAI PERHATIAN DOKTER TAMPAN   96. Anak Baik

    Musim semi menyambut keluarga yang berkumpul lengkap di luar negeri untuk menghadiri wisuda Arumi dan Edo yang hanya selisih satu hari.Di halaman kampus yang luas, toga-toga hitam bergerak seperti gelombang kecil. Fredy dan Yarra berdiri berdampingan, wajah mereka dipenuhi senyum yang tidak dibuat-buat. Belva berdiri di sisi Alvin, tangannya sesekali merapikan kerah jas suaminya—kebiasaan kecil yang kini terasa wajar.“Papa, Belva,” panggil Arumi dari kejauhan.Ia melangkah mendekat dengan senyum lebar, toga membingkai wajahnya yang matang. Di sampingnya, Edo berjalan dengan langkah tenang. Mereka berhenti tepat di depan keluarga.“Selamat, Rumi,” ucap Fredy, suaranya berat namun hangat.Yarra memeluk cucunya lama. “Kami bangga sekali.”Belva tersenyum bahagia lalu menggenggam kedua tangan Arumi. “Gimana? Sudah lega?”Arumi tertawa kecil dan mengangguk. “Aku akhirnya selesai.”Edo menunduk sopan. “Terima kasih sudah datang.”Alvin menepuk bahu Edo singkat. Tidak banyak kata, tapi isy

  • TERBUAI PERHATIAN DOKTER TAMPAN   95. Restu

    Saat semua orang bergembira dan menjabat tangan Edo dan Arumi bergantian. Alvin terdiam sambil menatap Edo tanpa berkedip. Lalu, perlahan, ia menyeret Edo ke pojok ruangan.“Sejak kapan?” Alvin melipat kedua yang tangannya di perut sambil menatap Edo tanpa jeda.“Umm... maaf, Om. Kami semakin dekat saat kembali bersama ke luar negeri. Karena satu kampus juga, kami jadi sering bertemu.” Edo menjelaskan.“Kenapa kalian diam-diam? Belva tau?”Edo menggeleng. “Arumi bilang, kalau Belva tau, ia akan langsung cerita pada Om. Arumi mau ini menjadi kejutan.”“Oh yaa.” Alvin mendelik. “Aku memang sangat terkejut.”Edo menunduk santun. “Maaf, Om.”Lalu, Alvin teringat sesuatu. “Belva pernah bilang kamu sudah memiliki kekasih.”“Kami tidak berjodoh.” Edo menghela napas. “Kami sudah putus sebelum aku memutuskan sekolah lagi.”“Begitu.”“Aku minta restu, Om.”Alvin mendekat ke telinga Edo dan mengancam, “Kupatahkan lehermu kalau sampai menyakiti putriku!”Setelahnya, Alvin bergabung pada keluargan

  • TERBUAI PERHATIAN DOKTER TAMPAN   94. Dua Wisuda

    Pagi itu datang dengan situasi yang berbeda. Alvin memeluk dan mengelus punggung Belva yang terbuka. Wanita itu masih nyaman tidur dalam dekapan.“Sayang, aku harus siap-siap ke rumah sakit,” ucap Alvin.“Umm... aku masih mau dipeluk begini.” Belva menggumam sambil mengeratkan pelukannya.Alvin terkekeh. “Lima menit lagi. Oke?”Tidak ada jawaban. Hingga lima menit berikutnya, Alvin mengangkat tubuh Belva dan membopongnya ke kamar mandi.“Aku masih mau tiduran.” Belva merengut kala Alvin melepas pakaiannya.“Sekalian aku mandi, Sayang. Setelah aku berangkat, kamu bisa tidur lagi.”Akhirnya, Belva pasrah dimandikan sang suami. Dengan manja, Belva mengalungkan lengannya di leher Alvin saat tangan lelaki itu mengusap sabun ke seluruh tubuh istrinya. Mereka bertatapan, berciuman hingga kedua kaki Belva kini naik ke pinggang Alvin.Sambil menjaga keseimbangannya di lantai yang basah, Alvin membantu Belva bergerak di atas tubuhnya. Setelah sama-sama mendapat pelepasan, Belva menjejakkan kaki

  • TERBUAI PERHATIAN DOKTER TAMPAN   93. Mengukir Kenangan

    Dalam pesawat, Belva menggulir foto-foto bulan madunya. Ia tersenyum-senyum menatap kebersamaannya di kamar bersama Alvin.“Kita nggak bisa nunjukin foto-foto ini, lho.” Belva memperlihatkannya pada Alvin. “Bagaimana kalau ada yang tanya?”Alvin melirik layar ponsel Belva. Ia malah tertarik lalu meminjamnya. Lelaki itu tersenyum melihat dirinya dan Belva di ranjang dengan tubuh bagian atas polos, hanya tertutup selimut tipis.“Aku suka foto-fotonya. Terlihat benar-benar penampakan bulan madu.”“Iyaa. Tapi kalau Arumi tanya gimana?”“Lagian kenapa kamu selalu pakai lingerie?” Alvin menggoda sang istri. “Padahal nggak pakai apa-apa juga akan lebih bagus.”“Hei! Bukan aku yang packing. Isi koper itu sebagian dari Arumi dan Kak Estella.” Belva mencebik. “Dan memang lingerie itu percuma karena kamu selalu membukanya.”“Karena aku juga nggak pakai apa-apa.” Alvin berbisik di telinga Belva.Tangan Belva terjulur mengusap rahang Alvin yang masih sibuk menggulir foto dari ponsel Belva. “Mana m

  • TERBUAI PERHATIAN DOKTER TAMPAN   92. Bulan Madu

    Villa yang Alvin sewa berdiri terpisah dari keramaian, menghadap laut biru yang tenang. Tirai putih bergoyang pelan tertiup angin, suara ombak menjadi satu-satunya pengingat waktu yang terus bergerak.Saat tiba di kamar, Alvin langsung mendekap Belva. Memberinya ciuman di detiap inci kulit dan merayu Belva.“Aku sudah sangat menginginkan ini.” Alvin mendesah di ceruk leher Belva. “Aku ingin berbaring di sampingmu tanpa selembar benang pun di tubuh kita.”Tubuh Belva rasanya ikut terbakar mendengar rayuan Alvin. Belva membiasakan matanya dengan pemandangan Alvin yang sedang membuka pakaian.Lalu, lelaki itu kembali memagut bibir Belva. Mereka bahkan melakukannya sambil melepas semua kain yang menempel di tubuh.Sepasang tangan Alvin penuh keyakinan dan tau apa yang harus dilakukan. Sangat terarah, tidak asal jamah dan penuh perasaan.Ciumannya amat dalam, melihatkan setiap bagian dari mulut mereka. Bibir Alvin menggumamkan sesuatu sebelum menghujani dada Belva dengan sejuta ciuman.Ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status