Share

TAS 18

last update Last Updated: 2025-09-26 14:04:47
“Selamat pagi, Audrey,” sapa Cindy, nada suaranya hangat diikuti senyum ramah yang tentu saja dibuat-buat.

Aku membalas dengan sopan. “Selamat pagi.”

Di sampingnya, Sam duduk dengan tenang, hanya melirikku sekilas. Sesekali ia membantu Cindy meletakkan piring atau menu tambahan. Pemandangan itu membuat dadaku tiba-tiba jadi berat. Dia terlihat begitu nyaman, begitu menyatu dengan ruangan ini. Seakan dia bagian permanen dari dunia Cindy.

Aku menunduk, mencoba mengabaikan rasa tak nyaman yang mendadak muncul.

Irish, yang tak peka pada ketegangan halus ini, justru sibuk mengoceh. “Wah, menunya banyak sekali, Tante ikut menyiapkan ini semua?"

Cindy tersenyum ramah padanya dan mengangguk. "Sengaja kami siapkan banyak menu khusus pagi ini. Putra kami butuh sambutan spesial."

Aku mendengar jelas penekanan intonasinya pada kalimat ‘putra kami’. Entah untuk apa.

"Sean... kau beruntung sekali punya ayah dan ibu yang bisa segalanya." Irish duduk lebih dulu dengan wajah antusias.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 24

    Suara ceburanku memenuhi setiap sudut kolam.Irish sampai terbatuk karena percikan air yang mengguyur wajahnya. Aku sempat mendengaranya mengumpatiku sebelum kembali berseru.“Hai, Sean!”Aku memilih menenggelamkan diri dalam air, lebih lama dari seharusnya. Bukan karena ingin menyelam, tapi karena takut. Aku belum siap menatap wajah Sean setelah semua yang terjadi.Rasa bersalah menusukku dari segala arah. Memalukan. Bagaimana aku bisa tersenyum lagi di hadapannya setelah diam-diam aku tidur dengan ayahnya sendiri?Aku menahan napas, bersembunyi di kedalaman dangkal kolam, membiarkan rambutku mengembang liar. Dari balik riak air, samar-samar kulihat bayangan Sean mendekat, lalu berjongkok di tepi kolam. "Mabukmu sudah hilang?"“Sedikit. Sean, ayo berenang bersamaku,” ajak Irish antusias lalu berenang kecil ke arahnya.Sean hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. “Nanti saja. Aku mau membantu Ibuku menyiapkan sarapan.”Irish mencebik kecewa. “Kenapa kau repot sekali? Aku bahkan belum

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 23

    Aku menutup wajah, berharap bumi menelanku saat itu juga. Jika Cindy menemukan kenyataan ini...Habislah aku.“Mungkin noda minuman,” jawab Sam terdengar kaku. Seolah ia sedang berusaha mengakhiri percakapan secepat mungkin.Aku bisa merasakan nada itu sebagai upaya menutupi sesuatu. Dia pasti tahu noda apa yang dimaksud Cindy, tapi jelas tak mungkin berkata jujur.“Yang benar saja!” bentak Cindy, matanya menyorot tajam. “Noda minuman? Bahkan anggur merah sekalipun, tidak akan sepekat ini.”Suara Cindy mengeras, penuh keyakinan. Ya, bagaimana mungkin seorang dokter tertipu dengan alasan bodoh semacam itu? Da terlalu terlatih untuk tidak mengenali perbedaan antara noda darah dan noda minuman.“Itu hanya noda. Aku akan minta pelayan membersihkannya nanti,” ujar Sam, tetap berusaha tenang.Namun, ketenangannya justru menyulut emosi Cindy. “Ini bukan soal noda, Sam! Aku mau tahu, dari mana asalnya?”Deg.Tubuhku refleks menegang. Napasku tersengal. Wanita itu benar-benar kukuh ingin menda

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 22

    Kaki Sean berhenti hanya beberapa meter dari sofa, keningnya berkerut rapat menatap Sam. Tatapan yang jelas penuh keterkejutan.“Ayah… ayah sedang apa?” lirihnya dengan nada bingung.Sam berdiri kaku. Tercekat karena baru saja tertangkap basah. Tatapan Sean menelusuri ruang itu, penuh rasa penasaran.“Kenapa ayah tidur di ruang TV tanpa baju? Ayah tidak kedinginan?” lanjut Sean, sambil mengucek mata, sesekali menguap seperti berusaha mengumpulkan kesadarannya yang masih setengah mabuk.Aku nyaris pingsan karena gugup. Kupikir kami ketahuan. Untungnya tidak. Atau... belum.Nasib baik tadi tanganku cepat menarik selimut menutupi tubuh sebelum Sean memergoki. Dari balik lipatan kain, napasku tersengal, tubuhku bergetar menahan panik. Tapi tetap kuberanikan diri mengintip mereka.Sam menjawab tenang, “Oh… ini… Ayah sedang menguji penyesuaian tubuh terhadap suhu sebelum olahraga pagi.”“Teknik baru?” Sean memiringkan kepala, menatapnya polos.“Ya,” jawab Sam mantap, padahal aku jelas-jelas

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 21

    Sam jelas terkejut ketika bibirku mendadak menempel pada bibirnya. Dia membeku sesaat, tapi tidak menghindar lagi. Namun, justru itu yang membuat dadaku bergetar tak karuan.Aku mundur perlahan, menatapnya dengan senyum tipis yang kali ini tak lagi malu-malu.“Terima kasih,” ucapku lirih.Sam terdiam sebentar, kedua matanya menatapku intens, seolah sedang memutuskan sesuatu. Lalu perlahan, sudut bibirnya melengkung, menampilkan senyum tipis yang begitu berbahaya bagiku. Tanpa peringatan, dia meraih tengkukku dan membalas ciumanku.Ciumannya tak pernah kaku atau sekadar tempelan. Bibirnya bergerak penuh kendali, menuntut, menyalurkan sesuatu yang jelas-jelas sudah lama terpendam. Aku tercekat, tubuhku serasa meleleh saat genggamannya makin menekan, membuatku tak punya ruang untuk mundur.Tanganku refleks mencengkeram bahunya, merasakan kekuatan tubuhnya yang kokoh namun hangat. Napasku terseret di sela-sela ciuman yang kian dalam, lebih panas. Rasa takut dan ragu yang tadi sempat menye

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 20

    Mereka benar-benar menghukumku.Malam ini, aku diseret ke sebuah bar eksklusif di pusat kota. Lampu temaram, dentuman musik dan aroma alkohol langsung menusuk hidungku saat masuk. Aku ingin menolak sejak awal, tapi ancaman Irish tidak main-main. Dia tak akan mau bicara lagi denganku. “Ini hukumanmu, Audrey!” katanya dengan senyum penuh kemenangan sambil menyorongkan gelas berisi minuman berwarna jingga. “Minum. Dua gelas minimal, biar kau jera kabur seenaknya.”“Apa harus seperti ini? Tidak ada hukuman lain?” Aku masih berusaha menawar. “Kalau Ibuku tahu, aku bisa dimarahi habis-habisan.”“Itu justru bagus,” Irish terkekeh. “Kau harus belajar bertanggung jawab!”Sorak riuh teman-teman kelas kami ikut mendesak. “Audrey! Audrey! Audrey!”Bar itu penuh dengan wajah lama yang sudah lama tak kutemui. Mereka semua tampak begitu menikmati reuni pertama kami yang lengkap ini.“Astaga….” Dengan terpaksa aku meneguk gelas pertama. Lidahku pahit, tenggorokanku panas. Sorakan semakin ramai. Gela

  • TERGODA AYAH SAHABATKU   TAS 19

    “Kau mau pulang?” tanyanya terkejut setelah mengamatiku beberapa saat. Aku bungkam. Hanya menunduk, berusaha menyembunyikan wajahku yang masih basah.“Audrey—”“Aku tidak mau dengar!” potongku cepat. Suaraku bergetar, tapi cukup jelas untuk memutuskan kalimatnya. Aku buru-buru keluar untuk pergi. Tapi tangannya lebih cepat menarikku. Dalam sekejap aku terpaksa mengikutinya.“Lepaskan!” bentakku dengan suara tertahan. Mencoba meronta dengan menepis tangannya, kakiku juga berusaha menghentikan langkah. Meski begitu, genggamannya di pergelangan tanganku tetap teguh. Malah semakin kuat.Dia tak peduli pada protesku. Rahangnya mengeras, wajahnya serius dengan satu tujuan. Menjauhkanku dari ruangan itu. Dengan langkah mantap, dia membawaku menuju pintu keluar, melewati lorong panjang hingga sampai di garasi.“Masuk,” perintahnya datar saat membuka pintu mobil. “Kuantar kau pulang.”Aku terpaku. Bukannya menurut, lututku justru melemas. Aku berjongkok di samping mobil itu, tangis yang sejak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status