Share

bab. 4 : Kristal

Penulis: Re_
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-15 22:28:22

PRANGG!!

Mangkuk berisi bubur jatuh dan pecah seketika.

Sebuah tangan mencengkram bahunya, tampak guratan urat yang menonjol di sisi punggung tangan yang berwarna pucat.

Arumi terjepit. Salah sedikit, sudah dipastikan lehernya akan tergorok. Dinginnya benda logam itu terasa menggerogoti lehernya.

"Tunjukkan di mana kau menyembunyikan benda berharga."

"Aku tidak tahu," cicitnya gemetaran.

"Jangan berbohong. Apa kau ingin mati."

"Ti-tidak."

"Tunjukkan sekarang."

Jantung Arumi mencelos, baru gagal menikah, tercebur dan masuk antah berantah, kini dia sudah berada di ambang kematian. ya Tuhan, berat sekali cobaan-Mu pada hamba yang cantik dan lemah ini.

Dia baru saja membuka mata. Sama sekali tidak tahu tentang apapun, apalagi soal harta.

Pasrah ditunjuknya lemari kayu. Pastilah terdapat benda berharga didalamnya. Entah uang atau apapun, terserah saja. Yang penting dia terbebas.

Pria itu menyeretnya menuju lemari lalu menendang pintu dengan sebelah kaki hingga terbuka dan menggeledah. Sungguh malang, isinya hanya tumpukan buku.

"Pendusta!" Gebraknya marah, isi lemari yang sebagian besar hanya buku tua bertaburan. Arumi ngeri, berusaha lari menyelamatkan diri.

Sambil menatap geram, dia mengacungkan pisau hendak menangkapnya. Tapi Arumi sudah terlebih dahulu memutar tubuh dan berlari, naas kakinya malah tersangkut rok yang dikenakannya.

BRUGH!

Lututnya menabrak lantai. Dia tepelanting, sakit seluruh tubuh membuatnya sulit untuk bangkit.

BLETAK!

BRUGH!

KREEKK!

ARGH!!!

Suara lengkingan menusuk telinga Arumi, entah bagaimana, pria tadi sudah bertekuk di hadapan Lien Hua , tangannya terpuntir kebelakang, keningnya sudah membentuk bulatan berwarna biru dan didadanya tampak bekas tapak sepatu.

Lien Hua menarik tangannya kuat membuat pria itu berteriak kesakitan.

"Apa yang harus kulakukan pada penjahat ini, Paman?" tanyanya pada Paman yang sudah berada di samping Arumi. "Hei, Kau tidak apa-apa? Apa jantungmu kuat?" tolehnya pada Arumi.

Arumi menggangguk lalu menggeleng, entah, dia bingung harus merespon apa.

"Dia ketakutan."

Paman memegang bahu Arumi yang gemeteran lalu menepuk punggung belakangnya beberapa kali. Tubuh Arumi terasa hangat, seakan sebuah energi mengalir masuk melalui telapak tangan Paman. Membuat tubuhnya terasa lebih rilex.

Dia menggandeng Arumi dan membawanya ke atas ranjang. Menuangkan segelas air dan menyuruhnya minum.

Setelah melihat Arumi lebih tenang, dia mengalihkan wajah pada pria yang bertekuk di lantai dengan paha terinjak kaki Lien Hua

"Apa tujuanmu ke sini."

Pria itu memilih diam.

"Apa tujuanmu ke sini." Ulang Paman.

Lagi lagi pria itu tak menjawab.

Sebelum kata berikutnya keluar dari mulut Paman yang terbuka, Lien Hua memeluntir tangan pria tadi dan menariknya kebelakang.

"Arrghh!! Sakiit! sakiit! "raung pria itu.

Arumi bergidik, Kenapa dia harus melihat semua kekerasan ini, walau dia pecinta drama laga, melihat penyiksaan secara langsung cukup mengerikan.

'"Makanya jawab!" bentak Lien Hua sambil menekan kakinya di paha pria itu. Arumi terkesima, sekuat apa tenaga gadis mungil itu.

"Arrgh!! Mencari emas!! " teriak pria itu kesakitan.

"Mencari emas? Ini klinik. Tidak ada emas di sini." Lien Hua kembali memuntir tangan pria itu.

"Argh!! benar. Di desa beredar kabar kalau di klinik ini menyimpan emas. Demi memberi makan anak yang kelaparan, memberanikan diri mencuri emas di sini. Sumpah, Tuan. Saya tidak berbohong," ringis pria itu sambil menangis.

Paman menghela nafas. "Apa kau sudah makan?"

"Paman percaya padanya?" lirih Lien Hua heran. Arumi pun tak habis fikir semudah itu paman percaya perkataan pria yang hampir membunuhnya tadi.

"Makanlah sebelum pergi, aku akan menyiapkan bahan makanan untuk kau bawa pulang."

"Ikut aku." Lien Hua melepas tangan dan pijakan kakinya dengan kesal, sementara pria itu tertatih-tatih mengikuti langkahnya

***

Arumi memungut buku yang berhamburan dan menyusunnya kembali. Lemari tua ini masih tampak kokoh walau sudah diterjang pencuri tadi.

Sambil meletakkan buku satu persatu, Arumi membersihkan debu dan sarang Laba-laba yang mulai terjaring di tepian lemari, tak sengaja tangannya menyentuh sebuah kotak dan terjatuh seketika.

Kotak itu terbuat dari kayu dengan ukiran. Kenapa pria tadi tak melihat kotak ini saat menggeledah tadi. Ditariknya pengait yang terdapat di penutup kotak dan membukanya. Matanya membelalak

Isinya sebongkah kristal berwarna pink keunguan. Apa ini yang di cari pria tadi? Tapi tadi dia mengatakan bahwa dia mencari emas. Bukan kristal.

Terdengar suara orang bercakap-cakap, Arumi menilik dari jendela, Tampak pria tadi membungkuk pada Paman, ditangannya telah tergenggam beberapa buntalan kain.

***

"Wow, kau sudah membersihkan semua." Lien Hua yang baru datang langsung menselonjorkan tubuhnya di ranjang. Memandangi kamar yang sudah rapi, sama sekali tak tampak sisa kekacauan tadi.

"Walau tidak hebat, setidaknya aku bisa berbenah," sahut Arumi.

Berbenah merupakan hal biasa yang dilakukannya di rumah. Kotor atau berantakan sedikit saja, mama akan menceramahinya berjam-jam. Siapa yang sanggup mendengar celotehan mama?

Mama memang memilih untuk tidak mempekerjakan asisten rumah tangga. Hingga mau tak mau, suka tak suka Arumi turun tangan membantunya walau kadang terpaksa. Tapi entah mengapa saat ini dia merindukan ocehan itu.

"Apa kau terluka?"

Arumi menyentuh lehernya, untunglah tidak ada luka sedikitpun. Mungkin pria tadi memang tidak ingin melukainya, hanya menakut-nakuti saja.

"Pisau yang digunakannya bukan pisau sungguhan, dia memang penduduk biasa yang ingin mencuri karena kelaparan. Tidak ku sangka penglihatan Paman sangat tajam."

"Kalau kau merasa bosan. Ayo kita ke luar. Berjalan di malam hari cukup bagus untuk mendinginkan fikiran."

"Sebentar." Arumi meletakkan buku terahir di dalam lemari, tatapannya kembali pada kotak kayu tadi.

"Apa kau tahu tentang kotak ini?" tanyanya.

"Kotak apa?"

"Kotak kayu berukiran ini. "Arumi mengambil dan menunjukkannya.

"Tidak. Aku baru kali ini melihatnya." Lien Hua bangkit dari ranjang lalu mendekat, tatapannya berubah jahil.

"Apa yang ada di dalamnya? Apa emas yang di cari pencuri tadi?" Secepat kilat dia membukanya.

"Apa? Kosong." Tatapannya berubah kecewa. Arumi mengernyit.

"Apa kau tak melihat itu?"

"Apa?"

"Benda di dalamnya. Sebuah kristal."

Lien Hua menatap Arumi lalu tergelak. Apa kejadian tadi membuat gadis itu hilang akal? Tadi saja dia gemetaran. Dasar lemah.

"Aku tidak melihatnya, coba kau tunjukkan." cibirnya.

Arumi mengambil kristal itu dan menunjukkannya. Lien Hua terbelalak. Sebuah batu kristal tampak bersinar di telapak tangan Arumi.

Bagaimana bisa? Bukankah kotak itu kosong? Kenapa saat Arumi memasukkan tangannya, tiba-tiba dia menggenggam sebongkah kristal.

"Sini." Dia merampasnya. Kembali dia terbelalak karena tangannya kosong, dia tidak bisa menyentuhnya.

Sama dengannya, Arumi juga keheranan. Kristal itu hanya terlihat saat dia menyentuhnya. Ketika Lien Hua mengambilnya, dia seakan tak berwujud.

Mereka saling pandang dengan keanehan yang terjadi dan terdiam dengan fikiran berkecamuk.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 50 : Calon pengantin Jendral jiao Yu?

    Arumi bersiap-siap menunggu jemputan dari Jendral Jiao. Setelah ditinggalkan Kai begitu saja, dia merasa sebatang kara, dan bingung harus kemana. Beruntung Jendral Jiao menawarkan solusi untuk menetap di kediamannya sementara sampai Arumi lebih sehat sambil memikirkan arah tujuannya. Awalnya dia berniat tinggal di penginapan Niu, namun kepingan uangnya menipis. Tawaran yang diajukan Jendral Jiao sangat menarik. Dia akan merasa aman bersama petugas pemerintah itu, selain itu tentu dia tidak perlu repot mengeluarkan uang untuk membayar penginapan dan makanan. Ini sangat luar biasa, hanya orang bodoh yang akan menolaknya."Nona, jemputan anda sudah datang." Suara laki-laki terdengar setelah ketukan pintu. Rupanya orang yang akan membawanya ke kediaman Jendral Jiao sudah tiba. Memang tadi dia meminta izin kepada Jendral Jiao untuk mengambil pakaian dan Barang-barangnya dari wisma Niu sebelum mereka berangkat ke kediaman Jendral Jiao. Jendral Jiao mengiyakan dan berkata akan mengatur or

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 49. Penyesalan.

    Tubuh itu terbungkuk, dahi dan pipinya mengernyit, darah tersembur dari mulut, namun kedua tangannnya masih mengontrol gelembung udara yang menyelimuti Qui dan Chyou. melihat musuhnya tak bergeming, She Xian kembali mencungkil perut Yeye, menusukkan kelima jari runcing ke dalam perut Yeye dan mengeruk darah dari lubang itu.Air mata menetes dari pelupuk mata Qui, hatinya terasa tertusuk ribuan jarum melihat Yuze yang berjuang sekuat tenaga, mengobarkan nyawa demi melindungi mereka. Mata itu terpejam, tak sanggup melihat ketiadaan Yuze yang sangat menyakitkan.Balon udara terangkat dan terbang menjauh, melindungi mereka dari serangan Hei An. Setelah menerbangkan gelembung udara, lutut pria tua itu terjatuh, nafasnya tersengal, tangannya lunglai se lunglai tubuhnya yang kehabisan tenaga, darah membanjiri tubuh bagian bawah. Dia tidak mati sia-sia karena berhasil menyelamatkan Amethyst, kedua saudaranya dan Lien Hua. Dia sudah menang. Senyum terukir dari bibirnya yang dipenuhi darah,

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 48 Di ambang maut

    "Di mana Amethystku." Hawa tiba-tiba terasa panas, mereka sontak menoleh, pria besar berambut merah menatap garang. Bola mata berwarna merah darah itu menguliti satu persatu wajah kelelahan di hadapannya. "Siapa kau?" tanya Qui menatap tak kalah tajam, tubuhnya bersiaga, hawa panas yang menyertai kedatangan pria bermata merah itu membawa kesuraman.Ujung matanya melihat dedaunan yang menguning lalu layu seketika, bahkan kuncup bunga menghitam dan kering. "Aku pemilik Amethyst, cepat serahkan padaku, dan jadilah hambaku. Maka kalian akan kuampuni" Dia mengangkat telapak tangan, percikan api muncul yang kelamaan membentuk gumpalan bola api. Sambil menyeringai memperlihatkan giginya yang runcing, Hei An mempermainkan bola api di telapak tangannya memantul dan berputar-putar mengelilingi mereka satu persatu. Bola api pecah dan menyebar ke segala penjuru saat Hei An menjentikkan jemari. Percikan menghantam dan membakar segala sesuatu yang mengenainya. "Lien Hua, cepat pergi." Yeye men

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab. 47: Hari yang sulit

    "Ayah,ini calon istriku." Tiba-tiba Chen Yu datang memperkenalkan seorang wanita cantik, menurutnya, meskipun perkenalan mereka singkat namun sudah membuatnya mantap menjadikan Li Wei sebagai wanita yang akan mendampinginya sampai akhir usia. 'Apa kau yakin dengan keputusanmu Chen-chen?" tanya Yuze setelah Li Wei pulang. Meski sudah dewasa dia tetap memanggil anak semata wayangnya itu dengan nama Chen-Chen, Nama panggilan yang diberikan mending istrinya."Kenapa Ayah berkata seperti itu? Apa karena dia terlalu cantik?"Yuze tertawa spontan, "Apa yang kau katakan," tanyanya merasa geli. "Ayah tidak menyukainya karena dia terlalu cantik dari Ibu," rajuk anak itu kesal. "Kau ini." Yuze menepak bahu anaknya ringan. "Tidak ada yang lebih cantik dari Ibumu.""Kalau begitu apa karena dia bangsa siluman? bukankan aku juga setengah siluman?" Pria bermata sipit dengan alis tegas itu menatap Yuze penasaran. "Bukan seperti itu, Ayah tidak pernah mempermasalahkan soal status dan lain sebagainy

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 46 ; Patah hati terbesar

    "Ada apa?"tanya Arumi saat gadis itu tampak kebingungan. Dia terlihat tidak fokus dan selalu menoleh ke samping."Sepertinya, ada sesuatu. Sebentar."Lien Hua berdiri dan membawa serta cermin hingga Arumi ikut melihat. " Paman, siapa mereka?""Wanita tidak tahu diri," jawab paman Li dengan suara dingin. Arumi sempat terkejut mendengar jawaban itu karena paman Li menurutnya adalah orang yang paling sabar di Wangliang. "Arumi apa kau penasaran siapa wanita itu?" bisik Lien Hua dengan muka jahil seperti biasa. "Aku penasaran," sahut Arumi cekikikan. Suara tawa itu memaksa Zhan An, Jiao Yu dan Ming Hao memberinya tatapan heran. "Apa yang membuatmu gembira?" Zhan An mendekat dan melihat apa yang mereka bicarakan. "Wanita tidak tahu diri." "Wanita tidak tahu diri?" Zhan An mengamati wajah sesorang wanita yang tampak lewat cermin ajaib, seketika wajahnya mengeras. Secara kasar dia merampas cermin dan melemparkannya hingga berkeping. Sontak Arumi melongo dan merasa aneh dengan tindakan

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab 45 : Srigala dan pria berambut perak

    Arumi terdesak, tubuhnya jatuh terduduk dan terpojok di dinding. Pria bercadar itu menarik tombak lantas menekannya pada leher Arumi. Gadis itu meringis, ujung tombak yang tajam menggores kulit dan menimbulkan sensasi nyeri. "Kau tidak bisa membunuhku," ujarnya menantang, balas menatap tajam, "Aku tidak mau mati di sini."Tubuh tegap itu berhenti, seakan kalimat yang keluar dari mulut Arumi mengusiknya. Melihat hal itu Arumi mengedarkan pandangan, dia harus mencari sesuatu untuk melepaskan diri. Tiba-tiba seekor srigala berjalan dari arah sel, matanya memantau Arumi yang tampak sangat terkejut. Srigala itu mendekat lalu terbang melompat ke arah mereka. "Dibelakangmu!" seru Arumi dengan mata melotot, sontak Yongshen melepaskannya dan menahan serangan srigala dengan tombaknya. Tubuh Yongshen terjepit, dia mengumpulkan kekuatan di kaki dan menghantam perut binatang buas itu, lalu berputar dan melepaskan diri. Matanya mencari keberadaan Arumi namun gadis itu telah menghilang. Gadis ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status