Saat menyiapkan teh, tak sengaja Lien Hua melihat kursi tua milik Yeye, kursi yang sepertinya terbuat dari kayu Mahoni itu tampak halus dengan corak kemerahan. Dulu Yeye meletakkannya di taman samping, tempat dia pertama kali bertemu. Saat mencari makanan, dia melihat pria tua itu termenung , menatap jauh lalu menghela nafas. Menuangkan sebotol minuman dan meneguknya. Sering pula dia melihat mata pria tua itu berair setelah menatap pintu gerbang lama, minum berkali-kali lalu jatuh tertidur. Setiap hari pak tua itu melakukan hal yang sama hingga membuatnya merasa kasian. "Akhirnya ketemu." Pria dengan perawakan lebih muda menangkapnya. Dia meronta namun cekalan pria itu membuatnya menggeliat pasrah. "Ada apa?" Yeye mengalihkan pandangan dari luar gerbang lalu menatap hasil tangkapan Li. "Ini hama yang sering memakan tanaman di sini." Li menunjukkan sisa makanan yang masih berada di mulutnya. "Biarkan saja. Dia yang selalu menemaniku di sini setiap hari. Melihatnya makan dengan l
"Ketua sudah datang." Paman menyambut Yeye yang datang membawa beberapa barang. Tangannya menggenggam kotak kayu yang berisi rempah herbal. "Perjalanan kali ini cukup melelahkan, tidak semua bahan bisa kudapatkan." Yeye meletakkan bungkusan yang dibawanya. Beberapa hari ini Yeye ke kota Yangzhu untuk mencari bahan herbal yang sudah habis, klinik pengobatan miliknya cukup terkenal di kalangan bangsawan karena obatnya yang mujarab. Penduduk pun sering datang untuk mendapatkan pengobatan gratis darinya, walau tempatnya lumayan jauh dari pemukiman penduduk, selalu ada yang datang setiap hari untuk meminta pengobatan. Paman Li membantu menyimpan herbal, sementara Lien Hua menyiapkan secangkir teh. "Apa ada sesuatu yang terjadi saat aku tidak ada." Pria berambut putih itu melepas jubah luarnya lalu menyesap teh buatan Lien Hua dengan nikmat. "Pencuri datang membuat keributan di kamar Arumi. Untung saja dia baik-baik saja," jawab Paman."Pencuri? " Yeye mengangkat alis. "Sebelumnya j
Yeye menatap lekat kristal di depannya, dia yakin sekali bahwa ini adalah batu kristal yang sering dia dengar dahulu. Berbentuk oval berwarna ungu kemerahan dengan sedikit ujungnya yang terbelah. Walau belum pernah melihatnya secara langsung dulu, dia percaya batu kristal ini milik leluhurnya yang diberikan secara turun temurun. Diceritakan, batu itu berkhasiat sebagai penyembuh, menyingkirkan energi negatif, dan memiliki efek menenangkan. Kristal itu sangat berguna dalam pengobatan, karena kristal itu jualah keluarganya termasyhur sebagai tabib yang hebat. Terakhir didengarnya bahwa Nenek menyembuhkan Raja yang terkena ilmu sihir, kutukan yang begitu dasyat membuat nenek kewalahan bahkan Amethyst retak.Sejak itu dikabarkan Nenek jatuh sakit dan kristal itu menghilang, memang sedikit janggal karena Nenek tidak pernah membawa benda itu keluar dari klinik ini, namun kristal itu tidak pernah ditemukan. Bahkan sampai Nenek menutup mata.Kini tiba-tiba kristal ini muncul di kamar men
"Yeye, dari tadi gadis itu selalu menatapku," rengek Zhan An pada Yeye dengan bersungut, sementara matanya melirik Arumi. Lien Hua mencibir. Cih, sok imut. sudah gatal tangannya ingin menggerus mulut pemuda berambut ikal yang sedari tadi mengerucut itu, selalu ada hal yang membuatnya merengek dan memuncungkan bibirnya. Sebelumnya dia mengeluhkan teh yang terlalu panas, karena membuat bibirnya hampir melepuh, tak berapa lama kemudian sup ayam buatan paman Li yang sangat nikmat luar biasa disebutnya hambar hingga membuatnya kehilangan selera makan. Bahkan saat Yeye tak sengaja menginjak kakinya pun membuatnya merajuk dengan mengatakan bahwa Yeye tidak menyayanginya. Wahh, keterlaluan. Lien Hua penasaran bagaimana pemuda busuk itu memanipulasi orang saat dia hidup di luar sana. Yeye terkekeh sambil mengelus bahu Zhan An. "Mungkin, dia terkesima melihat ketampananmu. Tidak ada orang yang bisa menandingi wajah cucuku yang bersinar ini, hehe." Pujinya membuat pemuda itu terbang ke langi
"Jadi kau di sini. Bocah tengik." Zhan An mendapati Lien Hua yang tengah mengintip Yeye dari lubang pintu. Gadis itu menoleh pias, karena Zhan An memutar telapak tangannya dan menggunakan energinya untuk menangkapnya, segera dia memberontak dengan mengerahkan segala tenaga namun energinya seakan di segel. "Kau mencelakai Yeye.""Aku bukannya ingin mencelakai Yeye . Aku hanya ingin memberimu pelajaran.""Omong kosong! untuk apa?!""Karena melihat mukamu. membuatku muak!" "Tidak perduli apa katamu, yang pasti aku melihat dengan mataku sendiri kau telah menyakiti Yeye." Rangga menyeret tubuh Lien Hua. "Lepaskan aku sialan! lepas!!"Guratan demi guratan yang terbentuk di belakang tubuhnya saat diseret membuat gadis itu menjerit. Zhan An bahkan mengangkat ujung telunjuknya membuat kepala Lien Hua menengadah karena rambutnya seakan ditarik kuat. "Aku akan membalasmu Bangsat! akan ku cabik dagingmu dan mencabut semua tulangmu lalu membuangnya di kolam agar dagingmu menjadi santapan ikan
Zhan An meniup peluit pemburu yang terbuat dari bambu untuk memanggil burung setelah meletakkan beberapa beberapa buah pisang dan semangkuk air.Selain berpetualang hal yang membuatnya bahagia adalah bermain bersama burung, karena kicauan burung membuatnya merasa tenang, "Kau di sini?" bisik Arumi di kupingnya"Apa yang kau lakukan," tanyanya tak senang sambil menyingkir dari Arumi. "Sejak semalam aku, eeh .... " Arumi menggigit bibirnya salah tingkah, "Sejak semalam aku mencarimu," timpalnya gugup. "Kenapa?" tanyanya gusar, entah terkena angin apa gadis bermata besar itu tiba-tiba membuatnya merasa tak nyaman. "Aku mengaku salah. Kau bukanlah Kai.""Heum ....""Kalian sangat berbeda. Zhan An terlihat sangat menawan. Terlebih saat meniup seruling ini. suara yang terdengar saangat indah." "Ini peluit bukan seruling. lagipula ini untuk memanggil burung, tidak akan semerdu itu jika kau bukan salah satu jenisnya."Jawaban menohok itu membuatnya tercengang, apa-apaan dia, "Jadi maksud
"Bagus. Pilihlah lagi." Komentar pria itu menunjukkan jempol. Apa-apaan? memangnya kau Yoongi BTS? kesal Arumi setelah mendapat acungan jempol. Dia teringat salah satu idol yang disukainya mengungkapkan pujian terbaiknya dengan emoticon jempol. "Aku akan membuatmu bertekuk lutut dihadapanku," gerutunya kesal. Bibir merah muda manyun itu beralih mengembang saat matanya menangkap bayangan baju berwarna lavender pastel dengan leher berbentuk segitiga yang tergantung.Bahannya terbuat dari sutra tipis yang bertumpuk sehingga terlihat sangat manis. Tidak ada motif pada pakaian ini hanya ada renda putih di bagian dada dan tali di bagian pinggangnya. Diintipnya Zhan An yang masih setia menunggu. Ayo kita lihat, apa kau masih tidak terpesona denganku kali ini. Dia mencuci mukanya yang sengaja digosoknya dengan sisa arang sampai bersih lalu meminta pelayanan untuk mengepang rambut panjangnya menjadi dua. Tak lupa meminta bunga dan menyelipkan di atas kupingnya. "Sempurna." ujarnya sambi
"Ada apa?" tanya Arumi menatap pupil mata Zhan An yang bergetar. Keduanya masih berpelukan di tengah-tengah pasar. Pemuda berbaju biru itu bergegas bangkit, membantunya berdiri dan membawanya ke tempat yang lebih ramai. Serangan ini ditujukan untuknya, cara bersembunyi yang paling tepat adalah berbaur di tengah kerumunan orang.Dia tidak boleh terlibat perkelahian terlebih saat ada Arumi bersamanya. Telinganya bersiaga dan matanya bergerak liar menelisik arah munculnya serangan. "Ayo kita pulang." ujarnya setelah memastikan keadaan lebih aman. ***Arumi meletakkan barang belanjaannya di atas meja, dia semakin yakin kalau pria yang bersamanya adalah Kai. Dia bukannya tidak tahu saat sebuah anak panah hampir menusuk leher pemuda itu, bahkan sebelum Kai menariknya pergi dia juga masih sempat melihat anak panah yang tertancap di tanah. Tapi sebenarnya siapa orang yang mengincar Kai? Apa yang Kai sembunyikan hingga harus menutupi identitasnya. Arumi menggeleng. Tidak perduli apapun i