Home / Fantasi / TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN / bab. 9 : Bencana Makan Malam

Share

bab. 9 : Bencana Makan Malam

Author: Re_
last update Huling Na-update: 2023-06-23 14:46:27

"Yeye, dari tadi gadis itu selalu menatapku," rengek Zhan An pada Yeye dengan bersungut, sementara matanya melirik Arumi.

Lien Hua mencibir. Cih, sok imut. sudah gatal tangannya ingin menggerus mulut pemuda berambut ikal yang sedari tadi mengerucut itu, selalu ada hal yang membuatnya merengek dan memuncungkan bibirnya.

Sebelumnya dia mengeluhkan teh yang terlalu panas, karena membuat bibirnya hampir melepuh, tak berapa lama kemudian sup ayam buatan paman Li yang sangat nikmat luar biasa disebutnya hambar hingga membuatnya kehilangan selera makan.

Bahkan saat Yeye tak sengaja menginjak kakinya pun membuatnya merajuk dengan mengatakan bahwa Yeye tidak menyayanginya. Wahh, keterlaluan. Lien Hua penasaran bagaimana pemuda busuk itu memanipulasi orang saat dia hidup di luar sana.

Yeye terkekeh sambil mengelus bahu Zhan An. "Mungkin, dia terkesima melihat ketampananmu. Tidak ada orang yang bisa menandingi wajah cucuku yang bersinar ini, hehe." Pujinya membuat pemuda itu terbang ke langit.

"Ini semua karena aku cucu Yeye."

"Huahaha ... Benar. Sewaktu muda Yeye juga sangat tampan dan di kejar banyak wanita, hihihi." Gelak pak tua sambil mengusap janggutnya. "Bersikap manislah pada Arumi. Dia tamu kita."

"Baik." Zhan An berdiri dari kursinya lalu menghampiri meja Arumi. "Ini," ujarnya sembari menyimpan piring dengan setumpuk kue.

"Aku memberikan ini, bukan berarti aku menyukaimu, ya."

Kali ini Lien Hua sudah tidak tahan, dia membuat gerakan hendak muntah, lalu pergi dengan tergesa-gesa.

Arumi tidak memperhatikan olokan Zhan An dan suara gelak tawa Yeye karena fikirannya sedang berada di tempat lain.

Seingat dia lelaki dengan wajah seperti ini adalah Kai. Sorot matanya yang hitam kelam, hidung bangir dan rahang yang kokoh. Dia Second lead dalam drama Pendekar Awan. Tapi kenapa dia di sini sebagai Zhan An?

ia bahkan tidak pernah tahu kalau nama cucunya adalah Zhan An. Apa dia pernah ketinggalan menonton satu episode? Rasanya tidak. Dia selalu yang paling awal menonton ini setiap drama ini tayang.

Lien Hua kembali muncul, dia berjalan pelan, dan mendekati Zhan An.

"Hei, Jangan mendekatiku." Zhan An menghindar. "Yeye, aku tidak suka anak ini."

"Zhan An, bersikaplah yang baik . Dia yang menemani dan menjaga Yeye selama ini".

"Benar. Lien Hua anak yang baik." Paman Li yang tampak sibuk melayani dan menyiapkan makan malam ikut menimpali.

Lien Hua tersenyum ceria,"Benar. Kakak Zhan An jangan cemberut lagi. Ayo dinikmati hidangannya." Teko berisi teh telah berpindah ke tangannya lalu dengan semangat dia menuangkannya pada gelas Zhan An.

Arumi yang melihat kejanggalan sikap Lien Hua memperhatikannya lebih dalam. Kemana perginya tatapan matanya yang berapi-api setiap melihat Zhan An. Ahh ... benar saja Lien Hua menyembunyikan sesuatu di tangannya.

"Lien Hua apa yang kau bawa?"

"Apa, aku tidak membawa apa-apa," sanggahnya.

"Benda berwarna hitam yang kau sembunyikan dalam genggamanmu."

Yeye, Zhan An dan paman Li beralih menatap Arumi lalu menoleh Lien Hua yang berdiri dengan wajah masam.

"Perlihatkan tanganmu, Lien hua," perintah Yeye, dia cukup penasaran dengan apa yang dikatakan Arumi.

Gadis berbaju merah muda itu merengut lalu memperlihatkan tangannya. Mereka berbalik menatap Arumi karena di telapak tangan itu kosong.

"Lihat, kan. Aku tidak berbohong."

"Dia tidak membawa sesuatu," seru Zhan An . Ujung matanya menjeling Arumi. "Apa kau ingin mencoba menarik perhatianku? Heum ... Kau tidak perlu melakukan itu." Sebelah matanya berkedip dengan tak lupa menyunggingkan senyum nakal.

Paman dan Yeye saling pandang lalu berdehem sambil menahan tawa. Baru sehari di sini, Zhan An sudah memikat dua orang gadis. Apalagi sampai sebulan. Mungkin para gadis di Wangliang berbondong-bondong menyerbu kediaman ini. ketampanan anak itu memang penuh pesona.

Arumi menaikkan matanya malas, tangannya bergerak mengambil sesuatu di telapak tangan Lien Hua yang masih terbuka.

"Ini." Dia membuka telapak tangannya, tampak kantong berwarna hitam di atasnya.

Mereka tercengang karena Arumi bisa melihat benda yang ditutupi oleh Lien Hua dengan mantra sihir yang bahkan tidak mereka sadari.

Zhan An menatap Arumi lalu menatap Yeye yang terperangah. Mungkin dia sama sekali tidak menyangka bahwa Lien Hua akan melakukan hal itu. Tapi yang membuat penasaran adalah benda apa yang berada dalam kantong hitam tersebut.

Menyadari perbuatannya yang sudah terbongkar Lien Hua menciut, lalu merubah tubuhnya menjadi kupu-kupu dan terbang.

"Lien Hua!!" Teriak Yeye saat membuka plastik dan mengendus aromanya.

Ini racun tawon. Siapa yang memakannya akan merasakan gatal dan sakit yang luar biasa lalu tubuhnya perlahan akan ditumbuhi bentol-bentol kecil.

"Hatsyiiimmm."

Zhan An tiba-tiba bersin, sudah terlambat bagi Yeye untuk menghindar, Bubuk itu menguar ke atas tepat saat dia masih mengendusnya.

Wajahnya seketika terasa di sengat ribuan tawon. Panas dan nyeri menyerang bersamaan, menarik setiap kulitnya lalu menimbulkan rasa berkedut.

Secepat kilat dia menotok aliran darah agar racun tidak semakin menyebar. Sungguh luar biasa. Racun itu berkerja dengan cepat. Wajah Yeye seketika membiru.

Zhan An menatapnya khawatir, "Maaf, Yeye. Sini, Zhan An lihat dimana yang sakit?"

"Aw! Aw! Jangan di sentuh!" raungnya pada Zhan An yang memegang wajahnya. Zhan An yang terkejut mendengar teriakan Yeye tak sengaja menekan semakin keras .

"Aww!! Li, cepat bantu aku ke kamar dan bawakan penawar racunnya."

Paman Li yang sebelumnya hanya terpaku bergegas menghampiri Yeye dan membantunya.

"Pelan-pelan, Aduuh. Kepalamu menyentuh wajahku! Cepat jauhkan!" teriak pria tua itu kesakitan, saat ini paman Li sudah memapahnya pelan. "Kemana Lien Hua si anak nakal itu, beraninya dia berbuat onar di hari bahagia ini. Aduuuh."

"Sudah, jangan berbicara lagi. Ketua."

"Apa kau mengajariku?"

"Tidak, Ketua."

"Jangan membela anak nakal itu! Besok bawa dia ke hadapanku."

Suara omelan Yeye masih terdengar meski tubuhnya sudah tak terlihat, tampaknya dia marah besar pada Lien Hua.

Sekarang tinggal mereka berdua, Arumi dan Pemuda berambut sebahu itu. Entah kenapa Zhan An tidak menyusul Yeye tapi malah terdiam di situ.

"Kamu Kai, bukan?"

"Siapa Kai?" Dia menatap Arumi dari ujung kaki sampai wajahnya.

"Apa kau menyukai Kai sampai berhalusinasi aku adalah dia? hei, dilihat berapa kali pun aku pasti lebih baik dari dia, beralihlah menyukaiku."

"Suka apanya, yang kusukai itu pendekar Awan tahu," batin Arumi, tapi untuk apa dia mengungkapkan itu, yang terpenting dia harus keluar dari tempat ini secepatnya.

"Aku cukup mengenalmu. Sudah jangan mengelak."

"Tapi aku tidak mengenalmu. Ooh ... , tapi aku akan pelan-pelan untuk mengenalmu. Bagaimana?"

Tak ambil pusing dengan celotehan pemuda itu Arumi memegang bahu Zhan An. "Tolong kembalikan aku ke duniaku. " Zhan An mengendikkan bahu sebagai jawaban lalu berbalik meninggalkan Arumi.

"Kai. Jangan tinggalkan aku!"

***

"Jadi kau di sini. Bocah tengik." Zhan An mendapati Lien Hua yang tengah mengintip Yeye dari lubang pintu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 50 : Calon pengantin Jendral jiao Yu?

    Arumi bersiap-siap menunggu jemputan dari Jendral Jiao. Setelah ditinggalkan Kai begitu saja, dia merasa sebatang kara, dan bingung harus kemana. Beruntung Jendral Jiao menawarkan solusi untuk menetap di kediamannya sementara sampai Arumi lebih sehat sambil memikirkan arah tujuannya. Awalnya dia berniat tinggal di penginapan Niu, namun kepingan uangnya menipis. Tawaran yang diajukan Jendral Jiao sangat menarik. Dia akan merasa aman bersama petugas pemerintah itu, selain itu tentu dia tidak perlu repot mengeluarkan uang untuk membayar penginapan dan makanan. Ini sangat luar biasa, hanya orang bodoh yang akan menolaknya."Nona, jemputan anda sudah datang." Suara laki-laki terdengar setelah ketukan pintu. Rupanya orang yang akan membawanya ke kediaman Jendral Jiao sudah tiba. Memang tadi dia meminta izin kepada Jendral Jiao untuk mengambil pakaian dan Barang-barangnya dari wisma Niu sebelum mereka berangkat ke kediaman Jendral Jiao. Jendral Jiao mengiyakan dan berkata akan mengatur or

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 49. Penyesalan.

    Tubuh itu terbungkuk, dahi dan pipinya mengernyit, darah tersembur dari mulut, namun kedua tangannnya masih mengontrol gelembung udara yang menyelimuti Qui dan Chyou. melihat musuhnya tak bergeming, She Xian kembali mencungkil perut Yeye, menusukkan kelima jari runcing ke dalam perut Yeye dan mengeruk darah dari lubang itu.Air mata menetes dari pelupuk mata Qui, hatinya terasa tertusuk ribuan jarum melihat Yuze yang berjuang sekuat tenaga, mengobarkan nyawa demi melindungi mereka. Mata itu terpejam, tak sanggup melihat ketiadaan Yuze yang sangat menyakitkan.Balon udara terangkat dan terbang menjauh, melindungi mereka dari serangan Hei An. Setelah menerbangkan gelembung udara, lutut pria tua itu terjatuh, nafasnya tersengal, tangannya lunglai se lunglai tubuhnya yang kehabisan tenaga, darah membanjiri tubuh bagian bawah. Dia tidak mati sia-sia karena berhasil menyelamatkan Amethyst, kedua saudaranya dan Lien Hua. Dia sudah menang. Senyum terukir dari bibirnya yang dipenuhi darah,

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 48 Di ambang maut

    "Di mana Amethystku." Hawa tiba-tiba terasa panas, mereka sontak menoleh, pria besar berambut merah menatap garang. Bola mata berwarna merah darah itu menguliti satu persatu wajah kelelahan di hadapannya. "Siapa kau?" tanya Qui menatap tak kalah tajam, tubuhnya bersiaga, hawa panas yang menyertai kedatangan pria bermata merah itu membawa kesuraman.Ujung matanya melihat dedaunan yang menguning lalu layu seketika, bahkan kuncup bunga menghitam dan kering. "Aku pemilik Amethyst, cepat serahkan padaku, dan jadilah hambaku. Maka kalian akan kuampuni" Dia mengangkat telapak tangan, percikan api muncul yang kelamaan membentuk gumpalan bola api. Sambil menyeringai memperlihatkan giginya yang runcing, Hei An mempermainkan bola api di telapak tangannya memantul dan berputar-putar mengelilingi mereka satu persatu. Bola api pecah dan menyebar ke segala penjuru saat Hei An menjentikkan jemari. Percikan menghantam dan membakar segala sesuatu yang mengenainya. "Lien Hua, cepat pergi." Yeye men

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab. 47: Hari yang sulit

    "Ayah,ini calon istriku." Tiba-tiba Chen Yu datang memperkenalkan seorang wanita cantik, menurutnya, meskipun perkenalan mereka singkat namun sudah membuatnya mantap menjadikan Li Wei sebagai wanita yang akan mendampinginya sampai akhir usia. 'Apa kau yakin dengan keputusanmu Chen-chen?" tanya Yuze setelah Li Wei pulang. Meski sudah dewasa dia tetap memanggil anak semata wayangnya itu dengan nama Chen-Chen, Nama panggilan yang diberikan mending istrinya."Kenapa Ayah berkata seperti itu? Apa karena dia terlalu cantik?"Yuze tertawa spontan, "Apa yang kau katakan," tanyanya merasa geli. "Ayah tidak menyukainya karena dia terlalu cantik dari Ibu," rajuk anak itu kesal. "Kau ini." Yuze menepak bahu anaknya ringan. "Tidak ada yang lebih cantik dari Ibumu.""Kalau begitu apa karena dia bangsa siluman? bukankan aku juga setengah siluman?" Pria bermata sipit dengan alis tegas itu menatap Yuze penasaran. "Bukan seperti itu, Ayah tidak pernah mempermasalahkan soal status dan lain sebagainy

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   bab 46 ; Patah hati terbesar

    "Ada apa?"tanya Arumi saat gadis itu tampak kebingungan. Dia terlihat tidak fokus dan selalu menoleh ke samping."Sepertinya, ada sesuatu. Sebentar."Lien Hua berdiri dan membawa serta cermin hingga Arumi ikut melihat. " Paman, siapa mereka?""Wanita tidak tahu diri," jawab paman Li dengan suara dingin. Arumi sempat terkejut mendengar jawaban itu karena paman Li menurutnya adalah orang yang paling sabar di Wangliang. "Arumi apa kau penasaran siapa wanita itu?" bisik Lien Hua dengan muka jahil seperti biasa. "Aku penasaran," sahut Arumi cekikikan. Suara tawa itu memaksa Zhan An, Jiao Yu dan Ming Hao memberinya tatapan heran. "Apa yang membuatmu gembira?" Zhan An mendekat dan melihat apa yang mereka bicarakan. "Wanita tidak tahu diri." "Wanita tidak tahu diri?" Zhan An mengamati wajah sesorang wanita yang tampak lewat cermin ajaib, seketika wajahnya mengeras. Secara kasar dia merampas cermin dan melemparkannya hingga berkeping. Sontak Arumi melongo dan merasa aneh dengan tindakan

  • TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN   Bab 45 : Srigala dan pria berambut perak

    Arumi terdesak, tubuhnya jatuh terduduk dan terpojok di dinding. Pria bercadar itu menarik tombak lantas menekannya pada leher Arumi. Gadis itu meringis, ujung tombak yang tajam menggores kulit dan menimbulkan sensasi nyeri. "Kau tidak bisa membunuhku," ujarnya menantang, balas menatap tajam, "Aku tidak mau mati di sini."Tubuh tegap itu berhenti, seakan kalimat yang keluar dari mulut Arumi mengusiknya. Melihat hal itu Arumi mengedarkan pandangan, dia harus mencari sesuatu untuk melepaskan diri. Tiba-tiba seekor srigala berjalan dari arah sel, matanya memantau Arumi yang tampak sangat terkejut. Srigala itu mendekat lalu terbang melompat ke arah mereka. "Dibelakangmu!" seru Arumi dengan mata melotot, sontak Yongshen melepaskannya dan menahan serangan srigala dengan tombaknya. Tubuh Yongshen terjepit, dia mengumpulkan kekuatan di kaki dan menghantam perut binatang buas itu, lalu berputar dan melepaskan diri. Matanya mencari keberadaan Arumi namun gadis itu telah menghilang. Gadis ya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status