Sudah satu minggu Seruni menjadi istri dari Angga, dengan cara di tipu oleh laki-laki itu. Selama itu pula dia masih diam saja, tidak ada obrolan dengan suami, mertua, apalagi anak tirinya. Terakhir berbicara dengan Angga ketika meminta sebuah toko perhiasan dan ia di minta untuk menunggu. Katanya tidak sampai satu bulan toko dan segala isinya, termasuk karyawan sudah siap. Malam ini, untuk pertama kalinya setelah kejadian ia membentak Ano, Seruni duduk berdekatan dengan anak laki-laki yang kini berstatus sebagai anak tirinya. Meski begitu tidak ada yang berani menuntut ia bersikap seperti seorang Ibu pada Ano, termasuk Ibu mertuanya juga Angga. Seruni mendengar bisik-bisik Ibu mertuanya yang menyuruh Ano jangan takut padanya. Namun, Seruni tidak ada minat untuk ikut membujuknya.Seruni tahu Ibu mertuanya berusaha keras meyakinkan Ano jika ia tidak akan berbicara keras lagi. Setelah peristiwa ia membentaknya waktu itu, belum sekalipun mereka bertegur sapa. Saat menikah, Ano hanya me
Hari ini Angga dan Seruni pulang kerumah setelah dua malam tidur di kamar hotel. Selama dua malam itu, tak sekalipun mereka saling bicara. Seruni menutup mulutnya dan diam seribu bahasa. Sampai di rumah, mereka di sambut oleh Mira, Ibu dari Angga. "Selamat datang Seruni, sekali lagi saya minta maaf. Untuk diri saya sendiri, dan juga anak saya, Angga."Seruni hanya menatap sebentar tanpa berniat menjawab ungkapan maaf dari wanita yang sudah bergelar sebagai Ibu mertuanya. Ia tahu ini tidak sopan, tapi sakit dan kecewa di hatinya belum hilang. "Angga, ajak istri kamu ke kamar dulu. Sementara Mama mau kasih pengertian ke Ano dulu tentang kenapa Seruni ada di sini. Tahu sendiri dia masih bingung sama pernikahan kalian kemarin.""Iya Ma, terimakasih," jawab Angga.Seruni masih berdiri diam di tempat saat Angga berjalan hendak masuk ke dalam kamar."Seruni, ayo."Seruni terasa seperti orang linglung, apa yang akan ia lakukan di rumah ini nanti dengan waktu yang tidak bisa di tentukan. I
Acara sudah selesai, tapi raut muram di wajah Seruni belum hilang. Ada banyak kejutan yang ia dapatkan malam ini. Salah satunya adalah kedatangan orangtua Adam. Meski mereka datang dengan senyuman dan memberi selamat, sikap mereka justru mengusik hati kecil Seruni.Selain itu, Adam juga datang saat acara sudah hampir selesai. Memang ia yang memberinya undangan saat Adam memintanya, mereka bertemu untuk terakhir kalinya beberapa hari lalu. Adam ingin tahu apa yang membuat ia meninggalkannya, dan ingin melihat dengan matanya sendiri jika benar ia akan menjadi milik laki-laki lain. "Seruni, silahkan kamu istirahat. Saya keluar dulu, ada perlu sebentar."Seruni tak menjawab apa yang di ucapkan suaminya, pernikahannya ini tidak akan merubah sikap apalagi perasaannya pada seorang Angga. Tanpa Seruni tahu, Angga pergi keluar untuk menemui seseorang yang tak lain adalah mantan kekasih Seruni. Dia akan meluruskan dan menjelaskan padanya, apa adanya, dan sejujur-jujurnya. Toh dia sudah menika
Sepulangnya dari menemui Ayah Seruni, Angga segera menemui Ibunya, satu-satunya orangtua yang masih ia miliki. Angga harus segera membicarakan ini dengan beliau tentang acara lamaran juga pernikahan. "Ma, apa Ano sudah tidur?" tanya Angga setelah ia sampai di rumah. "Sudah," jawab Bu Mira singkat. Sebagai ibu dia masih belum bisa menerima perbuatan anaknya. "Ma, besok bantu aku datang ke rumah Seruni buat lamar dia ya? Aku harus menikah dalam minggu ini juga.""Kamu suruh orang lain saja, Mama malu. Selain perbuatan bejad kamu, Mama juga sudah pernah datang untuk melabrak dia dan membuat Seruni kehilangan pekerjaan. Lagian waktu satu minggu untuk persiapan mana cukup."Angga mengerti akan sikap kecewa Mamanya. Orangtua mana yang bahagia jika dua kali menikah, anaknya selalu sudah menyentuh perempuannya lebih dulu. "Nanti kita minta maaf, dan untuk perbuatanku ke Seruni, orangtuanya tidak tahu. Seruni merahasiakan ini, Ma. Untuk persiapan biar jadi urusanku," ucap Angga. "Enak ben
Seruni menatap nanar kepada tiga buah testpack bergaris dua di depannya. Setetes air mata jatuh di pipinya. Inikah akhir dari perjalanan hidupnya? Apakah takdirnya akan berakhir menjadi Ibu dari anak lelaki di depannya ini. Anak? Seruni tertawa dalam hati. Mempunyai anak sama sekali belum menjadi tujuan hidupnya dalam waktu dekat ini.Angga mengangkat dagu Seruni untuk menatap matanyanya."Maaf." Angga hendak menarik Seruni dalam pelukannya, tapi di tolak."Kita menikah satu minggu lagi.""Apa harus secepat itu?" tanya Seruni terkejut sambil menahan tangis. "Iya, kita tidak mungkin menunggu perutmu membesar baru menikah.""Tapi Anda harus bertemu Ayahku dulu sebelum membawa keluarga lain untuk melamar.""Saya akan menemui Ayahmu sekarang juga."Seruni tak bisa menolak, sekarang atau nanti akan berakhir sama. "Tapi tolong, simpan rapat-rapat aib yang membuatmu sampai bertemu Ayah saya."Angga mengangguk, itu justru akan menguntungkan dirinya. ***Seruni menghembuskan nafas berat s
Seruni sampai dirumahnya tepat saat adzan maghrib berkumandang. Setelah masuk kerumah dan membersihkan tubuh Seruni bergabung bersama orang tuanya untuk melaksanakan shalat berjamaah.Setelah selesai shalat Seruni membantu Ibunya menyiapkan makan malam."Kamu baik-baik saja, Runi?" tanya sang Ibu. "Baik, Bu.""Tapi belakangan ini kamu jadi lebih banyak diam.""Sebenarnya ada sedikit masalah, tapi Runi belum bisa cerita. Seruni belum sanggup lihat ayah dan ibu kecewa.""Apapun masalahnya cerita ke kita Runi, semua masalah pasti ada jalan keluarnya, jangan di pendam sendiri." Ucap sang Ibu bijaksana. "Iya Bu, maaf.""Ya sudah ayo kita makan, habis makan kamu harus cerita ke Ayah dan Ibu."***Akhirnya di sinilah Seruni berada, di ruang keluarga yang sederhana. Sangat jauh jika di banding dengan ruang keluarga yang ada di rumah mewah Angga.Seruni berniat mulai mengurai beban pikirannya. Mengakui sedikit demi sedikit masalah-masalah yang dia hadapi belakangan ini."Ayo Nak ceritakan, a