Seruni Larasati Seorang gadis berusia 23 tahun, seorang guru TK yang menjalani hidup dengan begitu baik dan lurus. Pada suatu hari ia di rusak oleh seorang pria dengan maksud tertentu. Akankah Seruni bisa menerima laki-laki itu seiring berjalannya waktu? Laki-laki yang tidak lain adalah seorang duda Ayah dari salah satu muridnya. Anggara Wijaya Duda beranak satu, seorang pebisnis yang sangat ambisius. Dia rela melakukan apapun demi tujuan yang di inginkannya. Hingga suatu hari dia mendapat tawaran yang sangat menarik dari salah satu pesaing bisnisnya. Penawaran yang amat sangat menguntungkan dirinya, yaitu menjebak seorang wanita agar menjadi istrinya. Ia membuat wanita itu seolah hamil anaknya agar mau dia nikahi. Seperti apa kelanjutan rumah tangga mereka yang tidak di dasari rasa cinta? Akankah Angga mencampakkan Seruni saat semua ambisinya sudah terpenuhi? Atau justru mencintainya?
Lihat lebih banyakSeorang lelaki paruh baya turun dari mobilnya menuju sebuah gedung bertingkat sepuluh untuk pertama kalinya. Tidak terlalu besar memang, tapi gedung yang berfungsi sebagai kantor ini memiliki design dan interior yang menarik dan juga elegan. Tidak heran mengingat siapa pemiliknya. Seorang pria muda yang menjadi rival bisnisnya.
"Ada apa gerangan sampai seorang Bramantyo Nugraha tiba-tiba mau berkunjung ke kantor saya yang sederhana ini?" Tanya Anggara Wijaya sang pemilik tempat itu dengan nada angkuh. "Jangan berlebihan, saya kesini bukan untuk bersitegang." Bram memulai pembicaraan dengan tenang, karena setiap bertemu dengan laki-laki di depannya ini yang ada hanya aura permusuhan. Bukan tanpa sebab mereka seperti ini, ini semua berawal saat dulu Angga baru memulai bisnisnya, ia menaruh mata-mata di kantor Bram untuk mencurangi perusahaan Bram saat akan mendapatkan tender. Tidak berlangsung lama karena Bram mengetahuinya dan membuat Angga hampir bangkrut kala itu. Akan tetapi karena kualitas perusahaan Angga yang bagus dirinya mampu bangkit dan menandingi perusahaan Bram, hingga sampai saat ini mereka menjadi seteru abadi. Saling bersaing untuk mendapatkan tender-tender besar. "Oh anda mulai sadar usia rupanya?" "Turunkan nada bicaramu kalau kamu sadar saya orang yang lebih tua. Saya punya penawaran menarik untukmu, Pak Angga." "Wah! Apa itu? Jarang-jarang anda memberikan saya penawaran, biasanya hanya berusaha merebut apa yang sedang saya usahakan." "Dengarkan dulu, dan ada beberapa pertanyaan yang harus kamu jawab!" "Silahkan." Angga mengalah dan memberikan Bramantyo kesempatan berbicara. "Untuk apa kamu mendatangi sekolah TK Bunga Bangsa kemarin?" "Apa itu penting?" tanya Angga merasa pertanyaan yang di ajukan Bram padanyapadanya sedikit aneh. "Jawab saja!" "Ck, anak saya bersekolah disana." "Apa kau mengenal guru pengajarnya?" Angga mengernyit bingung, ia tak pernah datang ke sekolah anaknya, Jeosano, hanya mengantarnya sampai gerbang sekolah saja. Jadi, ia sama sekali tidak mengenal siapa guru pengajar di sana. "Tidak, karena Ibu saya yang mendaftarkan dan memenuhi panggilan sekolah setiap ada pertemuan. Kenapa?" "Pak Angga, apa kau masih menginginkan proyek pembangunan stadion itu?" tanya Bramantyo lagi. "Saya sedang berjuang untuk mendapatkannya kalau Anda lupa." "Saya akan memberikan proyek itu secara cuma-cuma kalau kau mau memenuhi syarat dariku." "Terdengar menarik, apa syaratnya tidak terlalu sulit?" "Seharusnya tidak, kau cukup tampan, kaya dan menarik." "Tolong katakan dengan jelas!" Angga tidak sabar untuk mengetahui syarat dari orang di depannya ini. "Kamu harus menikahi seorang wanita bernama Seruni Larasati yang menjadi guru pengajar di sekolah puteramu itu!" "Menikah??? Tapi saya belum berencana untuk menikah lagi. Saya juga tidak punya banyak waktu untuk sekedar mendekati atau berpacaran." Angga sudah pernah menikah, dan setelah rumah tangganya kandas, sama sekali belum keinginan untuk menikah lagi. "Tidak akan memakan banyak waktu, saya tidak menyuruhmu untuk berpacaran karena pasti dia akan menolak. Wanita itu mempunyai kekasih. Dia kekasih putera saya, tapi saya tidak menginginkanya jadi menantu." "Apa dia wanita yang buruk?" tanya Angga. "Tidak, hanya saja saya tidak bisa menerimanya. Saya beri waktu kamu satu bulan untuk menikahi perempuan itu, maka saya pastikan proyek besar itu akan jatuh ketanganmu." "Saya akan memikirkannya, beri saya waktu." "Baiklah, saya butuh jawaban besok." Menaklukkan seorang wanita bukan perkara yang sulit bagi Angga, ia mantan playboy. Asal wanita itu tidak buruk rupa dan mampu membangkitkan hasratnya, ia punya seribu cara untuk membawanya ke atas ranjang. Semoga saja wanita bernama Seruni itu menarik, ia benar-benar menginginkan proyek itu ada di tanganya. *** Keesokan paginya Anggalah yang mengantarkan sang anak kesekolah. Dia menyuruh sopirnya tidak berangkat hari ini, karena Angga yang akan mengantar dan menjemput Ano di sekolahnya. Angga serius saat mengatakan ingin bertemu dengan guru anaknya. Ya, dia ingin melihat bagaimana rupa wanita bernama Seruni itu, akan jadi pertimbangan saat akan mengambil keputusan menerima atau tidak tawaran dari Bramantyo, karena yang dia tawarkan disini adalah sebuah pernikahan, tidak mungkin dia menikah dengan seseorang yang tidak menarik di matanya. Angga tidak munafik akan kecantikan seorang wanita, ia juga tidak berencana mempermainkan lembaga pernikahan. Masalah wanita itu orang baik atau tidak, sepertinya Angga tidak terlalu khawatir wanita itu pasti menyukai anak-anak karena bekerja di bidang itu, setidaknya puteranya aman. Sekarang dia harus segera menemui wanita itu, waktunya tidak banyak. Angga turun dan berjalan bergandengan dengan Jeosano, anaknya. Pemandangan sempurna itu tentu saja menjadi perhatian sebagian ibu-ibu muda yang mengantarkan anaknya ke sekolah pagi itu. "Ini Yah, ruangan kepala sekolahnya." Tunjuk anak laki-laki berusia lima tahun yang biasa di panggil Ano. "Oke, terimakasih, kamu ke kelasmu sana biar Ayah masuk sendiri." Ano mengangguk dan langsung berlari menuju ruang kelasnya. Angga mengetuk pintu itu beberapa kali demi kesopanan meski pintunya terbuka. "Silahkan masuk, apa benar anda orang tua dari Jeosanno Abrian Wijaya?" Tanya seorang wanita berumur hampir seperti Ibunya Angga setelah dia di persilahkan duduk. Karena sebelumnya dia sudah menelepon pihak sekolah kalau ada orang tua dari Jeosanno akan datang ke sekolah itu. "Iya benar." "Apa ada masalah dengan pelajaran di sekolah kami?" "Tidak Bu, tapi kalau bisa saya ingin bertemu dengan pengajar dari Jeosanno anak saya yang bernama Seruni. Saya ingin bertanya tentang Jeosanno saat di sekolah serta ingin mengucapkan terimakasih." " Oh... kalau begitu sebentar saya panggilkan, beliau ada di kelas." "Silahkan Bu, terimakasih." Entah mengapa jantung Angga berdebar hanya karena menunggu seorang bernama Seruni datang keruangan ini. Mungkin karena niatnya yang kurang baik. "Permisi, selamat pagi. Apa benar bapak mencari saya?" Angga di kejutkan oleh suara wanita yang tiba-tiba sudah ada di depannya. Oh, ternyata tadi dia melamun sehingga tidak mendengar saat ada orang masuk keruangan ini. Seorang wanita dengan blouse putih dan rok berwarna mocca sepanjang lutut berdiri di depannya. Dengan wajah berkulit putih dan kuncir ekor kuda wanita ini terlihat bersih, rapi juga cantik. Memiliki wajah bak aktris korea tetapi badan yang lumayan berisi di tempat tertentu membuat wanita ini enak di pandang. Pantas anak dari Pak Bram terpikat dengan wanita di depannya ini. "Pak......" "Oh iya, maaf. Anda Ibu Seruni?" "Iya betul, ada yang bisa saya bantu?" Wanita itu bertanya dan tersenyum manis. "Perkenalkan saya Anggara Wijaya, ayah dari Jeosanno salah satu murid Anda." Angga mengangsurkan tangannya untuk berjabat tangan dan Serunipun menerimanya dengan baik. "Apa anak saya Jeosanno berkelakuan baik selama di sekolah?" tanya Angga. "Iya pak, sangat baik, sama sekali tidak ada masalah. Apa ada sesuatu saat dia di rumah?" "Tidak, tapi dia bilang beberapakali meminta makanan Anda." "Oh, Ano tidak memintanya pak Angga, setiap hari jumat memang saya membawa makanan untuk di bagikan kepada anak-anak. Bukan hanya kepada Ano." "Oh begitu, maaf merepotkan dan terimakasih. Ano suka sekali, katanya masakan Ibu Seruni sangat enak padahal dia sangat pemilih soal makanan." "Terimakasih Pak, saya sangat senang mendengarnya." " Ya sudah Bu, terimakasih dan maaf sekali sudah menggangu waktunya." " Tidak apa-apa, kami pihak sekolah dengan terbuka menerima semua saran, kritik juga curhatan wali murid terkait putera-puterinya yang bersekolah disini," jawab Seruni. "Terimakasih Bu, kalau begitu saya permisi." Seruni mengangguk mempersilahkan ayah dari salah satu muridnya itu keluar dari ruangan ini. Dia tersenyum tanpa tahu apa yang akan terjadi antara dirinya dan laki-laki itu di kemudian hari. Angga segera mengambil telepon genggamnya dan memberi pesan kepada seseorang. "Tidak buruk, saya menerima tawaranmu."Sudah satu minggu Seruni menjadi istri dari Angga, dengan cara di tipu oleh laki-laki itu. Selama itu pula dia masih diam saja, tidak ada obrolan dengan suami, mertua, apalagi anak tirinya. Terakhir berbicara dengan Angga ketika meminta sebuah toko perhiasan dan ia di minta untuk menunggu. Katanya tidak sampai satu bulan toko dan segala isinya, termasuk karyawan sudah siap. Malam ini, untuk pertama kalinya setelah kejadian ia membentak Ano, Seruni duduk berdekatan dengan anak laki-laki yang kini berstatus sebagai anak tirinya. Meski begitu tidak ada yang berani menuntut ia bersikap seperti seorang Ibu pada Ano, termasuk Ibu mertuanya juga Angga. Seruni mendengar bisik-bisik Ibu mertuanya yang menyuruh Ano jangan takut padanya. Namun, Seruni tidak ada minat untuk ikut membujuknya.Seruni tahu Ibu mertuanya berusaha keras meyakinkan Ano jika ia tidak akan berbicara keras lagi. Setelah peristiwa ia membentaknya waktu itu, belum sekalipun mereka bertegur sapa. Saat menikah, Ano hanya me
Hari ini Angga dan Seruni pulang kerumah setelah dua malam tidur di kamar hotel. Selama dua malam itu, tak sekalipun mereka saling bicara. Seruni menutup mulutnya dan diam seribu bahasa. Sampai di rumah, mereka di sambut oleh Mira, Ibu dari Angga. "Selamat datang Seruni, sekali lagi saya minta maaf. Untuk diri saya sendiri, dan juga anak saya, Angga."Seruni hanya menatap sebentar tanpa berniat menjawab ungkapan maaf dari wanita yang sudah bergelar sebagai Ibu mertuanya. Ia tahu ini tidak sopan, tapi sakit dan kecewa di hatinya belum hilang. "Angga, ajak istri kamu ke kamar dulu. Sementara Mama mau kasih pengertian ke Ano dulu tentang kenapa Seruni ada di sini. Tahu sendiri dia masih bingung sama pernikahan kalian kemarin.""Iya Ma, terimakasih," jawab Angga.Seruni masih berdiri diam di tempat saat Angga berjalan hendak masuk ke dalam kamar."Seruni, ayo."Seruni terasa seperti orang linglung, apa yang akan ia lakukan di rumah ini nanti dengan waktu yang tidak bisa di tentukan. I
Acara sudah selesai, tapi raut muram di wajah Seruni belum hilang. Ada banyak kejutan yang ia dapatkan malam ini. Salah satunya adalah kedatangan orangtua Adam. Meski mereka datang dengan senyuman dan memberi selamat, sikap mereka justru mengusik hati kecil Seruni.Selain itu, Adam juga datang saat acara sudah hampir selesai. Memang ia yang memberinya undangan saat Adam memintanya, mereka bertemu untuk terakhir kalinya beberapa hari lalu. Adam ingin tahu apa yang membuat ia meninggalkannya, dan ingin melihat dengan matanya sendiri jika benar ia akan menjadi milik laki-laki lain. "Seruni, silahkan kamu istirahat. Saya keluar dulu, ada perlu sebentar."Seruni tak menjawab apa yang di ucapkan suaminya, pernikahannya ini tidak akan merubah sikap apalagi perasaannya pada seorang Angga. Tanpa Seruni tahu, Angga pergi keluar untuk menemui seseorang yang tak lain adalah mantan kekasih Seruni. Dia akan meluruskan dan menjelaskan padanya, apa adanya, dan sejujur-jujurnya. Toh dia sudah menika
Sepulangnya dari menemui Ayah Seruni, Angga segera menemui Ibunya, satu-satunya orangtua yang masih ia miliki. Angga harus segera membicarakan ini dengan beliau tentang acara lamaran juga pernikahan. "Ma, apa Ano sudah tidur?" tanya Angga setelah ia sampai di rumah. "Sudah," jawab Bu Mira singkat. Sebagai ibu dia masih belum bisa menerima perbuatan anaknya. "Ma, besok bantu aku datang ke rumah Seruni buat lamar dia ya? Aku harus menikah dalam minggu ini juga.""Kamu suruh orang lain saja, Mama malu. Selain perbuatan bejad kamu, Mama juga sudah pernah datang untuk melabrak dia dan membuat Seruni kehilangan pekerjaan. Lagian waktu satu minggu untuk persiapan mana cukup."Angga mengerti akan sikap kecewa Mamanya. Orangtua mana yang bahagia jika dua kali menikah, anaknya selalu sudah menyentuh perempuannya lebih dulu. "Nanti kita minta maaf, dan untuk perbuatanku ke Seruni, orangtuanya tidak tahu. Seruni merahasiakan ini, Ma. Untuk persiapan biar jadi urusanku," ucap Angga. "Enak ben
Seruni menatap nanar kepada tiga buah testpack bergaris dua di depannya. Setetes air mata jatuh di pipinya. Inikah akhir dari perjalanan hidupnya? Apakah takdirnya akan berakhir menjadi Ibu dari anak lelaki di depannya ini. Anak? Seruni tertawa dalam hati. Mempunyai anak sama sekali belum menjadi tujuan hidupnya dalam waktu dekat ini.Angga mengangkat dagu Seruni untuk menatap matanyanya."Maaf." Angga hendak menarik Seruni dalam pelukannya, tapi di tolak."Kita menikah satu minggu lagi.""Apa harus secepat itu?" tanya Seruni terkejut sambil menahan tangis. "Iya, kita tidak mungkin menunggu perutmu membesar baru menikah.""Tapi Anda harus bertemu Ayahku dulu sebelum membawa keluarga lain untuk melamar.""Saya akan menemui Ayahmu sekarang juga."Seruni tak bisa menolak, sekarang atau nanti akan berakhir sama. "Tapi tolong, simpan rapat-rapat aib yang membuatmu sampai bertemu Ayah saya."Angga mengangguk, itu justru akan menguntungkan dirinya. ***Seruni menghembuskan nafas berat s
Seruni sampai dirumahnya tepat saat adzan maghrib berkumandang. Setelah masuk kerumah dan membersihkan tubuh Seruni bergabung bersama orang tuanya untuk melaksanakan shalat berjamaah.Setelah selesai shalat Seruni membantu Ibunya menyiapkan makan malam."Kamu baik-baik saja, Runi?" tanya sang Ibu. "Baik, Bu.""Tapi belakangan ini kamu jadi lebih banyak diam.""Sebenarnya ada sedikit masalah, tapi Runi belum bisa cerita. Seruni belum sanggup lihat ayah dan ibu kecewa.""Apapun masalahnya cerita ke kita Runi, semua masalah pasti ada jalan keluarnya, jangan di pendam sendiri." Ucap sang Ibu bijaksana. "Iya Bu, maaf.""Ya sudah ayo kita makan, habis makan kamu harus cerita ke Ayah dan Ibu."***Akhirnya di sinilah Seruni berada, di ruang keluarga yang sederhana. Sangat jauh jika di banding dengan ruang keluarga yang ada di rumah mewah Angga.Seruni berniat mulai mengurai beban pikirannya. Mengakui sedikit demi sedikit masalah-masalah yang dia hadapi belakangan ini."Ayo Nak ceritakan, a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen