Share

TERJEBAK SKANDAL PERNIKAHAN PALSU
TERJEBAK SKANDAL PERNIKAHAN PALSU
Penulis: Lien Ang

EPISODE 01 PERNIKAHAN ANEH

Sebuah ballroom salah satu hotel mewah di kawasan kota, terlihat ramai dengan tamu undangan yang mulai memasuki area. Para pelayan juga turut meramaikan dengan mulai menyiapkan berbagai keperluan dalam acara pernikahan. Wara-wiri manusia yang melintas, membuat pemandangan terasa ramai.

Pihak wedding organizer pun turun tangan mengatur jalannya pernikahan hingga menata acara sedemikian rupa. Ini adalah pernikahan salah satu orang paling berpengaruh, jadi mereka tidak bisa menyepelekan detail kecil kesalahan atau usaha mereka akan gulung tikar. Semua rangkaian acara harus sempurna sesuai keinginan keluarga.

Di lantai empat kamar president suite, seorang gadis dengan balutan gaun berwarna violet, masuk ke dalam kamar tersebut, “hai, Anya! Bagaimana perasaanmu?” sapanya pada pemilik acara.

“Aku tidak tahu bagaimana perasaanku, tapi yang pasti aku bahagia.” Gadis dengan balutan gaun putih itu tersenyum, menyambut kedatangan sahabatnya.

“Tentu saja kau pasti bahagia. Kau akan menikah dengan Gerry, putra tunggal dari kerajaan bisnis bintang buana yang sangat kaya raya. Ah, betapa bahagianya aku kalau menjadi dirimu!” kata Naura, membuat senyum Anya semakin lebar.

“Lalu kau sendiri, kapan akan menikah?” Naura terdiam mendengar celetukan dari gadis yang duduk di sebelah Anya, ia menoleh dan menatap gadis yang duduk di atas kursi dengan gaun berwarna senada dengan gaunnya.

“Nanti, kalau nggak hujan!” jawab Naura dengan cengiran.

“Lagian udah tua nggak nikah-nikah. Aku dong, udah mau tunangan!” kata gadis itu sombong, sambil menjulurkan lidahnya.

“Heh, Naomi! Sekolah dulu yang bener, banyak-banyak makan nasi biar cepet tinggi. Udah kecil, ngelunjak!” sinis Naura pada Naomi.

“Besok deh, kalau nggak kehujanan!”

“Udah ih, kalian ini kalau ketemu selalu saja seperti itu. Gih, turun! Kayaknya calon suami aku udah menunggu di bawah.” Naomi dan Naura berjalan mengiringi si pengantin wanita keluar dari dalam kamar. Dengan iringan musik yang merdu, gadis itu berjalan dengan anggun. Ketika hendak masuk ke dalam lift, langkah mereka terhenti dengan suara seseorang.

“Anya, Tunggu!” Anya dan rombongannya berhenti, berbalik badan, menoleh ke belakang dan menatap sosok kakak laki-laki yang bernama Richard. Pria itu terlihat berjalan dengan tergopoh-gopoh.

“Kak, ada apa?” tanya Naomi. Gadis itu heran dengan kakak pertamanya.

“Itu, Gerry berhalangan hadir di pesta pernikahan kalian. Sebagai gantinya, dia meminta kamu untuk menuju kantor catatan sipil. Pernikahan kalian akan dilakukan di sana dengan prosedur yang ada!” ujar Richard, membuat tiga gadis itu terkejut.

“Apa? Tapi bagaimana bisa? Semuanya sudah siap dan Gerry tidak datang, Kak. Yang benar saja!” kesal Anya.

Bagaimana dia tidak kesal ketika rencana pernikahan sudah matang dan tinggal di laksanakan, Gerry malah mengubahnya begitu saja. Jika ingin menikah di kantor catatan sipil, setidaknya Gerry bisa mengatakan itu sejak awal. Jika seperti ini, tidak hanya menanggung malu pada para tamu undangan, tapi juga rugi bandar.

“Aku tidak tahu, tapi asistennya bilang jika kau mau pernikahan ini terjadi, maka kau harus pergi ke catatan sipil. Dia sudah menunggu di sana.”

“Tapi, bagaimana dengan tamu undangan kita, Kak?” tanya Naomi.

“Itu kita pikiran nanti. Waktunya hanya 1 jam untuk tiba di catatan sipil karena Gerry ada hal penting yang akan dilakukan. Lagipula, setelah prosesi dilakukan, kau bisa membujuk suamimu untuk kembali kemari, Anya. Kau bisa kembali kemari bersamanya untuk resepsi pernikahan kalian,” kata Richard, membuat Anya mengangguk mengerti. Anya sendiri tahu jika Gerry orang yang sangat sibuk. Bahkan saat fitting baju saja, pria itu hanya menyempatkan diri sekitar sepuluh menit dan kembali ke kantor untuk melakukan pekerjaannya.

“Baiklah jika begitu,” jawab Anya.

“Kak, tunggu! Ini seperti tidak masuk akal. Maksudku, disini atau di kantor catatan sipil sebenarnya sama saja. Bukankah semua rencana sudah disiapkan sejak lama? Jika semua perencanaan sudah siap disini, kenapa harus di kantor catatan sipil?” tanya Naomi.

“Ish, anak kecil mending diem dulu deh!” bisik Naura.

“Jomblo diem dulu deh!” balas Naomi, menatap sinis Naura yang melotot padanya.

“Aku tidak tahu, tapi kita harus segera ke sana demi nama baik keluarga kita.” Richard berjalan terlebih dahulu, menggandeng pengantin wanita dan mengabaikan tatapan semua tamu undangan.

Sesuai dengan keinginan si mempelai pria, Anya segera bergegas menuju ke kantor catatan sipil untuk pernikahan bersama dengan rombongannya.

Naomi, Naura, Richard, Kevin Laurent dan Cristina Laurent yang tak lain adalah kedua orang tua mereka pun turut bersama dengan sang mempelai wanita.

Di tengah perjalanan, ponsel Richard berbunyi. Pria itu segera mengambil ponsel dalam saku celana.

“Siapa yang menelpon, Rich?” tanya Cristina Laurent, ibu dari Richard, Anya dan Naomi.

“Tuan Gerry, Ma,” jawab Richard sambil menunjukkan panggilan itu pada kedua orang tuanya.

“Cepat angkat, Rich. Siapa tau dia sudah tiba,” titah Kevin Laurent, ayah Richard.

Richard segera menggesernya bulatan hijau untuk mengangkat panggilan. Ia hendak berkata hallo, tapi tidak jadi karena seseorang sudah menyela ucapannya.

“Waktunya tinggal 20 menit, Tuan Richard. Jika anda tidak hadir, maka perjanjian kerja sama kita akan batal!” Suara bariton Gerry yang disertai dengan ancaman itu terdengar, membuat Richard, Anya dan kedua orang tuanya merasa gelisah.

“Tidak, Tuan Gerry. Kami segera tiba. Kami akan segera sampai disana dan pernikahan akan terjadi. Sungguh, Tuan. Tidak akan lama, hanya beberapa menit saja,” kata Kevin dengan takut. Jangan sampai pernikahan Anya dan Gerry gagal, atau dia akan kehilangan proyek besar.

“Baiklah, 20 menit. Hanya 20 menit!”

Tut ….

Panggilan terputus begitu saja tanpa ada kalimat basa-basi. Richard yang panik segera meminta sopir mereka untuk mempercepat laju kendaraan.

“Pak Basri, percepat kendaraan kita. Jika Anya sampai gagal menikah dengan konglomerat itu, kau akan aku jadikan tumbal proyek!”

Mendengar ancaman dari Richard, Pak Basri seketika menekan pedal gasnya. Mobil melaju seperti terbang dan membuat Naomi serta Naura berteriak histeris lantaran ketakutan.

“Ya Tuhan, jika kau ingin memberi azab, maka azablah Richard dan Naomi yang jahat ini ya Tuhan!” Naomi seketika memukul kepala Naura. Bisa-bisanya sahabatnya ini berdoa yang buruk tentang Naomi.

“Azab saja Naura, maka aku akan semakin mendekat kepadamu. Atau tidak, ambil saja nyawa Richard sebagai ganti nyawa kami berdua!” balas Naomi.

Dalam keadaan tegang, Naura dan Naomi saling berpelukan dengan mulut berbicara penuh sumpah serapah. Meskipun mereka seperti tikus dan kucing, akan tetapi persahabatan mereka sangat erat.

Tepat 20 menit seperti perjanjiannya pada Gerry, rombongan Richard dan Anya tiba di kantor catatan sipil.

Seorang pria berdiri di depan pintu dengan tangan bersikedap dada. Menunggu kehadiran Richard beserta rombongannya. Richard yang melihat keberadaan laki-laki itu segera menggiring yang lainnya untuk mendekat.

“Orangnya yang mana, Kak?” tanya Naomi. Gadis itu menengok kanan dan kiri, mencari dimana kira-kira keberadaan kakak iparnya.

“Itu Tuan Mat,” kata Richard yang mengenali sosok asisten dari calon adik iparnya itu. Richard segera menggandeng Anya untuk mendekat ke tempat dimana Mat berdiri.

“Tuan Mat, kami ….”

“Kalian terlambat 2 menit 17 detik!”

Glek ….

Anya dan Richard menelan silivanya.

“Maafkan kami, Tuan Mat. Jalanan sedikit macet, jadi kami ....”

“Alasan darimu tidak akan menambah pundi-pundi kekayaan Tuan muda kamu.” Richard seketika terdiam mendengar ucapan asisten Gerry itu. Richard menatap Anya, meminta gadis itu untuk berbicara .

“A-apa kami masih bisa masuk?” tanya Anya.

“Tentu saja. Kenapa tidak? Hari ini, anda ratunya!” jawab Mat dengan seringai dibibir pria itu.

Mendengar perkataan dari asisten pribadi calon suaminya, Anya tentu saja berbunga-bunga. Ia merasa sangat bahagia karena sebentar lagi akan menjadi Nyonya muda keluarga Smith. Dengan mengikuti langkah Mat, keluarga Laurent bergegas menuju tempat dimana Gerry berada. Hingga tibalah mereka di sebuah ruangan yang dijaga oleh dua orang. Melihat kedatangan Mat, dua bodyguard Gerry itupun menunduk, memberi hormat.

“Hanya Richard, Anya dan Nona Naomi yang bisa masuk. Yang lainnya tunggu di luar!” kata Mat.

“Tapi, kami juga ingin melihat pernikahan Anya,” protes Nyonya Laurent. Wanita itu juga ingin melihat pernikahan putri pertamanya. Kenapa tidak boleh?

“Tuan tidak suka ada banyak orang. Jika kalian bersedia, silahkan tunggu dan jika tidak, pernikahan ini batal!” kata Mat dengan raut wajah datar. Mendengar ancaman itu, Richard langsung gelagapan.

“Tidak apa, Ma. Ada aku dan Naomi yang mengikuti Anya. Iya kan, Anya?” tanya Richard pada Anya.

“Iya, Ma. Daripada pernikahan ini gagal!” jawab Anya. Jangan sampai pernikahan yang sangat diidamkannya gagal.

“Iya, apa yang dikatakan Anya dan Richard benar. Kita sudah tua, kita percayakan saja semuanya pada mereka Yang penting Anya menikah dan semuanya beres!” jawab Kevin Laurent.

“Baiklah, aku tunggu disini saja!” Anya dan Richard bernapas lega setelah mendengar perkataan dari mamanya.

“Um, Mat. Maksudku Tuan, apa aku juga bisa masuk?” tanya Naura.

Anya dan Richard terlihat saling pandang. Jika kedua orang tuanya saja dilarang masuk, bagaimana Naura bisa menawarkan diri?

“Masuklah!” Naomi membuka mulutnya lebar mendengar ucapan Mat yang dengan gampangnya mempersilahkan sang sahabat untuk masuk sedangkan laki-laki itu malah melarang orang tuanya. Gadis itu hendak membuka mulut untuk melayangkan protes, tapi Naura sudah terlebih dahulu menariknya untuk masuk.

Dengan diseret oleh Naura, Naomi didorong untuk duduk di samping seorang pria dengan setelan jas berwarna hitam.

Bruk ….

Naomi terduduk dengan kasar, membuat Anya yang hendak menduduki tempat itu jadi tergeser.

“Naomi, ini tempat dudukku!” kata Anya menarik tempat duduk Naomi hingga membuat gadis itu terduduk diatas lantai.

“Shit! Sakit, Kak. Kenapa kau menariknya?” protes Naomi.

“Karena kau mengambil tempat dudukku!” kata Anya yang kemudian langsung duduk di sebelah Gerry.

“Hallo, Baby. Kenapa mengubah acaranya begitu saja?” tanya Anya. Gerry hanya diam tanpa menjawab perkataan dari Anya, ia kemudian berdiri dan beralih tempat duduk tepat di samping Naomi.

“Halo, Little pumpkin?” bisik Gerry pada Naomi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status