Share

EPISODE 03 KACAUNYA SEBUAH KELUARGA

Usai resepsi pernikahan tanpa pengantin pria beberapa hari yang lalu, keluarga Laurent sudah kembali beraktivitas seperti biasanya. Kebahagiaan masih menyelimuti keluarga itu. Karena selain mendapatkan menantu dari keluarga kaya raya, mereka juga mendapatkan proyek besar berharga milyaran juga investor dengan suntikan dana yang tidak main-main.

Pujian demi pujian selalu dilayangkan keluarga besar Laurent pada Anya, merasa gadis itu adalah penolong mereka semua. Tentu saja, bagi mereka Anya adalah penolong. Jika pernikahan antara gadis itu dan Gerry tidak terjadi, mungkin saja perusahaan keluarga itu sudah gulung tikar dan keluarga besar Laurent akan terlunta-lunta di jalanan.

Seperti pagi ini, beberapa keluarga Laurent tengah berkumpul di ruang keluarga. Memberikan kembali pujian selamat pada Anya.

“Cris, aku benar-benar tidak menyangka kalau kita akan berbesan dengan keluarga itu. Seperti mimpi tau,” kata Mutia, kakak dari Cristina Laurent.

“Jika bukan karena Anya, kita pasti sudah kalang kabut. Perusahaan akan runtuh dan kita jatuh miskin,” lanjut wanita itu.

“Iya dong, Tante. Anya sudah mengorbankan diri untuk menolong keluarga besar kita. Anya rela menikah dengan laki-laki itu. Ah, tapi sebenarnya aku juga bahagia karena menjadi nyonya dari keluarga Smith. Namaku akan dikenal dan pastinya aku akan memiliki kartu tanpa limit,” balas Anya dengan antusias.

Tentu saja, dari semua keuntungan yang didapatkan oleh keluarganya, Anya adalah orang yang paling bahagia. Menjadi istri dari seorang Gerry Smith merupakan impian banyak wanita. Apalagi Anya juga kaum sosialita, dia merasa sangat pantas untuk bersanding dengan laki-laki sekelas suaminya.

“Dengar itu, Naomi. Harusnya kau jadi seperti Anya, yang pandai memilih laki-laki.” Naomi yang sedang asik memakan keripik itu menoleh, menatap bibi tertua dari pihak ibunya.

“Tidak, aku tidak suka memiliki suami seorang pengusaha. Dia pasti sibuk dan tidak punya waktu untuk bersamaku. Aku lebih suka memiliki suami yang biasa-biasa saja, yang memprioritaskan keluarga,” jawab Naomi dengan santainya.

“Dasar bodoh. Begini jadinya jika otak hanya diisi dengan sampah. Dia tidak bisa berpikiran seperti kaum atas. Murahan, sama seperti ibu kandungnya!”

Ucapan dari bibi Mutia itu membuat Naomi menoleh, “apa maksud Bibi?” tanyanya pada wanita paruh baya itu.

“Ya, kau sama seperti ibumu. Murahan dan kampungan. Jika saja ayahku tidak memungut gadis itu di jalanan, kau pasti tidak akan ada.” Naomi menatap tajam wanita itu.

“Oh, jadi dendamu pada Mama masih belum berakhir ya? Kenapa? Apa karena kau kalah saing? Mamaku jauh lebih cantik daripada dirimu? Heh, Bibi Mutia. Asal kau tahu, Mamaku jauh lebih cantik daripada kau dan pasti itulah alasannya sampai suamimu bunuh diri setelah mendapatkan kabar jika ibuku menikah dengan laki-laki lain!”

Plak ....

Tamparan keras mendarat di pipi Naomi. Rasa panas dan kebas dari gambar lima jari itu membuat Naomi tersenyum sinis pada ibu tirinya.

“Jaga ucapanmu, Naomi!” sentak Cristina.

“Kenapa? Apa kau juga tidak terima mendengar ucapanku? Bukankah kau juga berbagi suami dengan ibuku? Oh, tidak. Kau menipu ayahku sampai dia mau menikahimu!” dengan tatapan bengis, Naomi berdiri pongah di hadapan sang ibu.

Seperti inilah kenyataan yang terjadi di keluarga mereka. Naomi hanya dianggap sebagai batu sandungan yang membuat dua wanita itu tidak bisa memuluskan rencananya. Dendam turun menurun itu sepertinya masih membekas dalam hati Mutia dan Cristina.

Beberapa tahun silam, mama kandung Naomi hanyalah tukang penjual tissue di lampu merah. Ia menghidupi Richard kecil dari hasil jerih payahnya sendiri. Suaminya pergi ke kota tanpa memberikan kabar sedikitpun. Hingga suatu hari, seorang laki-laki datang dan mencari keberadaan mama Naomi dan langsung mengangkatnya menjadi keluarga dengan alasan jika mama Naomi pernah menolong nyawanya. Richard kecil beserta sang mama diboyong ke kota dan mendapatkan kehidupan yang layak, mendapatkan pekerjaan yang layak pula.

“Kau pasti sangat iri karena ternyata ibuku bisa mengembangkan perusahaan Laurent hingga sukses dan kakek mewariskan 30% saham perusahaan pada beliau. Haha, kau pasti sangat iri.” Naomi tersenyum mengejek. Ia menyambar tas di atas meja dan berlalu begitu saja tanpa memperdulikan teriakan marah dari ibu tirinya.

“Gadis terkutuk, anak pelacur. Pergilah jauh-jauh kau dari rumahku Karena sejujurnya kau sama sekali tidak memiliki hak untuk berada di antara keluarga kami. Kau hanyalah sampah jalanan yang terlahir dari perempuan jalang. Pergilah dari rumahku, anak tidak tahu diuntung!”

Melenggang pergi begitu saja, Naomi sama sekali tidak memperdulikan teriakan wanita itu. Baginya, sudah cukup ia hidup bertahun-tahun dalam tekanan dari Cristina. Semenjak ibunya tiada, Naomi hidup bersama istri kedua dari ayahnya itu. Jika di hadapan Kevin, Cristina akan menjadi seorang ibu yang sangat lembut terhadap anak-anaknya, tapi jika Kevin tidak ada maka Cristina akan berubah menjadi ibu tiri Cinderella.

Dengan berlari, Naomi menyusuri jalan tak tentu arah. Dia tahu keputusannya melawan Cristina adalah hal yang salah, akan tetapi apa yang bisa dia lakukan? Sungguh, batinnya sebagai seorang anak sangatlah tidak terima ketika mendengar ibu kandungnya dijelek-jelekkan seperti itu. Terlebih lagi Naomi sangat tahu jika ibunya bukanlah wanita murahan.

Ibu Naomi adalah perempuan baik hati yang rela berbagi suami dengan Cristina. Jika saja ayahnya tidak pergi ke kota, mungkin kehidupan Naomi tidak akan seperti ini. Biarlah mereka hidup apa adanya di kampung halaman daripada harus hidup dengan penuh kemewahan namun batin tidak tenang.

“Mama, aku sangat merindukanmu. Kenapa mama harus menitipkan Naomi pada papa? Naomi tidak suka, Ma. Naomi tidak suka dengan perempuan itu!” tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang lalu lalang di jalan, Naomi berteriak histeris dengan air mata yang terus membanjiri pipinya.

Persetan dengan rasa malu akibat tatapan orang-orang yang tidak mengerti penderitaan yang dialami, Naomi hanya ingin mencurahkan rasa sedihnya, rasa kecewa dan rasa tidak mampu.

“Mama, setidaknya ajaklah aku bersamamu. Aku menderita bersama dengan papa dan istri keduanya. Aku ingin bersamamu saja,” isaknya.

Orang-orang melihat seorang gadis malang yang penuh dengan kesedihan itu merasa iba. Tak jarang beberapa orang dari mereka turut meneteskan air mata kalah mendengar keluh dan kesah Naomi. Mereka tahu jika Gadis itu sedang menumpahkan rasa kecewanya terhadap takdir yang terkadang memang berbuat tidak adil.

Setelah tangisnya sedikit mereda, gadis itu kembali berjalan, menerobos kerumunan dan masuk ke dalam area kampus. Ya, setidaknya dia akan belajar dengan benar supaya pandai dan bisa menjadi sukses seperti cita-citanya. Setalah itu, dia akan membawa serta Kevin dan Richard pergi dari keluarga Laurent untuk selama-lamanya.

Baru saja gadis itu duduk di dalam kelas, ponselnya kembali berdering. Lagi-lagi pesan masuk dari nomor yang sama dengan nomor yang beberapa hari terakhir sudah mengganggunya. Ia membuka pesan itu dan membacanya.

(Tunggu aku pulang. Kita balaskan dendammu sama-sama, Baby.)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status