Setiap manusia mempunyai rencana, tapi tak semua dari rencana itu bisa berjalan lancar seperti yang dipinta. Sama seperti halnya Maharani yang sebenarnya datang ke rumah Dewa waktu itu untuk meracuni pikiran Uly tentang Dewa lagi, tapi sialnya Maharani tak bisa menahan emosi hingga berakhir dengan tamparan Uly yang hingga kini masih terasa nyeri di pipi.
Arya yang mendengar cerita Maharani menggeleng tak percaya. Selain terkejut dengan keberanian Uly, ia juga tak habis pikir dengan kebodohan Maharani. Bagaimana bisa wanita itu malah melupakan rencananya dan berakhir dengan tamparan Uly.
Ini tak bisa dibiarkan, Maharani sama sekali tak bisa diandalkan karena kerap menggunakan emosi dalam menjalankan rencana. Padahal seharusnya ia tinggal menun
Uly mengeratkan pegangannya di pinggang Dewa saat pria itu menekan gas sepeda motornya. Di gelapnya malam mereka saling membisu, meresapi segala rasa yang kini bercampur aduk di dalam kalbu.Dewa menghentikan sepeda motornya di sebuah taman yang dihias lampu bermacam warna. Banyak muda mudi yang sedang bersantai di sana.Uly memilih turun dan duduk di atas kursi panjang yang menghadap langsung ke kolam buatan yang pinggirannya di hias lampu berwarna hijau muda.Dewa ikut duduk di sana, diam membisu tanpa ingin menjelaskan sesuatu.Wanita yang kini tengah mengandung itu mengusap lembut perutnya yang masih terlihat rata."Kata orang tua, nggak baik wanita hamil keluar rumah malam-malam," ucap Uly memecah keheningan.Dewa spontan menoleh, menatap Uly dengan kening berkerut sebelum menyambar helm yang tadi ia letakkan d
Sepeninggalan sang suami, Uly menyesali kata-katanya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, ia merasa dirinya menjadi penghalang antara Gladys dan Dewa. Wanita itu menggeleng pelan, mengusap wajahnya yang sudah dibasahi air mata. Ia beranjak ingin menyusul Dewa yang meninggalkan dirinya dalam keadaan emosi. Uly menuruni tangga perlahan, berjalan menuju pintu depan tapi malah terkunci. Itu artinya Dewa tidak pergi keluar. Wanita itu menebak-nebak kemana perginya suami berondongnya itu. Saat ingin melewati Dapur, Uly mendapati Dewa yang sedang mengaduk susu di dalam gelas. Wanita berbadan dua itu pun mendekati sang suami yang wajahnya masih sama datar ketika pergi dari kamar tadi. "Wa," panggil Uly pelan. Dewa menoleh, lalu menyodorkan gelas berisi susu pada Uly. "Terima kasih," ucap wanit
Uly sedang berkutat di dapur dengan beberapa pelayan yang membantunya. Sesuai janji, Dewa berkunjung ke rumah sang Papi untuk acara makan malam kali ini.Banyak menu terhidang yang beberapa di antaranya adalah hasil dari masakan Uly sendiri. Kini hanya tinggal satu masakan lagi, maka semua menu siap di sajikan.Ketukan sepatu yang semakin mendekat membuat debat jantung Uly semakin kencang. Ia bisa menebak siapa orang itu."Masih berani menunjukkan wajah di sini?" bisik wanita paruh baya itu di sebelah Uly, berpura-pura mengambil gelas agar citranya tetap terlihat baik di mata para pelayan.Uly meletakkan piring di meja dan mematikan kompor karena menu terakhir yang dimasaknya sudah matang."Aku menantu di rumah ini, Ma, tidak mungkin tidak datang," sahut Uly pelan.Tere mendengkus
Dewa melipat tangan di dada, menatap bergantian pada Gladys dan anaknya. "Lo tahu siapa papa anak ini?" tanya pemuda itu.Ada sinar keterkejutan di mata wanita itu. Mungkin ia tak menyangka Dewa akan menanyakannya."Aku nggak mau cari tahu," sahutnya pelan.Dewa mendengkus seraya terkekeh pelan. "Masalah lo sendiri aja nggak bisa lo urus, tapi malah sok sokan ngurusin masalah orang lain," sindirnya tajam.Gladys menggeleng. "Itu karena aku peduli sama kamu, Dewa.""Lo aja nggak peduli sama masalah lo sendiri!""Aku bukan nggak peduli, tapi aku nggak mau makin sakit hati. Saat itu aku mabuk berat dan terbangun di pagi hari di sebuah kamar dengan keadaan berantakan," ungkap wanita itu berlinang air mata.Uly yang mendengar hal itu merasa simpati, ingin sekali ia memeluk atau sekedar menepuk bahu wanita itu untuk menguatkan."Jadi mama sebena
Wanita itu menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin. Wajah lelah dan mata yang bengkak karena menangis terlihat jelas di sana. Kejutan demi kejutan yang Dewa lontarkan begitu membuatnya terkejut. Apalagi kebenaran tentang Arya yang sungguh tak seperti pria yang dulu ia anggap sangat dewasa dan bijaksana.Uly menghela napas panjang. Hari ini begitu berat meski hatinya sedikit lega karena ternyata anak yang dibawa Gladys memang benar-benar bukan milik Dewa. Katakan dia wanita jahat, tapi sungguh ia tak akan bisa membayangkan jika saja anak itu adalah anak Dewa. Uly pasti akan sangat kecewa dan kemungkinan saja tak akan bisa menerima Dewa.Pintu kamar mandi terbuka, menunjukkan Dewa yang berjalan mendekat dengan bertelanjang dada."Are you okay, Honey?" bisiknya seraya mengecup pelipis sang isteri."Harusnya aku yang tanya begitu sama kamu," sahut Uly lembut.Dewa tersenyum dalam ciumannya. "Aku baik, bahkan sangat baik.""Kamu lega?" t
Pesta pernikahan yang digelar dengan meriah di sebuah hotel bintang lima yang mengundang beberapa artis papan atas itu kini menjadi perbincangan hangat publik. Banyak orang yang merasa terenyuh setelah mendengar kisah cinta yang Dewa utarakan di sebuah podcast salah seorang youtuber yang tak lain adalah teman Uly yang bernama Diana. Netizen awalnya sempat menghujat karena sempat berhembus kabar miring tentang Uly yang menjebak Dewa sebelum pernikahan mereka, tapi hal itu ditepis Dewa dengan keras dan kembali menceritakan kejadian yang sebenarnya dimana dirinya lah yang menjerat wanita cantik itu, dan anehnya netizen malah merasa gembira dan mendukung kelicikan Dewa yang dianggap romantis, hal itu tentu membuat Uly menggeleng heran. Namun biarpun begitu ia tetap merasa amat bahagia ketika Dewa menjemput keluarganya di kampung dan memboyong mereka ke Jakarta untuk menyaksikan momen yang begitu membahagiakan bagi kedu
Sementara Uly melihat kepergian Dewa yang membawa serta tubuh Maharani di gendongannya merasa lututnya lemas, jantungnya seolah berdetak kencang karena berpikir bahwa pemuda itu lebih mementingkan sahabat yang menurut Uly lebih cocok dikatakan sebagai wanita penggoda. Kenapa Uly bisa sekejam itu melabeli Maharani sebagai wanita penggoda? Jelas karena sejak awal pernikahan mereka, perempuan itu selalu saja mengusik ketenangan rumah tangga Dewa dan Uly meski ia sadari hal itu memang karena pernikahan mereka yang disembunyikan. Tapi itu bukan jadi alasan, karena nyatanya setelah mengetahui fakta yang sebenarnya pun wanita itu tetap tidak mundur dan malah semakin menjadi dengan menemui ibu tiri Dewa untuk bersama-sama melabrak Uly. Uly tidak dendam dan sudah memaafkan, tapi bukan berarti wanita itu bisa lupa begitu saja. Dan saat ini Dewa malah lebih memilih pergi dengan Maharani tanpa memikirkan bagaimana perasaan ist
Pagi yang cerah dan begitu membahagiakan apalagi bagi kedua insan yang sedang menikmati udara segar di taman yang terlihat semakin indah dan rapi karena beberapa bulan belakangan mereka sudah menambah beberapa pekerja untuk mengurus rumah mereka hingga kini terlihat lebih rapi dan nyaman untuk ditinggali keluarga kecil mereka. Kehamilan wanita itu sudah hampir tiba di hari perkiraan lahir yang mana dokter telah menjadwalkan operasi sesar untuk Uly dan bayinya. Hal itu disebabkan karena Dewa yang meminta agar wanita itu tidak merasa kesakitan saat melahirkan karena setahu Dewa sikap perempuan yang lahir secara sesar maka dirinya akan diinfus dan tidak merasakan sakit. Padahal Uly sudah memberitahu agar suaminya itu paham bahwa melahirkan secara normal maupun sesar sebenarnya sama-sama menyakitkan karena setelah operasi, kegunaan bius itu juga akan hilang dan semua ibu akan berjuang untuk memulih