Share

TERJERAT CINTA CEO CANTIK
TERJERAT CINTA CEO CANTIK
Author: Vyra Fame

Bab 1

ISTRI SEKSI MAS SANTRI

BAB 1

"Kamu harus menikah dengan Rama, Anggi. Gak ada penolakan. Ini perintah Papi!" tegas Broto kepada anak semata wayangnya, Anggita Azzahra.

Anggi membulatkan mata karena terkejut. Wanita itu tidak pernah menyangka jika Broto akan memintanya menikah dengan Rama. Yang kata ayahnya dia adalah anak sahabatnya sekaligus kakak angkatnya.

"Gak! Aku gak akan pernah mau nikah sama Rama," tolak Anggi. Dia tidak pernah bermimpi menikah dengan pria itu, bahkan meski Rama adalah pria terakhir yang ada di muka bumi.

"Ini perintah!" tegas Broto lagi. Pria paruh baya itu tidak akan melakukan tawar menawar. Dia hanya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu saja.

"Sekali gak, tetap gak, Pi!" Anggi sama sekali tidak memiliki niat untuk menerima perjodohan tidak masuk akal itu. "Bagaimana mungkin Papi mau menikahkan aku dengan anak pungut itu. Enak di Rama, dong, Pi."

Baru saja Anggi akan beranjak dari duduknya, Broto segera menarik tangan anaknya itu dengan kuat, hingga membuat wanita itu kembali duduk di tempat semula, di samping ayahnya.

"Papi belum selesai bicara, Anggi!" 

Namun, sepertinya Anggi tidak peduli dengan perintah ayahnya itu. Dia menepis tangan sang Ayah dengan kasar, lalu beranjak pergi.

"Kalau kamu gak mau nikah sama Rama, Papi akan cabut semua fasilitasmu," ancam Broto lagi. Dia tidak sedang main-main sekarang.

Wanita itu lalu membalikkan tubuh dan memandang tidak percaya ke arah sang Ayah. Mungkin dia salah mendengar karena sedang mengantuk atau salah mendengar. Sesaat kemudian gelak tawanya pecah menggema memenuhi ruangan.

Anggi menatap ke arah ibunya, lalu memilih menghempaskan tubuhnya tepat di samping sang ibu yang duduk di sofa di depan Broto. Dia memeluk lengan wanita paruh baya itu, lalu kembali tertawa lepas.

"Aduh, jangan-jangan anak kita kesambet, Pi. Cepat panggilin Rama biar dia bacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an," desak Sinta kepada suaminya yang masih keheranan melihat anaknya tertawa terbahak-bahak.

Sontak Anggi menghentikan tawanya. "Ih, Mami apa-apaan, sih. Gak asik banget. Masa cewek cantik gini dibilang kesambet."

"Bukan cantiknya, Sayang. Tapi kamu, kan, ketawa macam orang kesurupan gitu. Padahal gak ada yang lucu," jelas Sinta kepada anaknya itu.

Anggi berdecak kesal. "Aku ketawa karena lucu, Mi. Itu aja."

Broto dan Sinta saling pandang. Heran dengan penjelasan anaknya itu. Padahal menurut mereka tidak ada sesuatu hal yang lucu yang terjadi. 

"Aku salah dengar kalau Papi mau jodohin aku dengan Rama. Kalau gak mau, dia akan mencabut semua fasilitasku. Lucu banget, 'kan?" tanya Anggi memandangi kedua orang tuanya.

"Tapi kamu gak salah dengar, Sayang. Papi emang bilang seperti itu tadi," tukas Sinta dengan wajah santai.

"Apa?" Lagi dan lagi Anggi terkejut. "Kenapa kalian mau jodohin aku sama Rama, sih? Dia itu cuma parasit yang numpang hidup sama kalian. Masa malah mau dinikahkan dengan anak kalian yang cantik jelita ini. Apa kata dunia, Pi, Mi?"

Anggi tidak habis pikir dengan kedua orangtuanya. Padahal Rama sudah diberi makan, disekolahkan dan ditampung gratis. Kenapa malah mau dinikahkan dengannya? Bukankah nanti dia malah keenakan? Dapat istri cantik yang kaya raya dan tidak usah capek-capek bekerja.

Namun, sepertinya Sinta dan Broto tidak sepemikiran dengan Anggi. Mereka tetap ngotot akan menikahkan anak semata wayang mereka dengan pria yang mereka anggap sebagai pilihan terbaik.

"Apa pun keputusanmu, pilihan kami tetap pilih Rama," tegas Broto dengan suara keras. Sepertinya kali ini kesabarannya telah habis menghadapi anak satu-satunya itu.

"Sekali gak, tetap gak, Pi. Papi, kan, tahu kalau aku punya pacar. Kenapa Papi malah nyuruh aku nikah dengan Rama. Ini gak adil. Aku cinta sama pacarku dan aku gak mau nikah dengan Rama." Anggi turut membalas dengan suara yang cukup keras.

Selama hidup, baru kali itu Broto membentak putrinya. Sebenarnya dia tidak tega, tetapi dia harus melakukannya demi kebaikan dan masa depan anaknya itu.

melihat anak semata wayangnya setiap hari kerjanya hanya keluyuran tidak jelas dengan teman-teman yang justru menjerumuskannya. Broto tidak ingin anaknya makin terjerumus dan melakukan kesalahan yang lebih fatal.

Setiap hari pergi ke diskotik dan pulang dalam keadaan mabuk bukan lagi hal yang aneh bagi Broto. Bahkan, dia pernah mendapati anaknya tertidur di teras lantaran kehilangan kesadaran sebelum sempat masuk ke dalam rumah.

Jika dengan cara menikahkannya dengan Rama, anaknya itu bisa sadar dan menjadi wanita baik-baik, dia akan melakukannya. Terlebih Rama adalah pria yang baik. Broto sangat yakin. Karena mereka tinggal bersama dan juga pria itu adalah lulusan pesantren dan juga seorang penghafal Al-Quran.

"Karena Papi yakin Rama adalah pria yang terbaik untukmu, Nak. Lupakan soal Rafa. Pacarmu itu gak akan bisa dibandingkan dengan Rama," pinta Broto dengan suara melembut.

Dia dan istrinya hanya menginginkan yang terbaik untuk anak mereka. Orang tua Amanda yang rela melihat anak gadis satu-satunya selalu pulang pagi dalam keadaan mabuk. Broto dan Sinta takut jika ada orang yang berniat buruk kepada Anggi.

Terlebih Rafa bukanlah pria baik. Dia hanyalah pria yang penuh dengan bualan dan terkenal sebagai playboy dan lagi kerjanya hanya nongkrong tak jelas dan mengandalkan harta orang tuanya saja. Broto tidak ingin melihat anaknya bersedih dan terluka karena pria seperti itu nanti.

"Dari mana Papi tahu kalau Rafa itu bukan laki-laki yang baik, Pi. Selama ini aku yang jalani hubungan dengan dia, bukan Papi."

Ah, sepertinya perbincangan itu akan berlangsung lama dan tidak lancar. Broto menghembuskan napas panjang.

Sinta memiringkan tubuh dan memeluk pundak Anggi. "Mami dan Papi mengambil keputusan ini setelah mempertimbangkan banyak hal, Sayang. Kita yakin Rama adalah yang terbaik untuk kamu dan kamu adalah wanita yang tepat untuk dia."

Anggi tersenyum getir. Rupanya apa yang dia rasakan tidak ada artinya sama sekali bagi kedua orangtuanya. Mereka hanya menginginkan yang terbaik bagi Rama dan bukan dirinya. 

"Tapi, Mi. Aku gak akan pernah bisa menganggap dia lebih dari seorang benalu. Dia itu cuma hidup menumpang dengan kita, Mi. Dia gak pantas buat dapetin aku. Please batalin perjodohan ini, ya," rengek Anggi memeluk lengan ibunya. 

Gurat wajah Anggi kecewa dan mengecewakan. Namun, Sinta dan Broto akan tetap melakukan perjodohan itu. Mungkin untuk saat ini anak mereka akan menolak, tetapi sangat yakin jika nanti pada akhirnya Anggi akan berterima kasih karena telah dinikahkan dengan pria sebaik Rama.

Sinta menggenggam tangan Anggi. "Maaf, Sayang. Tapi ini yang terbaik untukmu."

Anggi menampilkan ayah dan ibunya secara bergantian. Lalu, pergi dengan dipenuhi amarah dengan menghentakkan kaki ke lantai hingga menimbulkan suara yang keras.

Dia yang akan menjalani kehidupan nantinya dengan Rama bukan Broto maupun Sinta. Hanya dia yang akan menderita nanti. Jika kedua orangtuanya tidak akan mengubah keputusan mereka, maka dengan sangat terpaksa wanita itu akan mengambil tindakan.

"Kalau kamu gak mau menikah dengan Rama, nama kamu Papi akan terpaksa...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status