"Kamu harus menikah dengan Rama, Anggi! Gak ada penolakan. Ini perintah Papi!" tegas Broto kepada anak semata wayangnya, Anggita Azzahra. Anggi membulatkan mata karena terkejut. Wanita itu tidak pernah menyangka jika Broto akan memintanya menikah dengan Rama. Yang kata ayahnya dia adalah anak sahabatnya sekaligus kakak angkatnya. "Gak! Aku gak akan pernah mau nikah sama Rama," tolak Anggi. Dia tidak pernah bermimpi menikah dengan pria itu, bahkan meski Rama adalah pria terakhir yang ada di muka bumi. "Ini perintah!" tegas Broto lagi. "Sekali gak, tetap gak, Pi!" "Kalau kamu gak mau menikah dengan Rama, nama kamu Papi terpaksa akan Papi coret dari daftar ahli waris dan semua harta milik Papi akan jatuh ke tangan Rama!" Anggita Azzahra terpaksa harus menerima perjodohan dengan Rama Wijayanto karena dirinya diancam tidak akan diturunkan harta waris sang ayah. Bagaimana kisah rumah tangga antara Anggita si wanita penyuka kehidupan malam dengan Rama si pria alim lulusan pesantren serta penghafal Al-qur'an? Apakah kisah cinta mereka akan tertulis indah sebagai takdir mereka? Ataukah justru akan ada permasalahan-permasalahan yang akan membuat keduanya berpisah karena memiliki egonya masing-masing?
View MoreISTRI SEKSI MAS SANTRI
BAB 1
"Kamu harus menikah dengan Rama, Anggi. Gak ada penolakan. Ini perintah Papi!" tegas Broto kepada anak semata wayangnya, Anggita Azzahra.
Anggi membulatkan mata karena terkejut. Wanita itu tidak pernah menyangka jika Broto akan memintanya menikah dengan Rama. Yang kata ayahnya dia adalah anak sahabatnya sekaligus kakak angkatnya.
"Gak! Aku gak akan pernah mau nikah sama Rama," tolak Anggi. Dia tidak pernah bermimpi menikah dengan pria itu, bahkan meski Rama adalah pria terakhir yang ada di muka bumi.
"Ini perintah!" tegas Broto lagi. Pria paruh baya itu tidak akan melakukan tawar menawar. Dia hanya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu saja.
"Sekali gak, tetap gak, Pi!" Anggi sama sekali tidak memiliki niat untuk menerima perjodohan tidak masuk akal itu. "Bagaimana mungkin Papi mau menikahkan aku dengan anak pungut itu. Enak di Rama, dong, Pi."
Baru saja Anggi akan beranjak dari duduknya, Broto segera menarik tangan anaknya itu dengan kuat, hingga membuat wanita itu kembali duduk di tempat semula, di samping ayahnya.
"Papi belum selesai bicara, Anggi!"
Namun, sepertinya Anggi tidak peduli dengan perintah ayahnya itu. Dia menepis tangan sang Ayah dengan kasar, lalu beranjak pergi.
"Kalau kamu gak mau nikah sama Rama, Papi akan cabut semua fasilitasmu," ancam Broto lagi. Dia tidak sedang main-main sekarang.
Wanita itu lalu membalikkan tubuh dan memandang tidak percaya ke arah sang Ayah. Mungkin dia salah mendengar karena sedang mengantuk atau salah mendengar. Sesaat kemudian gelak tawanya pecah menggema memenuhi ruangan.
Anggi menatap ke arah ibunya, lalu memilih menghempaskan tubuhnya tepat di samping sang ibu yang duduk di sofa di depan Broto. Dia memeluk lengan wanita paruh baya itu, lalu kembali tertawa lepas.
"Aduh, jangan-jangan anak kita kesambet, Pi. Cepat panggilin Rama biar dia bacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an," desak Sinta kepada suaminya yang masih keheranan melihat anaknya tertawa terbahak-bahak.
Sontak Anggi menghentikan tawanya. "Ih, Mami apa-apaan, sih. Gak asik banget. Masa cewek cantik gini dibilang kesambet."
"Bukan cantiknya, Sayang. Tapi kamu, kan, ketawa macam orang kesurupan gitu. Padahal gak ada yang lucu," jelas Sinta kepada anaknya itu.
Anggi berdecak kesal. "Aku ketawa karena lucu, Mi. Itu aja."
Broto dan Sinta saling pandang. Heran dengan penjelasan anaknya itu. Padahal menurut mereka tidak ada sesuatu hal yang lucu yang terjadi.
"Aku salah dengar kalau Papi mau jodohin aku dengan Rama. Kalau gak mau, dia akan mencabut semua fasilitasku. Lucu banget, 'kan?" tanya Anggi memandangi kedua orang tuanya.
"Tapi kamu gak salah dengar, Sayang. Papi emang bilang seperti itu tadi," tukas Sinta dengan wajah santai.
"Apa?" Lagi dan lagi Anggi terkejut. "Kenapa kalian mau jodohin aku sama Rama, sih? Dia itu cuma parasit yang numpang hidup sama kalian. Masa malah mau dinikahkan dengan anak kalian yang cantik jelita ini. Apa kata dunia, Pi, Mi?"
Anggi tidak habis pikir dengan kedua orangtuanya. Padahal Rama sudah diberi makan, disekolahkan dan ditampung gratis. Kenapa malah mau dinikahkan dengannya? Bukankah nanti dia malah keenakan? Dapat istri cantik yang kaya raya dan tidak usah capek-capek bekerja.
Namun, sepertinya Sinta dan Broto tidak sepemikiran dengan Anggi. Mereka tetap ngotot akan menikahkan anak semata wayang mereka dengan pria yang mereka anggap sebagai pilihan terbaik.
"Apa pun keputusanmu, pilihan kami tetap pilih Rama," tegas Broto dengan suara keras. Sepertinya kali ini kesabarannya telah habis menghadapi anak satu-satunya itu.
"Sekali gak, tetap gak, Pi. Papi, kan, tahu kalau aku punya pacar. Kenapa Papi malah nyuruh aku nikah dengan Rama. Ini gak adil. Aku cinta sama pacarku dan aku gak mau nikah dengan Rama." Anggi turut membalas dengan suara yang cukup keras.
Selama hidup, baru kali itu Broto membentak putrinya. Sebenarnya dia tidak tega, tetapi dia harus melakukannya demi kebaikan dan masa depan anaknya itu.
melihat anak semata wayangnya setiap hari kerjanya hanya keluyuran tidak jelas dengan teman-teman yang justru menjerumuskannya. Broto tidak ingin anaknya makin terjerumus dan melakukan kesalahan yang lebih fatal.
Setiap hari pergi ke diskotik dan pulang dalam keadaan mabuk bukan lagi hal yang aneh bagi Broto. Bahkan, dia pernah mendapati anaknya tertidur di teras lantaran kehilangan kesadaran sebelum sempat masuk ke dalam rumah.
Jika dengan cara menikahkannya dengan Rama, anaknya itu bisa sadar dan menjadi wanita baik-baik, dia akan melakukannya. Terlebih Rama adalah pria yang baik. Broto sangat yakin. Karena mereka tinggal bersama dan juga pria itu adalah lulusan pesantren dan juga seorang penghafal Al-Quran.
"Karena Papi yakin Rama adalah pria yang terbaik untukmu, Nak. Lupakan soal Rafa. Pacarmu itu gak akan bisa dibandingkan dengan Rama," pinta Broto dengan suara melembut.
Dia dan istrinya hanya menginginkan yang terbaik untuk anak mereka. Orang tua Amanda yang rela melihat anak gadis satu-satunya selalu pulang pagi dalam keadaan mabuk. Broto dan Sinta takut jika ada orang yang berniat buruk kepada Anggi.
Terlebih Rafa bukanlah pria baik. Dia hanyalah pria yang penuh dengan bualan dan terkenal sebagai playboy dan lagi kerjanya hanya nongkrong tak jelas dan mengandalkan harta orang tuanya saja. Broto tidak ingin melihat anaknya bersedih dan terluka karena pria seperti itu nanti.
"Dari mana Papi tahu kalau Rafa itu bukan laki-laki yang baik, Pi. Selama ini aku yang jalani hubungan dengan dia, bukan Papi."
Ah, sepertinya perbincangan itu akan berlangsung lama dan tidak lancar. Broto menghembuskan napas panjang.
Sinta memiringkan tubuh dan memeluk pundak Anggi. "Mami dan Papi mengambil keputusan ini setelah mempertimbangkan banyak hal, Sayang. Kita yakin Rama adalah yang terbaik untuk kamu dan kamu adalah wanita yang tepat untuk dia."
Anggi tersenyum getir. Rupanya apa yang dia rasakan tidak ada artinya sama sekali bagi kedua orangtuanya. Mereka hanya menginginkan yang terbaik bagi Rama dan bukan dirinya.
"Tapi, Mi. Aku gak akan pernah bisa menganggap dia lebih dari seorang benalu. Dia itu cuma hidup menumpang dengan kita, Mi. Dia gak pantas buat dapetin aku. Please batalin perjodohan ini, ya," rengek Anggi memeluk lengan ibunya.
Gurat wajah Anggi kecewa dan mengecewakan. Namun, Sinta dan Broto akan tetap melakukan perjodohan itu. Mungkin untuk saat ini anak mereka akan menolak, tetapi sangat yakin jika nanti pada akhirnya Anggi akan berterima kasih karena telah dinikahkan dengan pria sebaik Rama.
Sinta menggenggam tangan Anggi. "Maaf, Sayang. Tapi ini yang terbaik untukmu."
Anggi menampilkan ayah dan ibunya secara bergantian. Lalu, pergi dengan dipenuhi amarah dengan menghentakkan kaki ke lantai hingga menimbulkan suara yang keras.
Dia yang akan menjalani kehidupan nantinya dengan Rama bukan Broto maupun Sinta. Hanya dia yang akan menderita nanti. Jika kedua orangtuanya tidak akan mengubah keputusan mereka, maka dengan sangat terpaksa wanita itu akan mengambil tindakan.
"Kalau kamu gak mau menikah dengan Rama, nama kamu Papi akan terpaksa...."
Anggi masih terlihat manyun di dalam mobil yang membawanya bersama-Rama suaminya. Gadis cantik itu terlihat mengalihkan atensinya keluar kaca jendela mobil yang mereka kendarai. Rama hanya tersenyum simpul melihat kelakuan istri manjanya tersebut.Pria tampan itu sungguh gemas melihat muka Anggi yang mirip pakaian kusut yang belum disetrika. Karena jalanan cukup lenggang, Rama pun melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal. Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya bergeming dengan pikiran masing-masing. "Ck, masih lama?" gerutu Anggi membuka suara di tengah kebisuan keduanya."Kamu tidur aja, gih. Ntar kalau nyampe aku bangunin," jawab Rama dengan fokus tetap di jalanan.Anggi segera meraih bantal berbentuk kepala mickey yang sengaja dibawanya dari rumah untuk menemaninya sepanjang perjalanan. Akhirnya gadis itu pun tertidur dengan kepala menyandar pada bantal dalam pelukannya. "Emm … emang dasarnya cantik. Biar tidur pun tetap cantik," puji Rama ketika mobil mereka berhenti sejen
“Kamu beneran ngajakin aku tinggal di tempat itu, ya, Mas?” tanya Anggi dengan muka masam.“La, emang iya, Dek. Kenapa sih?” Netra Rama memicing, melihat kelakuan aneh istrinya.“Apa tidak bisa gitu, nyewa apartemen aja. Apa perlu aku bilang ama Papi buat belikan kita apartemen?” Anggi terus berusaha membujuk suaminya untuk tidak membawanya pergi ke rumah kontrakan Rama yang serba sederhana itu. Pria alim itu memang sengaja mengaku demikian di hadapan istrinya.Sementara Anggi tidak mau kalau kuku cantiknya akan rusak karena harus mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak ada hentinya. Belum lagi dia juga takut tangan mulusnya menjadi kasar karena harus mencuci dan kena sinar matahari. Anggi tidak mau itu terjadi.“Aku tuh, gak pengen nyusahin Papimu lagi. Udah cukup selama ini beliau membantu Mas sampai bisa kuliah. Masa kini juga harus ngerepotin lagi. Toh, kamu sekarang adalah tanggung jawab Mas juga. Insya Allah Mas, mampu kasih makan kamu,” jelas Rama panjang lebar. Pria tampan itu
TERJERAT CINTA CEO CANTIKBAB 14“Harus apa, Mas?” Anggita bertanya dengan mengernyitkan dahinya. Netra indahnya menatap tajam ke arah pria yang baru beberapa saat menjadi suaminya. Dagu lancipnya memberi isyarat kepada Rama agar segera menjawab pertanyaannya.“Harus apa, sih? Ditanya kok malah bengong, gitu,” kata Anggi dengan kesal."Kamu harus nurut gak boleh keluyuran malam-malam lagi. Kalau sampai kamu langgar, itu artinya kamu nantangin aku buat aja kamu bobok bareng.""Ck … kamu sengaja 'kan buat aturan seperti itu!""Setuju gak setuju, kamu harus setuju!" Rama sekali lagi menegaskan peraturan yang dia terapkan untuk istrinya itu."Itu namanya kamu sewenang-wenang, Mas! Kamu egois!"Anggita masih tidak terima dengan keputusan sepihak dari Rama. Bibir perempuan cantik itu sampai maju beberapa sentimeter yang membuat Rama semakin gemas melihatnya."Mas … bisa gak sih, kamu buat peraturannya agak enakan dikit gitu."Rama mengalihkan atensinya, Anggita menangkap sinyal yang tidak
Anggita hanya mampu bergeming. Gadis yang baru saja melepas masa lajangnya itu tampak larut dengan suasana romantis yang mereka berdua alami.Bibirnya boleh berkata dia tidak menyukai Rama tetapi, entah mengapa berada di dekat pria alim itu, Anggi merasa begitu damai dan tenang. Seakan dia keberatan untuk beranjak dari dekapan pria tersebut."Dek …," panggil Rama sambil memutar tubuh perempuan cantik di hadapannya.Anggi hanya mendongak sebentar, kemudian menunduk kembali karena malu. Maklum saja, dia masih merasa canggung untuk berdua-duan dengan Rama. Padahal kini mereka sudah sah sebagai suami-istri."Boleh aku minta satu hal?" tanya Rama sambil mengangkat wajah Anggi yang masih menunduk.Kedua netra mereka bertemu di satu titik. Sungguh, Rama begitu gemas ingin melumat benda kenyal berwarna pink milik istrinya tersebut. Sebagai pria normal, dia juga memiliki gairah. Sepasang netra Anggi masih intens memperhatikan Rama. Menunggu pria itu berbicara kembali."Mau minta apa? Aku belu
TERJERAT CINTA CEO CANTIKNetra indah itu membola lebar, berlawanan dengan Rama yang nampak menyipitkan netra elangnya dengan tawa yang membahana. "Mamiiiiii!" pekik Anggita dengan suara yang menggema. Sinta yang mendengar suara Anggita dari luar hanya bisa terkikis sebab ia memang sengaja memberikan kado berupa sebuah lingerie berwarna merah maroon satu paket dengan g-string yang hanya sebentuk tali yang nyelempit di dua bulatan kenyal bagian bawah tubuh seorang wanita. Di mana bentuk segitiga hanya mampu menutupi area sensitifnya saja. "Selamat malam pertama, Sayang, ah aku jadi gak sabar buat nimang cucu. Hihihi." Sinta tertawa cekikikan dari balik pintu kamar Anggi. Sedangkan Rama sudah terbahak melihat wajah Anggi yang memerah antara malu dan juga marah. "Ngapain kamu ketawa-ketawa! Dasar mesum!" ketus Anggi pada Rama. Ia melemparkan paper bag itu me arah pria dengan tinggi 175 cm tersebut. Hingga membuat Rama menangkupkan tangannya untuk menangkap paper bag yang Anggi lempar
TERJERAT CINTA CEO CANTIKBAB 11Rama dan Anggita seketika bergeming, kedua netra mereka sama-sama mengarah ke arah pintu, tempat di mana suara berasal. Rama sedikit kesal ketika mengetahui ada yang mengganggu kebersamaanya bersama istrinya. Pria tampan itu mendengkus lirih. Berbeda dengan Anggi yang mengulas senyum simpul.Anggita bermaksud menyingkirkan tubuh Rama sebelum suara itu kembali memanggil. “Ya, Tuhan … terima kasih sudah menyelamatkan diriku,” gumamnya lirih. Tak lupa ekor netranya melirik ke arah pria yang baru beberapa saat menjadi suaminya tersebut. Rama terlihat menatapnya dengan pandangan sayu. Membuat bulu kuduk Anggi sedikit berdiri.Belum juga langkah Anggi melangkah, kembali didengarnya suara dari balik pintu kamar hotel tempatnya menginap, “Anggi, Rama … buka pintu sebentar, Nak. Ini, Mami!”Sinta berteriak di depan kamar sepasang pengantin baru itu dengan senyum-senyum sendiri. Di tangannya tampak memegang sesuatu.“Biar Mas saja yang buka pintunya, Dek,” kata
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments