Share

3

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-24 13:06:38

Menjelang sore, Kay keluar dari ruangan, susah payah dia berjalan sambil mendorong kursi roda yang diduduki Prabu. Lelaki itu memintanya mulai bekerja dari sekarang. Meskipun Kay tak yakin lelaki itu akan menggajinya karena dia mengatakan ini adalah sebagai bentuk tanggung jawab Kay padanya. Seorang petugas rumah sakit, diminta membawakan koper milik Kay. Mereka berjalan hingga sebuah mobil alphard berhenti di depan rumah sakit dan menjemputnya. Mereka pun melaju meninggalkan rumah sakit itu. 

Kay tak banyak bicara. Pikirannya masih tak baik-baik saja. Dua kesialan bisa-bisanya menimpanya secara bersamaan. Pikiran Kay terus berputar-putar hingga suara remote membuat Kay mendongak. Seketika netra Kay membeliak menatap bangunan mewah bergaya eropa klasik menjulang di depannya. 

Pintu besi tempa hitam berpola anggun dengan aksen emas itu bergeser setelah remote dipijit oleh sang sopir. Pagar itu menjulang tinggi, diapit oleh pilar marmer putih yang kokoh. Mobil melaju memasuki jalanan utama yang dicor melengkung mengitari taman. Di kedua sisi kanan kirinya ada jalan setapak berupa jalur berbatu granit yang melengkung indah, membawa tamu menuju fasad rumah dengan dinding batu alam berwarna krem dan jendela-jendela tinggi berbingkai kayu mahoni.

Sepasang netra Kay mengerjap, menatap takjub bangunan megah dua lantai itu yang menjulang gagah. Berbanding jauh sekali dengan rumahnya, meski tak dikatakan buruk, tetapi tak sebagus ini.

Taman di pekarangan itu pun, dirancang sedemikian rupa. Tatanannya simetris dan menghadirkan kesan aristokrat. Pohon-pohon ek tua berbaris rapi di sisi jalan utama, semak-semak mawar merah menyala membentuk pagar rendah yang membingkai hamparan rumput golf  hijau. Di tengah taman, terdapat air mancur marmer berbentuk kerub, airnya berkilauan di bawah sinar lampu yang sudah dinyalakan. 

Di salah satu sudut, berdiri gazebo oktagonal berstruktur besi berlapis putih, dihiasi dengan sulur-sulur tanaman anggur. Di dekatnya, kolam ikan berbentuk persegi panjang dipenuhi koi berwarna cerah, dengan permukaan airnya dihiasi bunga teratai.

Kay menghela napas ketika sopir tersebut berhenti di teras berlantai marmer putih dengan pola mosaik halus. Pilar-pilar tinggi menopang atap berbentuk lengkung, dihiasi ornamen klasik. Kursi rotan berlapis kain krem berpadu dengan meja bundar kaca,  lampu gantung bergaya vintage yang sudah menyala menyambutnya. 

Kay sigap keluar dari mobil dan membukakan pintu, tetapi tubuh mungilnya tak memungkinkan untuk membantu tubuh tinggi Prabu keluar dari mobil. Dia membiarkan sopir yang bernama Maman itu memindahkan Prabu ke atas kursi roda, lalu dia hanya tinggal mendorongnya. 

Pintu rumah terbuka, seorang wanita paruh baya tergopoh menghampiri.

“Ya Allah, Tuan! Kenapa bisa sampai begini?” Tampak raut cemas terpatri di wajahnya. Dia menggantikan Maman yang membawakan barang-barang Kay. 

“Tidak apa-apa, Bi. Hmmm … Renata sudah pulang?” 

“Tadi pulang sebentar, Tuan! Terus pergi lagi dengan teman-temannya!” 

“Hmmm … siapkan kamar di bawah untuk saya, Bi! Saya gak mungkin turun naik terus setiap hari dengan kondisi seperti ini!” 

“Baik, Tuan!” 

“Satu kamar lagi, buat dia! Mulai hari ini, dia yang akan merawat saya!” 

Perempuan paruh baya itu menoleh ke arah Kay. Sorot matanya menatap penuh tanya.

“Salam kenal, Bi. Saya Kay. Saya pekerja baru di sini!” Kay memperkenalkan diri, mengerti tatapan bingung perempuan itu.

“Saya Bi Sumi, Mbak Kay! Nanti saya siapkan kamarnya di dekat kamar saya, ya!” 

“Tidak, Bi! Siapkan satu kamar tamu juga untuk Kay. Dia harus tidur di kamar yang bersebelahan dengan saya!” 

“Baik, Tuan!” 

Prabu menunggu di ruang tamu selama Kay dan Bi Sumi menyiapkan dua kamar yang akan ditempati oleh mereka. Setelah kamar rapi, Kay menyimpan barang-barang miliknya di kamar yang lumayan nyaman itu. Lalu, dia mendorong Prabu menuju kamarnya. 

“Tolong nyalakan water heater dan siapkan baju saya!” 

Tanpa banyak bertanya, Kay pun segera menyalakan water heater. Lalu menyiapkan handuk dan pakaian untuk lelaki itu. 

“Kamu punya ponsel?” Pertanyaan Prabu menghentikkan gerakkan Kay yang sedang melipat handuk. 

“Ya, ada, Pak!” 

“Tuliskan nomornya!”

Kay mencari sesuatu untuk menuliskan nomornya, tetapi tak menemukan apapun. Hingga Prabu mengulurkan iphone miliknya dan meminta Kay mengetik di sana. 

Kay masih mengetik ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Lalu sosok seorang perempuan berpakaian seksi dengan rambut terurai menatap Kay dan Prabu bergantian. 

“M---Mas? Kamu kenapa?” Dia tergopoh menghampiri dengan pandangan cemas. Namun, langkahnya terhenti dan menatap Kay dengan penuh intimidasi. 

“Heh, kamu siapa?” ketusnya menatap Kay dari ujung kepala hingga ujung kaki seolah tengah menilai. 

Kay bergeming. Dia melirik separuh angka yang sudah dia ketik, lalu memilih menyelesaikannya. Prabu mengambil alih jawaban untuk Kay.

“Aku kecelakaan dan lumpuh! Dia pekerja baruku. Dia yang akan merawatku mulai hari ini.” 

Lalu pandangan perempuan itu kembali ke arah Kay, seperti ada kelegaan dan terlihat meremehkan.

“Terus, kamu mau tidur di sini, Mas?” tanyanya sambil menghampiri Prabu dan hendak mengusap pipinya, tetapi lelaki itu menepis kasar. 

“Berhenti ikut campur lagi dalam hidupku, Re! Kamu di sini hanya sedang menunggu masa iddah selesai, paham?” Suara Prabu yang setengah membentak membuat Kay pun terkejut. Dia yang sejak tadi berdiri tak jauh dari tempat Prabu dan perempuan itu berdebat, seperti baru tersadar. Lekas dia berpamitan setelah menyerahkan iphone milik Prabu. Dia pun bergegas meninggalkan dua orang itu melanjutkan urusan mereka yang belum selesai.

“Oh, jadi itu istrinya Pak Prabu, sayang sekali ya, mereka harus bercerai,” batin Kay sambil berlalu menuju kamarnya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TERJERAT CINTA SANG DUDA   70B - END

    Siska tersenyum lega. Dia meminta assitennya mengambilkan tas berisi alat-alat medis miliknya yang selalu ia bawa. Lalu segera memeriksa kondisi Kay, lalu menyipit dan bertanya. “Kamu kapan terakhir datang bulan?” Kay terdiam, semua seperti dejavu. Dulu ketika hamil Pangeran, satu pertanyaan yang sama dari Prabu yang membuatnya tersadar, jika sudah terlewat tiga minggu dan ternyata dia hamil. Kali ini, pertanyaan dr Siska membuatnya mengerjap mengingat-ingat. “Ya Tuhaaan, jangan-jangan ….” Kay menutup wajahnya. Dia baru ingat, kesibukkan dan antusiasme menyambut ulang tahun Pangeran, membuatnya bahkan tak mengingat dengan benar jadwal datang bulannya. "Sepertinya kamu hamil lagi, Kay."Seisi ruangan terdiam sejenak sebelum Prabu berbicara sambil mengangkat satu alisnya. "Berarti gak sia-sia kerja keras kita selama ini, Honey?"Sontak semua yang hadir tertawa melihat tingkah Prabu yang jenaka. Sementara itu, wajah Kay merona. Dia mendelik dan mencubit perut Prabu. “Mas, ish … janga

  • TERJERAT CINTA SANG DUDA   70A

    Mentari pagi menembus tirai putih di kamar utama kediaman Prabu dan Kay, menciptakan cahaya keemasan yang lembut. Di tengah ruangan yang nyaman itu, suara tawa kecil terdengar, menggema dalam harmoni kebahagiaan. Pangeran, bayi kecil yang kini sudah berusia lima belas bulan, berdiri dengan kaki mungilnya yang masih goyah, ditopang oleh tangan lembut Kay."Ayo, Sayang, satu langkah lagi ...." Kay berjongkok di depan Pangeran, kedua tangannya terentang, siap menangkap buah hatinya jika terjatuh. Mata Kay berbinar penuh haru melihat anak lelakinya yang mulai berani melangkah tanpa bantuan.Jehan tak kalah bersemangat. Dia berlutut di samping Kay, wajahnya penuh antusias sambil bertepuk tangan. "Ayo, Adek! Adek! Adek!" Namun, Pangeran kembali terjatuh. Kay dan Jehan kompak tertawa. Prabu yang sejak tadi duduk di sofa, menikmati pemandangan istri dan anak-anaknya, tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. Dia menutup laptopnya, bangkit, lalu bersila dan mengambil mainan yang berwarna. "J

  • TERJERAT CINTA SANG DUDA   69B

    Marsha menggigit bibirnya, berusaha menahan isakan. Hatinya terasa seperti dipelintir, diremuk menjadi kepingan-kepingan kecil yang mustahil untuk diperbaiki lagi. Tanpa menunggu lebih lama, dia berlari ke tepi jalan lalu mencegat sebuah angkot dan segera meninggalkan tempat tersebut dengan luka yang menganga dan perih yang kian dalam. Angkot mulai melaju, meninggalkan kemegahan rumah sakit yang kini hanya menjadi saksi betapa hancurnya hati seorang perempuan yang dulu merasa menang, tetapi ternyata telah kalah sejak awal.Sementara itu, Kay yang baru saja selesai menggunting pita menyerahkan kembali gunting kepada tim EO yang sejak tadi sigap melayani mereka. Lalu sebuah mic disodorkan padanya. Kay menerimanya sambil menyeka sudut matanya yang basah. Namun, tanpa disangka, Prabu mengambil tissue dari sakunya dan menghapuskan air mata sang istri. Sontak sorakan segenap kaum hawa yang merasa iri terdengar riuh. “Saya speechless, gak tahu harus menyampaikan apa.”Kay menjeda. Dia mene

  • TERJERAT CINTA SANG DUDA   69A

    “Ainsley Grup cabang Depok kali ini, lebih dari istimewa. Penyelesaiannya sengaja disesuaikan dengan momen ulang tahun pernikahan saya dengan istri tercinta. Satu lagi yang tak kalah penting. Seluruh akta dan asset dalam rumah sakit cabang Depok ini, bukan lagi milik saya, sejak hari ini … semua ini resmi saya hadiahkan sebagai hadiah ulang tahun pernikahan pertama saya dengan istri tercinta, Kayshila Aghnia Khansa!” Tak hanya hadirin yang terkejut, Kay dan keluarganya juga.Riuh tepuk tangan menggema. Beberapa berdecak kagum, ada yang menggeleng takjub, ada juga yang memegang dadanya sendiri, ikut bahagia. Seseorang menatap sendu, tetapi tangannya digenggam hangat oleh Fredi. Dialah Firly yang akhirnya datang menghadiri peresmian kantor cabang. Namun, dua orang dari masa lalu Kay terperanjat luar biasa ketika melihat sosok mungil yang terlihat berkelas dan menawan, menghampiri lelaki gagah yang tadi memanggilnya. Lalu, Prabu mengecup punggung tangan Kay dengan romantis, sesaat set

  • TERJERAT CINTA SANG DUDA   68B

    “Ya ampuun, Non Jehan, Mbak sampe khawatir.” Dia tergopoh mendekat. “Kenapa, Mbak?” Kay menatap Leni. “Tadi sibuk beli-beli ini, Bu. Katanya buat adek bayi. Nah itu sendoknya dibawa kabur duluan.” Leni menunjukkan kantong belanja yang ditentengnya. Kay dan Prabu saling bertukar pandang, lalu mereka memeluk Jehan bergantian. Rupanya dia begitu antusias ketika diberi tahu akan punya adik. Langsung membeli beberapa mainan dan sendok-sendok kecil untuk hadiah dedek bayinya nanti. Malam itu mereka habiskan dengan penuh suka cita. Sebuah kebahagiaan baru menyelinap hadir. Harapan Prabu kian deras mengalir. Dia ingin memiliki banyak anak dan membuat suasana rumah menjadi ramai. “Habis ini, nanti bisa gak kita program bayi kembar, Honey? Biar cepet banyak,” bisik Prabu yang dihadiahi cubitan kecil di perutnya oleh Kay. *Waktu terus bergerak. Hari-hari berlalu dengan cepat, dan akhirnya rumah sakit cabang Depok yang Prabu siapkan untuk kejutan, kini sudah selesai. Bangunan megah itu ber

  • TERJERAT CINTA SANG DUDA   68A

    “Astagaa, jadwal datang bulanku kelewat tiga mingguan. Apa jangan-jangan?” Kay meraba perutnya dengan pandangan masih tertuju pada tanggalan yang ada di kalender meja. Suara pintu yang terbuka membuat Kay menoleh, Prabu sudah berdiri sambil memperhatikannya. “Kenapa?” “Enggak, kok.” Kay tak hendak membuat Prabu berharap, tetapi dia sendiri sudah menaruh curiga jika kemungkinan dia sedang hamil, apalagi perubahan emosinya terasa begitu jelas akhir-akhir ini. “Masih marah?” Pertanyaan Prabu membuat Kay menatap pekat wajah lelaki itu, lalu menggeleng, “Aku cuma gak suka Mas urusin perempuan itu.” Prabu membuang napas kasar. Jika biasanya, dia sudah menarik Kay ke dalam dekapan. Namun, saat ini tampaknya Kay sedang mode garang. Jadinya Prabu memilih menjatuhan tubuhnya ke tepi tempat tidur dan menatap Kay. “Yang urus dia siapa? Kerjaan aku aja banyak, Honey.” Prabu berbicara dengan raut muka serius kali ini.“Dia datang ke rumah kita, Mas.” Kay akhirnya buka suara. “Firly?” Prab

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status