Home / Fantasi / TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR / Bab 9: Sejarah atau sebuah pengalaman nyata?

Share

Bab 9: Sejarah atau sebuah pengalaman nyata?

Author: SURGAVERSE
last update Huling Na-update: 2025-08-06 12:12:36

Pustakawan itu mengangguk pelan, lalu berbalik menuju rak tinggi di sudut ruangan. Ia mengulurkan tangannya yang keriput, menarik satu buku tua bersampul kulit dari sela-sela buku lain yang tertata rapi. Debu berhamburan saat ia meletakkannya di meja.

"Buku ini mencatat berbagai peristiwa yang sulit dijelaskan di kota ini. Mungkin kalian akan menemukan jawaban di dalamnya."

Arga membuka buku itu dengan hati-hati. Tulisan tangan yang rapi namun memudar memenuhi halaman pertama:

Pada tahun 1874, 2 orang yang merupakan laki laki dan perempuan muncul secara misterius di tengah kota. Ia mengenakan pakaian asing dan berbicara tentang masa depan yang belum pernah didengar siapa pun. Beberapa minggu kemudian, ia menghilang tanpa jejak...

Hina menggenggam lengan Arga erat. Ini persis seperti apa yang mereka alami, tapi dalam pandangan masyarakat kuno. Arga menoleh dengan mata melebar. "Apa maksudnya semua ini? Apa mungkin kita... terhubung dengannya?"

Pustakawan tua itu menutup buku itu perlahan, menatap mereka penuh arti. "Beberapa rahasia sebaiknya tetap tersembunyi. Namun jika kalian memilih untuk menggali lebih dalam... bersiaplah menghadapi konsekuensinya."

Hina dan Arga saling bertatapan. Rasa takut menguasai mereka, tapi dorongan untuk mencari kebenaran lebih kuat. Mereka telah melangkah terlalu jauh untuk berhenti sekarang.

Arga membuka buku itu dengan hati-hati. Tulisan tangan yang rapi namun memudar memenuhi halaman pertama:

Pada tahun 1874, seorang pria dan wanita misterius yang dikenal dengan nama "Sang Penghubung" muncul di kota ini. Ia memiliki kemampuan untuk melihat dua dunia sekaligus-masa kini dan masa lalu. Dikatakan bahwa batas antara waktu menjadi rapuh di sekelilingnya, membuatnya terjebak di antara dua era yang berbeda. Beberapa saksi mata mengklaim melihatnya menghilang begitu saja di jalanan, seolah tersedot ke dalam dimensi lain...

Hina menggigit bibirnya, merasakan ketegangan yang semakin kuat. "Arga... ini terdengar seperti apa yang kita alami."

Arga mengangguk, jemarinya menelusuri lembaran tua yang terasa kasar. "Kalau ini benar, maka kita berdua memang terhubung diantara dua dunia tersebut. Mungkin ada cara untuk memahami apa yang sedang terjadi."

Tiba-tiba, lampu di perpustakaan berkedip-kedip. Hina merasakan udara di sekitarnya menjadi lebih dingin. Pustakawan tua itu memejamkan mata, seolah merasakan sesuatu yang tak kasatmata.

"Kalian telah membuka pintu yang seharusnya tetap tertutup," gumamnya. "Berhati-hatilah... sebelum kalian tersesat di dalamnya."

Arga dan Hina saling bertatapan. Mimpi buruk yang mereka alami, bayangan yang muncul dan menghilang, suara-suara aneh-semuanya mengarah pada satu kesimpulan.

Dunia mereka sedang retak.

Dan mereka harus menemukan cara untuk menghentikannya sebelum terlambat.

Hina masih penasaran dengan buku yang waktu itu ia temukan di perpustakaan ini, buku tua usang yang tulisannya tidak bisa dibaca oleh mereka berdua.

Hina menyentuh buku itu dan mengambilnya, tidak ada apa-apa sekarang, ia lalu membawa buku itu ke sebuah meja dan duduk di kursi sebelah Arga duduk.

Saat Hina mencoba membuka buku itu, yang terjadi tiba-tiba dunia di sekitar mereka berubah. Rak-rak kayu perpustakaan yang tinggi lenyap, digantikan oleh dinding berhias ukiran emas. Lantai marmer berkilauan di bawah cahaya lilin dari lampu gantung kristal. Suara dentingan gelas dan alunan musik waltz mengisi udara. Gaun-gaun mengembang berwarna pastel dan jas hitam elegan memenuhi ruangan. Mereka berada di sebuah ballroom besar, seolah terlempar ke dalam era lain.

"Arga... di mana kita?" suara Hina bergetar. Dia melirik ke bawah, menyadari bahwa pakaiannya juga berubah. Gaun sederhana yang tadi dikenakannya kini telah berganti menjadi gaun panjang berwarna biru muda dengan renda halus.

Arga, yang kini mengenakan setelan tuksedo klasik, hanya bisa menggeleng. "Aku juga tidak tahu..."

Dari kerumunan, seorang pria yang tampak mirip dengan Arga melangkah maju. Rahangnya tegas, matanya tajam, dan sikapnya penuh percaya diri. Ia mengenakan setelan berwarna krem dengan ornamen emas di bahunya. Yang lebih mengejutkan adalah wanita yang berdiri di hadapannya-wajahnya identik dengan Hina, hanya saja rambutnya lebih panjang dan tersanggul rapi.

"Janji kita tak akan berakhir di sini," kata pria itu dengan nada lembut namun penuh ketegasan.

Wanita yang mirip Hina menatapnya dengan mata berkaca-kaca, seolah ada luka mendalam yang ia sembunyikan. Bibirnya terbuka, seakan ingin mengatakan sesuatu, namun sebelum kata-kata keluar, cahaya keemasan menyelimuti pria itu, dan dalam sekejap, ia menghilang.

"Tidak!" seru wanita itu, tangannya terulur seakan ingin meraih sesuatu yang tak lagi ada di hadapannya.

Hina merasa dadanya sesak, seolah perasaan wanita itu ikut mengalir dalam dirinya. Tiba-tiba, pandangan mereka kabur, dan secepat mereka datang, ballroom itu lenyap. Mereka kembali ke perpustakaan, duduk bersimpuh di lantai kayu, dengan buku tua masih di tangan Hina.

Napas Hina tersengal. "Apa... yang baru saja terjadi?"

Arga menatapnya dengan serius. "Aku rasa... kita melihat masa lalu."

Hina menelan ludah, mencoba memahami kata-kata Arga. "Tapi... kenapa mereka mirip dengan kita? Apakah ini hanya kebetulan?"

Arga menggeleng. "Aku tidak yakin. Tapi perasaan yang kurasakan tadi... seperti bukan sekadar penglihatan. Rasanya seperti... bagian dari kita."

Hening menyelimuti mereka. Hina memeluk buku itu erat, buku itu sekarang dalam keadaan terbuka dan bisa terbaca oleh mereka berdua, Hina seakan takut jika ia melepaskannya, semua yang baru saja terjadi akan hilang begitu saja. Ia menatap Arga, yang sedang termenung dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Arga," panggilnya lirih.

Arga mengangkat kepalanya. "Ya?"

"Kalau memang kita punya hubungan dengan masa lalu itu... bagaimana kita bisa mencari tahu lebih banyak?"

Arga diam sejenak, lalu menatap buku di tangan Hina. "Mungkin jawabannya ada di sini. Kita harus membaca lebih jauh."

Tanpa ragu, Hina membuka halaman berikutnya. Tulisan tangan klasik memenuhi lembaran kertas berwarna kecoklatan itu. Kata-katanya terasa asing, seperti bahasa kuno, tetapi entah bagaimana, keduanya bisa mengerti setiap kalimat yang tertulis.

Pada tahun ke-19 era kerajaan Evernight, seorang wanita bangsawan melanggar sumpahnya demi cinta. Ia bertemu dengan seorang pria dari masa yang berbeda, dan keduanya terhubung oleh takdir yang tak bisa dihindari.

Hina menatap Arga dengan mata membelalak. "Ini... seperti menceritakan tentang kita."

Arga merasakan jantungnya berdegup kencang. "Jika ini benar, maka kita harus mencari tahu siapa mereka sebenarnya, dan apa yang terjadi pada mereka."

Hina menggigit bibirnya, lalu dengan penuh tekad berkata, "Kalau begitu, kita harus menemukan lebih banyak petunjuk. Mungkin ada bagian lain di buku ini yang bisa memberi kita jawaban."

Arga mengangguk. "Dan mungkin... ini bukan hanya sekadar kisah masa lalu. Mungkin ini adalah sebuah peringatan."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 10: Aku bersumpah melindungimu, mencintaimu, dan menjagamu selamanya.

    Dengan penuh rasa ingin tahu dan sedikit ketakutan, mereka kembali menelusuri lembar demi lembar buku itu, berharap menemukan jawaban atas misteri yang kini mengikat mereka berdua. Setelah beberapa lembar, mereka menemukan sebuah sketsa yang menggambarkan seorang pria dan wanita berdiri di tepi sungai dengan pemandangan kastil di belakang mereka. Di bawah sketsa itu terdapat tulisan: "Di bawah bulan purnama, sumpah itu terukir. Hanya mereka yang mengingat akan menemukan jalan pulang." "Demi langit yang menyaksikan dan bumi yang menjadi saksi, aku, Julian Astrea, berjanji sebagai pangeran yang tak akan mengingkari kata-kataku. Aku bersumpah dengan segenap jiwa dan raga, dengan darah yang mengalir dalam nadiku, bahwa cintaku padamu adalah keabadian yang tak tergoyahkan. Aku akan melindungi, mencintai, dan berjuang, bahkan jika takdir mencoba memisahkan kita, bahkan jika dunia menentang keberadaan kita. Aku bukanlah pria sempurna, namun hatiku telah memilihmu, dan tidak ada yang da

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 9: Sejarah atau sebuah pengalaman nyata?

    Pustakawan itu mengangguk pelan, lalu berbalik menuju rak tinggi di sudut ruangan. Ia mengulurkan tangannya yang keriput, menarik satu buku tua bersampul kulit dari sela-sela buku lain yang tertata rapi. Debu berhamburan saat ia meletakkannya di meja. "Buku ini mencatat berbagai peristiwa yang sulit dijelaskan di kota ini. Mungkin kalian akan menemukan jawaban di dalamnya." Arga membuka buku itu dengan hati-hati. Tulisan tangan yang rapi namun memudar memenuhi halaman pertama: Pada tahun 1874, 2 orang yang merupakan laki laki dan perempuan muncul secara misterius di tengah kota. Ia mengenakan pakaian asing dan berbicara tentang masa depan yang belum pernah didengar siapa pun. Beberapa minggu kemudian, ia menghilang tanpa jejak... Hina menggenggam lengan Arga erat. Ini persis seperti apa yang mereka alami, tapi dalam pandangan masyarakat kuno. Arga menoleh dengan mata melebar. "Apa maksudnya semua ini? Apa mungkin kita... terhubung dengannya?" Pustakawan tua itu menutup buku

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 8: Retakan bukan akhir, tapi awal perubahan, tempat cahaya baru bangkit.

    Semakin lama bersama Hina, Arga mulai mengalami kejadian yang tidak bisa dijelaskan. Bayangan dunia yang lain muncul dan menghilang begitu saja, seolah batas antara masa kini dan masa lalu semakin menipis. Saat mereka berjalan bersama di sebuah jalan setapak yang dipenuhi keramaian kota, tiba-tiba, jalanan di bawah kaki mereka berubah. Batu-batu besar menggantikan aspal yang sebelumnya ada. Kereta kuda melintas, orang-orang mengenakan pakaian dari abad ke-19. Arga terperangah, tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa, semuanya kembali seperti semula. Hina menggenggam lengannya erat. "Kamu lihat itu juga?" Hina bertanya dengan suara bergetar. Arga mengangguk, jantungnya berdetak kencang. "Apa yang baru saja terjadi?" Hina menggeleng, wajahnya menunjukkan ketakutan yang sama. "Aku juga tidak tahu... tapi ini bukan pertama kalinya." Suatu malam, Arga terbangun dengan tubuh basah oleh keringat dingin. Ia mendapati dirinya berada di sebuah kamar tua dengan perabotan kayu antik, cahay

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 7: Dunia masa kini dan masa lalu adalah 2 hal yang berbeda.

    Setelah keluar dari kafe, Arga dan Hina berjalan menyusuri trotoar kota yang mulai diterangi lampu-lampu jalan. Angin sore berembus lembut, menggoyangkan kelopak lili putih yang masih digenggam Hina. Hina tampak menikmati suasana sekitar. Dia berhenti sejenak, memperhatikan mobil-mobil yang melintas dengan penuh rasa ingin tahu. "Kau bilang ini disebut mobil?" tanyanya sambil menunjuk kendaraan yang lewat. Arga mengangguk. "Ya, kendaraan yang digunakan orang-orang untuk bepergian dengan cepat." Hina menyipitkan mata, lalu menghela napas. "Begitu banyak hal yang tidak kumengerti... Dunia ini terasa sangat asing, tapi anehnya, aku tidak merasa takut." Arga menoleh padanya. "Mungkin karena kau bukan hanya sekadar tersesat. Mungkin... ada sesuatu yang menghubungkanmu dengan tempat ini." Hina menggigit bibirnya. "Aku ingin mengingat, Arga. Aku benar-benar ingin mengingat segalanya. Tapi, setiap kali aku mencoba, rasanya seperti ada dinding tak terlihat yang menghalangi." Arga t

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 6: mimpi bukan hanya soal berhasil atau tidak.

    Arga: "Menurutku... mimpi itu bukan soal berhasil atau tidak. Yang penting adalah kita mencoba dan berusaha. Kalau gagal, setidaknya kita tahu sudah berusaha." Hina: tersenyum tipis "Jadi, mimpi apa yang ingin kamu coba wujudkan, Arga?" Arga: menatap lurus ke depan "Aku ingin membangun sesuatu yang bisa bertahan lama. Mungkin rumah, mungkin gedung... atau sesuatu yang lebih dari sekadar bangunan. Aku ingin meninggalkan sesuatu yang bisa diingat." Hina menoleh ke Arga dengan tatapan penuh perhatian. Angin sepoi-sepoi membuat helaian rambutnya sedikit berantakan, tapi ia tidak peduli. Hina: "Itu terdengar seperti mimpi yang indah." Arga: tersenyum "Kalau kamu sendiri? Apa mimpimu?" Hina: tertawa kecil "Aku?" lalu menatap lurus ke depan "Aku ingin hidup bebas. Tidak terikat oleh apa pun. Aku ingin bisa pergi ke mana saja, melihat dunia, dan merasakan setiap momen tanpa harus takut akan masa depan." Arga memperhatikan ekspresi Hina yang tampak serius. Ada sesuatu di matanya

  • TERLAHIR KEMBALI UNTUK MENGUBAH TAKDIR    Bab 5: semua yang kita lihat belum tentu benar.

    Pria tua itu memperhatikannya dengan seksama, lalu tersenyum tipis. "Kadang, beberapa benda memang membawa kenangan dari masa lalu. Jika kau merasa ada sesuatu dengan cermin ini, mungkin ada kisah yang menunggumu untuk mengungkapnya." Arga memasang wajah curiga pada pria tua itu, seperti menyembunyikan sesuatu, dia dari tadi memasang senyum serius dan selalu memperhatikan Arga dan Hina, mengabaikan pengunjung yang lain. Arga menatap Hina dengan cemas. "Kau mau pergi dari sini?" Hina masih menatap cermin itu, lalu akhirnya mengangguk. "Ya, aku rasa itu ide yang baik." Saat Arga dan Hina akan keluar, pria tua itu memegang pundak Arga dan menghentikannya. "Seorang pangeran akan terus mencari sang putri dan menepati janjinya." Seketika Arga menjadi cemas, melepaskan tangan pria tua itu dan berlari menyusul Hina. Saat mereka melangkah keluar dari toko, Arga menyadari sesuatu sejak mereka masuk ke toko itu, udara di sekeliling mereka terasa lebih dingin, dan ketika mereka keluar, ra

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status