Share

TERNYATA AKU YANG KEDUA
TERNYATA AKU YANG KEDUA
Penulis: Gavriel

1

Penulis: Gavriel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 13:01:41

“Udah dua tahun menikah, masa belum punya anak juga?” 

Leona langsung terdiam mendengar ujaran salah satu temannya. Dia selalu merasa tidak nyaman jika teman-temannya mulai membicarakan soal anak. 

“Masa kamu kalah sama Nina sih? Dia baru nikah bulan lalu, sekarang udah hamil loh.” 

“Bener. Bahkan Alia udah hamil anak ketiga. Kamu kapan, Leona?” 

Leona menelan ludah. Ia menggigit bagian dalam pipinya sembari berpikir bagaimana cara keluar dari pembicaraan yang tak ia sukai ini. 

“Aku—” 

“Denis kurang memuaskan di ranjang ya? Atau jangan-jangan, kamu mandul?”

Deg! 

Jantung Leona seolah mencelus mendengar pertanyaan yang lebih seperti tuduhan itu. 

“Mending kamu sama Denis periksa ke dokter aja deh, Na.” 

“Iya, betul. Soalnya kalau sama-sama subur, harusnya cepat dapat momongan.” 

Telinga Leona seakan berdenging mendengar suara teman-temannya yang semakin lama semakin tumpang tindih. Memberinya saran agar cepat mendapatkan anak. 

Tapi, bagaimana bisa hamil jika suaminya sendiri tak menginginkan hal yang sama? 

Leona sebenarnya sudah lama ingin punya anak. Bahkan di awal pernikahannya dengan Denis, Leona sudah mengutarakan keinginan tersebut pada suaminya. Hanya saja, Denis selalu memintanya untuk bersabar. 

Dua tahun sudah berlalu, dan Denis masih memintanya untuk sabar. 

Leona sudah tidak betah berada di perkumpulan itu. Niatnya untuk bersenang-senang berakhir dengan perasaan tak nyaman karena teman-temannya sibuk membicarakan soal perkembangan anak-anak mereka masing-masing. Leona merasa tersingkirkan, sebab hanya dirinya yang belum punya anak di antara semua temannya. 

Bukan sekali dua kali hal ini terjadi. Saat berkumpul bersama keluarga suaminya pun, Leona kerap mendengar pembicaraan serupa. 

Saat pulang ke rumah, Leona kembali membicarakan kegelisahannya pada suaminya yang tengah fokus pada layar laptop. 

"Mas, apa kita masih mau nunda punya momongan?" tanya Leona. 

Laki-laki itu mendongak, lantas menutup laptopnya dan menghampiri Leona yang duduk di atas ranjang.

"Kamu kan tahu aku masih harus membangkitkan perusahaan Papamu yang hampir bangkrut. Aku takut kalau kita punya anak sekarang, aku nggak bisa nemenin kamu.” 

Leona menghela napas pelan mendengar jawaban Denis.

“Sabar ya, sampai semuanya normal seperti dulu lagi. Nanti setelah itu, baru kita program punya anak. Sekarang juga aku masih sering keluar kota ninggalin kamu kan.”

Selalu itu yang Denis katakan. Usianya sudah menginjak 27 tahun, tapi Denis masih saja melarangnya untuk hamil. Dengan alasan perusahaan. 

Mereka menikah dua tahun lalu, almarhum ayah Leona lah yang meminta Denis menikahi putrinya, sebab Leona tidak memiliki keluarga lain. 

Leona tak paham soal bisnis, sehingga ia hanya diam di rumah setelah menikah dengan suaminya. 

"Tapi aku nggak nyaman Mas. Setiap kumpul sama keluargamu, semua adik Mas udah punya anak, sementara Mas anak tertua belum juga punya anak," kata Leona. “Belum lagi teman-temanku juga selalu menyindirku karena nggak kunjung hamil.”

Denis menghela napas dalam. “Tidak perlu dipikirkan. Yang penting kita berdua bahagia, iya kan?” 

Leona tak bisa membantah. Ia bahagia bersama Denis, tapi di sisi lain ia juga ingin merasakan menjadi seorang ibu. 

"Bukankah kita sudah sepakat, Na? Kita akan punya anak setelah usaha Papa kembali normal, atau minimal perusahaan tidak seperti saat ini lagi," kata Denis lagi.

Denis memang pandai menyakinkan Leona, wanita itu selalu saja luluh dengan semua ucapan suaminya. 

"Diminum ya pilnya." Denis memberikan pil KB yang ada di atas nakas. 

Setiap malam ia akan selalu memastikan wanita itu meminum obat tersebut.

Dengan malas, Leona menerima pemberian Denis. Sebelum akhirnya mereka tidur.

Paginya, Leona bangun dan meraba sisi ranjang mencari keberadaan suaminya. Namun, tidak mendapati siapa pun di sana. 

Pandangan Leona terarah pada sebuah koper yang biasa suaminya gunakan jika hendak pergi keluar kota.

Perasaan Leona tiba-tiba tak enak, jika sudah begini itu artinya Denis akan pergi. Padahal baru tiga hari yang lalu laki-laki itu kembali dari Surabaya untuk perjalanan bisnis. Namun, kali ini ia sudah harus pergi lagi. Entah berapa lama.

"Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Denis yang baru saja keluar dari kamar mandi. 

"Kamu udah mau pergi lagi, Mas?" Leona balik bertanya. Nada suaranya terdengar lesu.

Denis mendekat, pria itu mengecup pelipis Leona dengan sayang. "Ada panggilan darurat dari Malang, Leona. Aku harus ke sana, karena ada investor Jepang yang mau datang dan meninjau proyek di sana.” 

Leona terdiam. Saat hendak mengatakan sesuatu, Denis lebih dulu menyela.

“Kalau mereka deal dan jadi investor, aku bakal beliin tiket kamu liburan ke luar negeri," tawar Denis, membuat sebuah senyum menghiasi bibir Leona.

"Beneran, Mas? Janji kita bakal liburan?"

"Bukan kita. Tapi kamu aja. Kamu tahu aku nggak bisa libur, Leona."

Senyuman di bibir wanita cantik itu luruh seketika. Ia terduduk lesu dan hanya memperhatikan suaminya yang sedang bersiap. 

Selama menikah, Denis memang tidak pernah menuntut apapun darinya, laki-laki itu bertanggung jawab penuh untuk semua kebutuhan dan kemauan Leona. Hanya saja, jika soal anak dan pergi berdua, Denis selalu menolak, masih dengan alasan pekerjaan.

"Pakein dasiku, Leon." Denis memberikan dasi pada istrinya.

Meski masih kecewa, Leona tetap bangkit dan memasangkan dasi itu di leher suaminya. 

Denis selalu terlihat tampan di mata Leona. Baginya, pria itu adalah pahlawan yang menolongnya dari keterpurukan. Apalagi Denis orang kepercayaan sang ayah.

"Udah." 

Denis lantas melumat bibir Leona singkat. "Makasih sayang," ucapnya, yang langsung mengenakan jas.

"Kamu nggak sarapan dulu mas?"

Denis menggeleng. "Nanti sarapan di bandara aja." 

Leona mengikuti Denis yang sedang mengenakan sepatu. Setelahnya mereka berjalan beriringan menuju lantai satu. 

Rumah sebesar itu, hanya Denis dan Leona yang menempati, serta dua ART, satu sopir dan satu security. Tentu semua yang bekerja di sana adalah orang pilihan Denis.

“Mas berangkat ya.” 

Leona mengangguk dan mencium punggung tangan suaminya, sebelum pria itu berlalu masuk ke dalam mobil. 

Hanya lambaian tangan yang mengiringi kepergian Denis. Sebenarnya, ingin sekali Leona ikut kemana pun Denis pergi. Tapi suaminya itu selalu berhasil mencegah dengan berbagai alasan. 

Di sisi lain, di dalam mobil itu, Denis berkata kepada sopirnya. 

"Ingat, pantau ke mana pun Nyonya pergi. Jangan biarkan dia pergi sendiri." 

"Baik, Tuan."

Tangan Denis lantas terulur mengeluarkan ponsel dari dalam kopernya. Ponsel yang tidak Leona ketahui keberadaannya. 

Dengan cepat Denis kembali mengaktifkan ponsel itu, dan menghubungi seseorang yang akan dia temui. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu seseorang di seberang sana menjawab. 

Dan sebuah senyum terukir di bibir pria itu ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TERNYATA AKU YANG KEDUA   145

    Di sinilah Ferdy berada di ruang UGD. Pria tampan itu tengah di periksa dokter di dalam, dan setelah beberapa saat menunggu akhirnya sang dokter keluar juga.Leona menghampiri dokter itu lebih dulu dan bertanya pada sang dokter bagaimana keadaan suaminya. Tari dan Rendy mengikuti Leona dari belakang."Dok gimana keadaan suami saya" tanya Leona dengan wajah cemasnya.Dokter itu tersenyum dan menjawab pertanyaan Leona."Ibu tenang saja suami ibu tidak apa-apa hanya saja dia kekurangan asupan makanan dan membuat tubuhnya menjadi tak bertenaga. Apa sebelumnya suami ibu sering muntah" tanya sang dokter di akhir kalimat."Iya dok sejak saya hamil dia sering muntah di pagi hari dan suami saya juga gak nafsu makan dok" jawab Leona."Nah di situ kendalanya buk, suami ibu ini tengah mengalami yang namanya morning sikcnees setiap pagi atau nama lainnya sindrom couvade pada calon ayahnya, ini memang biasa terjadi buk di setiap pasangan yang

  • TERNYATA AKU YANG KEDUA   144

    Dua bulan kemudianPagi-pagi sekali suara muntahan pria tampan memenuhi kamar mandi, ia tengah memuntahkan isi perutnya yang sama sekali tak mengeluarkan apa-apa yang keluar hanyalah cairan bening dan kental. Siapa lagi kalau bukan Ferdy ya Ferdy tengah mengalami morning sickness atau bisa di sebut sindrom couvade, morning sickness seharusnya Leona yang mengalami kini berbanding balik Ferdy lah yang mengalaminya, dua Minggu sudah Ferdy tak masuk kerja di karnakan tubuhnya yang tak bertenaga dan nafsu makan pun berkurang.Ya Leona tengah hamil anak pertamanya, dan morning sickness itu Ferdy yang mengalami bukan Leona, awalnya memang baik-baik saja tetapi saat kandungan Leona memasuki 2 Minggu mual muntah selalu menghampiri Ferdy tiap pagi. Leona terkadang merasa khawatir akan kondisi Ferdy yang semakin lama semakin lemas tak bertenaga Leona pernah menyuruhnya untuk pergi ke rumah sakit agar di berikan beberapa vitamin atau semacam obat agar Ferdy bisa bertenaga lagi

  • TERNYATA AKU YANG KEDUA   143

    Ferdy mengemudi mobilnya dengan kecepatan sedang sembari tangannya mengelus puncak kepala sang istri, senyuman Ferdy tak pernah luntur sejak tadi pria tampan benar-benar sangat bahagia setelah dirinya menikahi wanita yang amat ia cintai, sebelum pulang. Leona meminta Ferdy mengantarkan dirinya ke makam sang ayah dan ibunya, wanita cantik itu merindukan orang tuanya, Ferdy dengan cepat mengiyakan ucapan sang istri.Sesampainya di pemakam, Ferdy dan Leona sama-sama turun dari mobil. Ferdy menggandeng tangan Leona menuju makam ayahnya yang bersebelahan dengan makam ibunya."Assalamualaikum Pah Mah "ucap Leona dan Ferdy yang saat ini sudah berada di tengah makam orang tuanya."Pah Mah, lihatlah Leona sekarang gak sendiri lagi. Leona udah ada yang jagain" ucap Leona pertama kali."Sekarang Papa sama Mama jangan sedih lagi liat Leona dari atas sana, Leona sekarang udah bahagia seperti yang pernah ayah bilang" ucap Leona dengan suara serak, Leona berusah

  • TERNYATA AKU YANG KEDUA   142

    Tangan lebar nan kasar itu kini berada di bukit kembar Leona, Ferdy merasakan bukit Leona yang masih terasa padat dan berisi, dan perlahan tapi pasti Ferdy meremas bukit kembar Leona dengan lembut hingga membuat Leona sedikit melenguh di sela-sela lumatan bibir mereka. Setelah di rasa Leona kehabisan patokan oksigen, barulah Ferdy melepaskan tautan bibirnya dari bibir Leona. Leona menghirup udara sebanyak-banyaknya seakan udara di kamar mandi tidak cukup untuk dirinya.Ferdy belum menghentikan aksinya, kini kepalanya berada di ceruk leher sang istri dan kembali membuat tanda kepemilikan di sana, padahal tanda semalam belum hilang dan sekarang Ferdy memberikannya lagi.Leona menutup matanya merasakan Ferdy yang menghisap lehernya sedikit kuat dan itu membuat Leona meleguh karnanya apa lagi di tambah sensasi yang di berikan Ferdy yaitu meremas salah satu bukit kembar Leona."Ah Mas hentikan sudah cukup gumam Leona sambil menahan sesuatu yang bergej

  • TERNYATA AKU YANG KEDUA   141

    Leona melebarkan matanya melihat pusaka Ferdy yang besar dan sedikit panjang.Leona meringis sendiri dalam hatinya. Apakah muat punya Ferdy masuk ke goa kenikmatannya, ah rasanya pasti menyakitkan tapi enak batin Leona.Perlahan Ferdy memposisikan tubuhnya di tengah-tengah paha Leona, "Kamu siap sayang?" tanya Ferdy.Leona mengangguk sebagai jawaban.Melihat anggukan sang istri. Pria tampan itu mulai meluruskan posisinya, dan perlahan tapi pasti pusaka yang sudah berdiri tegak itu mulai memasuki goa surganya."Gak usah di tutup matanya, ga usah malu. Teriak aja sayang, mendesah aja yah gak bakalan ada yang dengar kamar ini kedap suara kamu bisa teriak sekerasnya" ucap Ferdy.Sebelum melakukannya lagi Ferdy melumat bibir Leona, ia juga mulai memasukkan Pusakanya di goa kenikmatan istrinya kali ini Ferdy tidak pelan-pelan lagi, melainkan sekaligus sebab dirinya sudah penuhi oleh nafsu yang tertahan."Aahhh Mas enak banget"ucap

  • TERNYATA AKU YANG KEDUA   140

    Ragu-ragu Leona mengangguk kecil, melihat anggukan sang istri. Ferdy mendekati Leona dan menyuruh istrinya itu membalikkan tubuh.Leona berbalik dengan wajahnya menghadap cermin wastafel sembari memandang Ferdy yang mulai membuka perlahan resleting gaun nya.Jantung Leona saat ini tidak sedang baik-baik saja, ia merasakan detak jantung yang begitu cepat serta keringat dingin di telapak tangannya, Leona benar-benar sangat gugup, apa lagi saat melihat Ferdy yang sudah melepaskan resleting gaun dan menatap punggungnya yang putih bersih tanpa noda."Putih banget kulit kamu sayang" ucap Ferdy pelan.Leona tersenyum malu mendengar perkataan sang suami.Ferdy mulai membuka gaun yang tak berlengan itu. Cara Ferdy membukanya yaitu dengan menurunkan gaun tersebut ke bawah tetapi sebelum melakukannya Leona menahan tangan Ferdy agar tak meneruskan membuka gaun tersebut."Kenapa sayang?" tanya Ferdy yang bingung."Kamu mau ngapain" tanya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status