Share

Terkejut

last update Last Updated: 2022-10-03 18:46:39

TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#7

 

POV Author.

 

"Loh, kenapa kamu juga ngusir aku? Aku ini istrimu," ujar Tari.

 

"Ya, terserah kamu saja, mau ikut ibumu silahkan," jawab Morgan.

 

"Sudah, kamu di sini saja, paling juga Morgan itu cuma beberapa hari lagi di Indonesia. Atau gak, besok dia udah balik lagi ke negara tetangga. Jadi, kita bisa leluasa kayak biasanya," bisik Bu Darmi pada telinga Tari, senyum Tari pun mengambang.

 

"Ya, sudah. Kami akan pulang," ucap Bu Darmi, dia pikir bisa mengelabui Morgan untuk sesaat.

 

"Bu, kenapa sih, kita harus pulang. Seharusnya kita itu tetap bertahan, kalau seperti ini sama saja ibu merendahkan harga diri ibu, karena mau-maunya diusir sama menantu sendiri," cetus Nasya dan ibunya mencubit pinggangnya.

 

"Loh, kenapa malah aku dicubit?"

 

"Kamu itu gak tau apa-apa, nanti juga kita bisa balik lagi ke sini," bisik ibunya memberi kode dengan mengedipkan kedua matanya.

 

"Ya, iya. Ibu pulang saja ke rumah, aku akan tetap di sini," ujar Tari sebelah matanya berkedip pada ibunya, mereka saling melempar senyum seakan ada rencana yang tersusun meski tanpa diskusi.

 

"Baguslah, kalau begitu mari masuk," ucap Morgan.

 

Tari mengangkat sebelah bibirnya, miring. Ia pikir bisa mempermainkan Morgan, toh, Morgan tak akan lama di Indonesia pikirnya.

 

"Mau ke mana, kamu?" tanya Morgan.

 

"Ke kamar kita, lah," jawab Tari.

 

"Kamar itu sudah ku kosongkan, beserta kamar yang lain. Aku akan tidur di kamar ibu sementara kamu akan tidur di kamar belakang," ucap Morgan sembari duduk di atas sofa.

 

"Yang benar saja, itu bukannya kamar untuk pembantu. Kamar itu sudah lama tidak di huni, pasti berdebu dan kotor," sergah Tari.

 

"Itu sudah tugasmu untuk membersihkannya, lagian kenapa dulu pembantu kamu pecat. Apa karena ada tangan ibuku yang membersihkan rumah ini sehingga kamu memecat pembantu dan menghambakan ibuku?" tanya Morgan menatap tajam pada Tari.

 

"Baju-bajumu sudah kuletakkan di kamar itu, jadi tinggal kamu bereskan saja," tutur Morgan.

 

"O, iya. Setelah itu kamu harus memasak, dan jangan lupa buatkan ibuku teh hangat," titah Morgan.

 

"Aku ini istrimu, bukan pembantumu."

 

"Sama halnya dengan ibuku, dia itu mertuamu bukan pembantumu. Tapi kenapa kamu perlakukan ibuku seperti pembantu?" tanya Morgan.

 

"A-a ...."

 

"A-a, apa? Kamu mau menyangkal?"

 

"His ... Ya, aku akan tidur di kamar pembantu." Tari terpaksa mengalah.

 

_________________________

 

"Bu, ibu tahu, Morgan memindahkan barang-barangku ke kamar pembantu. Dia benar-benar keterlaluan, sepertinya dia ingin menyiksaku," ucap Tari merutuk dalam sambungan telepon.

 

"Wah, benar-benar dia. Awas saja jika dia kembali ke negara tetangga, kita akan buat ibunya lebih menderita lagi. Semua ini pasti karena mertuamu yang menyusahkan itu," ujar Bu Darmi menyahut dari seberang telepon.

 

"Aku juga yakin, Bu. Pasti mertuaku itu mengadu yang bukan-bukan. Sia-lan! Akan kuberi pelajaran nanti pada wanita tua itu," ucap Tari kesal.

 

"Mana perhiasan ibu satu-satunya sudah di jual, pokoknya kamu harus bisa memeras Morgan lebih banyak lagi agar bisa mengganti emas ibu yang sudah terjual. Lagian sih, kamu sudah ibu peringatkan, uang itu sesekali dibeliin ke perhiasan biar bisa dijual kalau gak ada uang, kamu malah bilang investasi ke wajah, investasi ke wajah," kesal ibunya.

 

"Ya, aku juga gak nyangka kejadiannya bakalan seperti ini. Kukira Morgan gak akan tahu sampai sejauh ini, dan kukira wanita tua itu tak pandai mengadu. Rupanya dia diam-diam malah mengadukan semuanya pada Morgan, wanita tua itu memang sangat menyusahkan. Selain penyakitan, dia juga bikin hidup kita si-al!" 

 

"Pokoknya, beberapa hari ini kamu pura-pura saja bersikap baik pada wanita tua itu di depan Morgan. Biar Morgan luluh dan mau menerima ibu serta adikmu lagi di rumah kalian, ibu yakin Morgan hanya marah sebentar," ucap ibunya menghasut Tari.

 

"Ya, aku akan lakuin seperti biasa, Bu."

 

_______________________

 

"Mbak Nani, apa besok bisa datang ke Jakarta? Ibuku butuh teman di rumah," ucap Morgan menelpon sepupunya yang ada di kampung.

 

"Bukannya ada istrimu, yang katamu baik dan sayang pada ibumu," ujar Nani.

 

"Ya, itu dia mbak, ternyata selama ini aku salah. Tari selama ini memperlakukan ibuku dengan buruk." Dan bla-bla-bla. Morgan menceritakan semua kejadiannya pada Nani.

 

"Kenapa tidak kamu talak langsung saja, aku yang mendengarnya saja ikut geram dengan kelakuan istrimu." Spontan Nani berujar seperti itu.

 

"Bukan aku tidak mau, mbak. Setelah aku cermati keluarga itu sepertinya akal mereka picik, tidak menutup kemungkinan mereka akan meminta hak, harta gono-gini jika aku mentalaknya tanpa pikir panjang. Aku harus merubah surat-surat rumah atas nama ibu dahulu, barulah aku bisa bertindak," sahut Morgan.

 

"Kamu mengerti, kan, apa maksudku mbak," sambung Morgan.

 

"Ya, aku mengerti apa maksudmu, kamu tenang saja, aku pasti datang. Kupastikan perempuan itu tak akan bisa menyakiti bibi lagi," ucap Nani.

 

"Aku ingin memberi pelajaran padanya, mbak. Biarkan dia pergi sendiri dari rumah ini karena tidak tahan, mbak bisa membantuku, kan?" tanya Morgan.

 

Nani menyeringai. "Kamu jangan khawatir, kalau masalah membuat orang tidak betah, Nani jagonya," ujar Nani.

 

________________________________

 

Tari menatap Morgan penuh selidik, matanya memindai pria tinggi dan tampan itu. Ia memperhatikan gerak-gerik Morgan setiap saat, pikirannya berlari kesana-kemari, kenapa Morgan tidak ada tanda-tanda juga untuk mengemasi pakaiannya dan kembali pergi bekerja ke negara tetangga.

 

Dilihatnya Morgan hanya leha-leha, ingin bertanya ia enggan karena tidak ingin rencananya sampai bocor ke telinga Morgan. Namun, rasa keponya lebih besar untuk menanyakan hal itu pada Morgan. Ia pun perlahan mendekati Morgan berniat untuk menanyakan kapan Morgan akan pergi.

 

"Mas, apa aku perlu mengemasi pakaianmu? Sudah dua hari kamu di Indonesia, apa kamu tidak kembali bekerja?" tanya Tari.

 

Morgan membidik Mata Tari, ia sudah menduga pasti Tari akan menunggu-nunggu kepergiannya. Tapi, Morgan tidak sebo-doh itu, ia juga sudah menyusun sebuah rencana untuk Tari.

 

"Kenapa? Apa penting bagimu?" tanya Morgan.

 

"Ya, kan, aku istrimu. Jadi, wajar dong, aku bertanya," ucap Tari.

 

"Apa kamu berharap mendapat transferan lagi dariku dengan mengatasnamakan nama ibuku?" tanya Morgan.

 

"Ih, kamu kenapa berpikiran seperti itu. Aku gak kayak gitulah." Tari beralasan.

 

"Lalu?"

 

"Ya, aku hanya ingin bertanya saja."

 

"Sudah? Itu saja yang ingin kamu tanyakan? Kamu tau tugas kamu pagi-pagi itu apa? Membereskan rumah dan memasak," ucap Morgan.

 

"Loh, kenapa harus aku yang berberes?"

 

"Karena kamu yang sudah memecat pembantu, lalu kamu berharap aku yang akan membereskan rumah, begitu? Apa kamu pikir kamu itu ratu, yang semua kemauanmu harus kuturutkan? Apa kamu pikir aku babu dan mesin ATM-mu yang bisa kamu manfaatkan? Jangan pernah berharap aku akan melupakan semua perbuatanmu kepada ibuku," terang Morgan membuat Tari terdiam.

 

______________________

 

"Ibu, bagaimana keadaan ibu sekarang? Apa masih ada yang sakit?" tanya Morgan.

 

"Ibu sudah mulai membaik, kamu kenapa masih di sini? Apa kamu tidak kembali bekerja?" tanya ibunya.

 

"Morgan sudah mengirim surat permohonan agar bisa pindah bekerja ke kantor pusat yang berada di sini, Morgan tidak yakin jika harus meninggalkan ibu lagi di sini. Morgan, akan menetap di Indonesia sekarang sembari mengurus ibu," ujar Morgan.

 

"Apa kamu yakin?"

 

"Yakin, Bu. Meskipun gajinya tidak sebesar di negara tetangga." Tari membekap mulutnya sembari melotot, percakapan yang baru saja ia dengar dengan kupingnya sendiri berhasil membuatnya menjadi panik.

 

"Bagaimana ini? Jika seperti ini pasti aku tidak akan bisa lagi membawa keluargaku kembali ke rumah ini, dan keuangan pasti akan dikelola oleh Morgan." Tenaga Tari serasa menghilang, tubunya lemah saat mendengar Morgan akan menetap di Indonesia.

 

"Ya, aku tau kamu sedang menguping Tari." Morgan menarik senyuman saat bathinya mulai bergumam.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
ulva estiani
lagi seru nya baca ternyata hrs buka kunci
goodnovel comment avatar
nurdianis
tari ke panasan ...
goodnovel comment avatar
Desa Kroya
makin penasaran ajjaini buat bacaya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN   Bab30

    TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#30POV Author."Ibu! Bisa-bisanya ibu lebih mentingin uang daripada membelaku. Aku sampai ditampar tiga kali tapi ibu diam saja." Tari merampas uang yang ada di tangan ibunya di. Enak saja, ia yang sakit tapi ibunya yang menikmati."Balikin dong, Tar. Gak papa cuma sesekali doang, yang penting kita punya banyak uang. Kita bisa jalan-jalan, shoping dan ke salon, udah lama kan, kita mangkrak di rumah. Mending kita ke luar, lagian uang pinjaman dari bank juga masih banyak. Kita bisa happy-happy beberapa Minggu ini," ucap Bu Darmi sumringah membayangkan akan pergi kesana-kemari."Ya, tentu saja! Akan kubuat Morgan menyesal karena telah menceraikanku, ditambah dengan kejadian hari ini. Rasanya aku tidak terima!" Decak Tari, pipinya masih terasa kebas._____________________Beberapa hari dirawat Nasya akhirnya dibolehkan pulang, Nani pun turut serta menjaganya sampai-sampai ia rela meninggalkan empangnya pada Arif. Arif memang asisten kepercayaannya, tak pern

  • TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN   Bab29

    TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#29POV Morgan."Ya, Allah! Kasian sekali anak itu." Aku melihat raut kesedihan dari wajah ibu, apalagi sekarang Nasya tengah tergelak di ruang UGD. Mungkin sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi, ia sekarang sedang pingsan dan aku khawatir jika dia sadar nanti dia akan syok juga trauma.Memang, aku tidak terlalu perduli dengannya. Meskipun aku tahu dia sudah berubah, karena aku tetap harus waspada pada gerak-geriknya, bisa saja kan, dia hanya berpura-pura? Tapi, saat melihat keadaannya seperti sekarang aku sangat yakin kalau gadis di dalam ruangan sana itu memang sudah berubah."Morgan, cepat urus biaya administrasinya," ucap ibu. Aku manut dan segera menuju ke lobby untuk mengurus biaya administrasi.Saat di lobby suara dering ponseku berbunyi, tertera nama mbak Nani di sana."Morgan, apa mbak harus ke sana sekarang?" tanya mbak Nani cemas."Tidak perlu, mbak. Setelah Nasya siuman aku dan ibu akan mengantarnya ke kampung, aku akan

  • TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN   Bab29

    TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#29 POV Morgan. "Ya, Allah! Kasian sekali anak itu." Aku melihat raut kesedihan dari wajah ibu, apalagi sekarang Nasya tengah tergelak di ruang UGD. Mungkin sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi, ia sekarang sedang pingsan dan aku khawatir jika dia sadar nanti dia akan syok juga trauma. Memang, aku tidak terlalu perduli dengannya. Meskipun aku tahu dia sudah berubah, karena aku tetap harus waspada pada gerak-geriknya, bisa saja kan, dia hanya berpura-pura? Tapi, saat melihat keadaannya seperti sekarang aku sangat yakin kalau gadis di dalam ruangan sana itu memang sudah berubah. "Morgan, cepat urus biaya administrasinya," ucap ibu. Aku manut dan segera menuju ke lobby untuk mengurus biaya administrasi. Saat di lobby suara dering ponseku berbunyi, tertera nama mbak Nani di sana. "Morgan, apa mbak harus ke sana sekarang?" tanya mbak Nani cemas. "Tidak perlu, mbak. Setelah Nasya siuman aku dan ibu akan mengantarnya ke kampung, ak

  • TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN   Bab28

    TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN28.POV Author."Beraninya anak itu mempermalukan ibu di depan Bu Halimah dan Morgan. Harga diri ibu terasa terhina sekarang!" Bu Darmi merutuk kesal."Sepertinya kita harus memberi dia pelajaran, Bu. Agar dia bisa kembali berpihak pada kita, jika seperti ini maka Morgan dan Bu Halimah akan merasa lebih kuat. Apalagi Nasya tau semua dengan rencana kita," sahut Tari."Sulit sekali menyingkirkan wanita tua itu, dialah satu-satunya penghalang buat kita." Bu Darmi menaikkan satu alisnya, berpikir rencana apa yang harus ia lakukan untuk menyingkirkan Bu Halimah. Dadanya masih belum puas karena belum bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan."Mana rumah itu sudah memakai cctv, kita udah gak bisa bergerak bebas lagi, Bu. Pasti apa yang kita lakukan akan terekam di dalam alat pengintai mini itu." Tari mendengkus, nafasnya terasa memburu."Jalan satu-satunya kita harus menghasut Nasya, karena sekarang mereka sudah mulai mempercayai Nasya. Kalau Nasya bisa kita r

  • TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN   Bab27

    TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#27POV author."Beraninya kamu mencekal tangan ibumu sendiri, ha?!" Bu Darmi berteriak menepis cekalan Nasya dan menyentaknya kasar."Aku harus berani, demi sebuah kebenaran," sahut Nasya menantang."Tau apa kamu dengan kebenaran? Memangnya kamu Tuhan?" tanya Tari."Setidaknya aku tau betapa busuknya ibu dan Kak Tari, betapa jahatnya kalian selama ini. Aku tau kalian dari luar hingga dalamnya, kalian itu tidak lebih seperti bina-tang yang mengkhianati majikannya sendiri," tutur Nasya membuat dada Bu Darmi terhenyak."Kurang ajar kamu, kenapa tiba-tiba kamu membela wanit tua in? Oh ... Atau jangan-jangan sekarang kamu mulai bermuka dua, iya?!" tanya Bu Darmi melotot."Aku tidak membela, aku hanya berada dipihak yang seharusnya, orang baik seperti Bu Halimah tidak pantas mendapat perlakuan buruk dari orang-orang tak tahu terimakasih seperti kalian berdua," ujar Nasya, Bu Darmi sangat murka mendengar ucapan anak yang telah ia lahirkan itu."Seharusnya kamu

  • TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN   Bab26

    TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#26POV Author."Siapa yang cari muka? Kalau tidak tau masalahnya jangan mengada-ada!" Nasya sedikit kesal dengan omongan Arif, kenal enggak, tapi sudah menjudge-nya yang tidak-tidak."Baru masuk kerja sudah dapat tempat yang enak, apalagi kalau kamu itu gak suka cari muka?" tanyanya ketus."Kamu itu sudah menikah bukan? Ngapain kamu datang ke mari? Bukannya di Jakarta itu banyak pekerjaan? Apalagi wanita bersuami sepertimu, ngapain harus capek-capek kerja, ke kampung pula! Kamu sengaja bukan, ingin menyingkirkanku?" Arif mencetus tanpa berpikir dulu."M-menikah? Mbak Nani bilang seperti itu? Dan siapa juga yang ingin menyingkirkanmu, memang apa urusanku denganmu. Kenal saja baru, lantas apa sebabnya jika aku ingin menyingkirkanmu?" tanya Nasya, sedikit terkejut."Ya, dia juga bilang kalau kamu sedang hamil. Maka dari itu kamu diperlakukan sangat spesial bukan? Tapi, yang namanya pekerjaan tetaplah pekerjaan. Mau kamu hamil atau tidak, jangan kamu jadika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status