TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN28.POV Author."Beraninya anak itu mempermalukan ibu di depan Bu Halimah dan Morgan. Harga diri ibu terasa terhina sekarang!" Bu Darmi merutuk kesal."Sepertinya kita harus memberi dia pelajaran, Bu. Agar dia bisa kembali berpihak pada kita, jika seperti ini maka Morgan dan Bu Halimah akan merasa lebih kuat. Apalagi Nasya tau semua dengan rencana kita," sahut Tari."Sulit sekali menyingkirkan wanita tua itu, dialah satu-satunya penghalang buat kita." Bu Darmi menaikkan satu alisnya, berpikir rencana apa yang harus ia lakukan untuk menyingkirkan Bu Halimah. Dadanya masih belum puas karena belum bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan."Mana rumah itu sudah memakai cctv, kita udah gak bisa bergerak bebas lagi, Bu. Pasti apa yang kita lakukan akan terekam di dalam alat pengintai mini itu." Tari mendengkus, nafasnya terasa memburu."Jalan satu-satunya kita harus menghasut Nasya, karena sekarang mereka sudah mulai mempercayai Nasya. Kalau Nasya bisa kita r
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#29 POV Morgan. "Ya, Allah! Kasian sekali anak itu." Aku melihat raut kesedihan dari wajah ibu, apalagi sekarang Nasya tengah tergelak di ruang UGD. Mungkin sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi, ia sekarang sedang pingsan dan aku khawatir jika dia sadar nanti dia akan syok juga trauma. Memang, aku tidak terlalu perduli dengannya. Meskipun aku tahu dia sudah berubah, karena aku tetap harus waspada pada gerak-geriknya, bisa saja kan, dia hanya berpura-pura? Tapi, saat melihat keadaannya seperti sekarang aku sangat yakin kalau gadis di dalam ruangan sana itu memang sudah berubah. "Morgan, cepat urus biaya administrasinya," ucap ibu. Aku manut dan segera menuju ke lobby untuk mengurus biaya administrasi. Saat di lobby suara dering ponseku berbunyi, tertera nama mbak Nani di sana. "Morgan, apa mbak harus ke sana sekarang?" tanya mbak Nani cemas. "Tidak perlu, mbak. Setelah Nasya siuman aku dan ibu akan mengantarnya ke kampung, ak
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#29POV Morgan."Ya, Allah! Kasian sekali anak itu." Aku melihat raut kesedihan dari wajah ibu, apalagi sekarang Nasya tengah tergelak di ruang UGD. Mungkin sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi, ia sekarang sedang pingsan dan aku khawatir jika dia sadar nanti dia akan syok juga trauma.Memang, aku tidak terlalu perduli dengannya. Meskipun aku tahu dia sudah berubah, karena aku tetap harus waspada pada gerak-geriknya, bisa saja kan, dia hanya berpura-pura? Tapi, saat melihat keadaannya seperti sekarang aku sangat yakin kalau gadis di dalam ruangan sana itu memang sudah berubah."Morgan, cepat urus biaya administrasinya," ucap ibu. Aku manut dan segera menuju ke lobby untuk mengurus biaya administrasi.Saat di lobby suara dering ponseku berbunyi, tertera nama mbak Nani di sana."Morgan, apa mbak harus ke sana sekarang?" tanya mbak Nani cemas."Tidak perlu, mbak. Setelah Nasya siuman aku dan ibu akan mengantarnya ke kampung, aku akan
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#30POV Author."Ibu! Bisa-bisanya ibu lebih mentingin uang daripada membelaku. Aku sampai ditampar tiga kali tapi ibu diam saja." Tari merampas uang yang ada di tangan ibunya di. Enak saja, ia yang sakit tapi ibunya yang menikmati."Balikin dong, Tar. Gak papa cuma sesekali doang, yang penting kita punya banyak uang. Kita bisa jalan-jalan, shoping dan ke salon, udah lama kan, kita mangkrak di rumah. Mending kita ke luar, lagian uang pinjaman dari bank juga masih banyak. Kita bisa happy-happy beberapa Minggu ini," ucap Bu Darmi sumringah membayangkan akan pergi kesana-kemari."Ya, tentu saja! Akan kubuat Morgan menyesal karena telah menceraikanku, ditambah dengan kejadian hari ini. Rasanya aku tidak terima!" Decak Tari, pipinya masih terasa kebas._____________________Beberapa hari dirawat Nasya akhirnya dibolehkan pulang, Nani pun turut serta menjaganya sampai-sampai ia rela meninggalkan empangnya pada Arif. Arif memang asisten kepercayaannya, tak pern
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN.Sebelumnya jangan lupa bantu like, komen dan subcribe cerita ini. Terimakasih.Happy reading🍔🍔🍔[Mas, jadi kapan mau transfer uang buat liburan. Ibu kamu ngeluh terus nih, katanya bosen di rumah.] Aku membaca sebuah pesan yang dikirim oleh Tari, senyum pun mulai mengembang dari sudut bibir ini. Melihat istriku yang begitu perhatian pada ibuku.Aku bekerja di sebuah perusahaan cabang yang terletak di negeri tetangga, di mana aku tak bisa untuk terus berkumpul dan menemani keluargaku. Bahkan, aku sangat bersyukur saat bisa menitipkan ibu tinggal bersama istri di rumah yang kubeli dengan hasil jerih payahku selama bekerja menjadi seorang manager.Kendati demikian, ada mertua dan dua adik iparku juga di sana. Kabar dari cerita yang sering istriku lontarkan, bahwa mereka sangat menjaga ibuku dengan baik.[Sudah mas transfer sayang, semoga liburan kalian menyenangkan. Oh iya, nanti setelah sampai jangan lupa Vidio call ya, mas ingin melihat ibu,] balasku.
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN.#2Sebelumnya, jangan lupa like, komen, dan subscribe cerita ini biar author tambah semangat untuk up bab terbaru.Happy reading.🍔🍔🍔🍔"Andi, tolong bantu aku buat nyari tiket untuk pulang ke indo yang bisa berangkat hari ini juga, aku akan minta izin pada bos untuk cuti beberapa hari," ucapku pada Andi teman seperjuanganku."Kenapa? Kok, dadakan. Biasa kalau mau cari tiket yang cepet sih, gampang. Tapi, harganya bisa dua kali lipat lebih mahal," sahut Andi."Gak papa, soalnya ini keadaannya mendesak. Ibuku masuk rumah sakit, Ndi." Aku berujar, air bening sudah memupuk di sudut pelupuk. "Oh oke, aku punya temen agensi travel. Kayaknya bisa minta bantuin dia deh," ujar Andi"Kalau bisa aku mau berangkat lewat jalur udara, biar lebih cepat sampai ke indo," ucapku."Oke, akan aku usahain pesan tiket lewat online biar kamu bisa segera berangkat hari ini juga," ucap Andi._____________________________Sebelum berangkat ada beberapa surat yang harus kuuru
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#3POV Tari."Bagaimana, Tar? Apa Morgan akan mentransfer uang lagi ke, kamu?" tanya ibuku."Tentu saja, dengan mengandalkan nama mertuaku pasti dengan mudah dong, buat dapetin uang dari mas Morgan," jawabku sembari tersenyum, kembali meneguk minuman yang ada di dalam gelas."Coba tanya lagi, apa sudah dikirim oleh Morgan uangnya," ucap ibu.Dengan semangat aku mengirim pesan lagi kepada mas Morgan, lagian pasti dia sudah mengirim uangnya. Apalagi jika menyangkut tentang ibunya, pasti dia akan secepat mungkin mengirimkan uang yang aku butuhkan.[Gimana mas, apa uangnya sudah kamu transfer?] Aku mengklik pesan itu lalu mengirimnya pada mas Morgan.Terlihat centang biru dua di aplikasi chatku, itu berarti mas Morgan sudah membacanya.[Iya. Ini jaringan sedang susah,] balasnya dan aku hanya mengernyitkan dahi."Gimana?" tanya adikku Nasya."Belum masuk, katanya jaringan susah.""Terus gimana dong, tadi kan, kakak janji mau beliin kami sepatu dan baju baru,"
TERNYATA IBUKU TAK IKUT LIBURAN#4Sebelumnya jangan lupa like, komen dan subcribe agar author tambah semangat saat up bab terbaru.Happy reading🍔🍔🍔POV author."Bagaimana ini, kita balik ke hotel menggunakan apa?" tanya ibunya Tari, Darmi, sembari berkacak pinggang dengan nafas ngos-ngosan."Iya. Mana baju basah, bau sambel sama sabun lagi." Nasya mengibas-ngibaskan bajunya."Ya, terpaksa jalan kaki. Lagian ini sudah malam banget, kita gak bisa berbuat apa-apa," ucap Tari."Ha, jalan kaki. Dari sini ke hotel itu lumayan jauh Lo, hampir satu kilo meter," ucap Reihan membelalakkan matanya."Terus kamu mau naik apa? Memangnya kamu punya uang, aku saja sudah bokek sekarang. Mau bayar pake apa kalau naik taksi, pake bulu hidungmu?" tanya Tari bengis."Sudah, jangan banyak cincong. Kalau gak mau jalan kaki tidur saja di sini sampai besok, biar diseret lagi sama scurity tempat ini," ujar Tari menepiskan tangannya.Terpaksa satu keluarga itu pulang ke hotel dengan berjalan kaki, di tengah