"Hu'um. Aku tadi habis …-" ucapan Rachel berhenti saat menyadari sosok lain dalam mobil suaminya. Ada seorang pemuda duduk di bangku belakang. Rachel menoleh syok dan horor pada pria itu. "Hai …." "Kau!"Pria itu menyapa sedangkan Rachel terlihat panik dan juga kaget secara bersamaan. Dia menatap lamat wajah pemuda tersebut kemudian menatap baju kaos yang pemuda tersebut kenakan. Itu baju yang Rachel jual tadi. Lalu Rachel menatap suaminya, melogo dengan air muka yang masih kaget. "Dia siapa, Bang-- Mas?" tanya Rachel dengan wajah kaku dan air muka konyol. "Anak kita," jawab Kaivan dengan santai, membuat Rachel memekik kaget. "What?!"***Sampainya di rumah mewah milik Kaivan, dia menyuruh istrinya dan juga seseorang yang spesial dalam mobilnya tadi untuk ke ruangannya. Setalah keduanya di ruangan Kaivan, pria itu langsung menjelaskan siapa pemuda tadi. Dia juga mengenalkan keduanya. "Ichi, ini Jake Aleron Kendall. Dia akan menjadi putra kita." Kaivan berucap datar, tanpa men
"Sepupu Mas mengambil uang yang Mas berikan tadi pagi padaku. Uangku tertinggal semua di sini, jadi aku tidak punya uang selain itu. Tapi dia sudah mengambil semuanya. Aku tidak mungkin meminta uang pada Pak Hansel. Trus aku ke grosir dan mengambil beberapa baju untuk aku jual, supaya bisa bayar hutang Poto copy dan ongkos pulang," sungut Rachel, menundukkan kepala dengan melirik takut-takut pada suaminya. "Humm." Kaivan berdehem pelan. "Pergi dan beristirahatlah," tambahnya dengan aura yang sudah berubah mengerikan. Rachel mengangguk patuh, memilih beranjak dari sana sembari berjalan dengan langkah lesu dan murung. Dia merasa jika Kaivan tidak berpihak padanya. Tentu saja! Rachel kesannya mengadu domba suaminya dengan keluarga suaminya sendiri. Ketika diambang pintu, Rachel tiba-tiba berhenti. Dia menoleh ke arah Kaivan. "Itu …-"Kaivan tiba-tiba menoleh padanya, membuat Rachel cukup takut dan kaget juga. Namun, dia ingin mengatakan sesuatu. Jadi dia tetap bertahan di sana. Hanya
"Maksudmu mengadu domba, apa?" Kaivan melipat tangan di dada, menatap dingin ke arah Rachel dan itu membuat Rachel semakin tak nyaman di tempatnya. Rachel memilih mematikan laptop, menghadap seluruhnya ke arah suaminya yang masih duduk di atas meja belajar Rachel. "Aku tidak ingin Mas mengiraku mengadu domba antara Mas dan Nenek Mas. Yang tadi ku katakan di ruangan Mas, itu semuanya sesuai apa yang kurasakan. Dan jika Mas Kaivan tidak percaya padaku, itu hak Mas." Xena menjelaskan dengan nada pelan dan murung, takut-takut menatap Kaivan karena tatapan tajam pria itu yang menghunus dari balik topengnya. Melihat Kaivan hanya diam, Rachel memilih menundukkan kepala. Dia semakin sedih -- meremas tangannya sendiri, takut Kaivan memarahinya. Namun yang terjadi tak seburuk yang Rachel bayangkan. Tiba-tiba saja Kaivan mengulurkan tangan, mengangkat dagu Rachel kemudian ….Bibir pria itu-- yang tak tertutup topeng-- menempel di bibir Rachel. Deg deg deg deg Jantung Rachel tak terbendung,
"Mama ada di fakultas mana?"Rachel berhenti melangkah, langsung menoleh ke arah Jake dengan air muka malas dan tatapan sayup -- benar-benar menahan diri untuk tak meledak pada pria bertubuh besar dan lebih tinggi darinya ini. "Jangan panggil aku Mama. Aku Rachel, Rachel Queensha. Paham?!" jelas Rachel kesal sembari melotot horor pada Jake. Jake menganggukkan kepala. "Aku paham, Mama." "Argkkkk!!" Rachel menggeram tertahan, menengadah dengan wajah memerah padam. "Tsaaaaahhhh …," teriaknya kemudian -- memasang kuda-kuda ketika Ultraman mengeluarkan jurus handalannya. Jake menyengir lebar, pria dengan wajah lempeng bercampur dingin tersebut malah merasa gelik dengan tingkah Mama barunya ini. Ah, Papanya tak salah pilih. Mama barunya ini sangat lucu dan absurd-nya sangat menghibur. Natural! "Jangan panggil aku Mama!" geram Rachel mendekat ke arah Jake, melotot horor sembari menatap kesal pada Jake. "Papa bilang aku harus memanggil Mama baru dengan sebutan Mama," jawab Jake dengan
"Mama baru, tenangkan dirimu."Mereka terus ribut, hingga tiba-tiba Kaivan datang -- tiba-tiba pulang dari kantor walau ini belum jam pulang bekerja. Wajah pria itu marah dan bercampur dingin, maniknya menggelap dan matanya sangat tajam dari balik topengnya tersebut. "Ada keributan apa ini?" Suara dingin Kaivan mengalun, menciptakan keheningan di ruangan tersebut. Rachel dan Jake langsung menundukkan kepala, takut jika mereka dimarahi oleh Kaivan. Namun, berbeda dengan Parah dan juga Evelyn. Keduanya langsung mendekati Kaivan, masing-masing dari mereka memeluk lengan Kaivan dan mulai mengeluarkan sandiwara juga. "Sayang, Nenek datang kemari untuk berkunjung. Tapi istri gembel kamu ini sangat tak sopan pada Nenek. Dia memaki-maki Nenek dan juga berani menyebut Nenek binatang. Setelah perusahaan Papa kamu resmi jadi milik kamu, Nenek mohon kamu ceraikan gembel ini," ketus Parah pada akhir kalimatnya. "Iya, Kak Kaivan. Dia sangat tak sopan pada Nenek dan aku. Bahkan dia mengusir kam
Tanpa buang buang waktu, Kaivan menempelkan bibirnya di atas bibir Rachel. Dia melahapnya dengan rakus sembari tangannya yang meraba undukan tersebut dengan tak sabaran. "Ummfff … aghk …." Kaivan kaget dan langsung menjauhkan tangannya dari atas tubuh Rachel. Sedangkan Rachel, dia mengerjab beberapa kali -- membuka mata dengan langsung menatap lurus ke arah Kaivan yang terdiam di tempatnya. Namun setelah itu Rachel kembali menutup mata; melanjutkan tidurnya dengan nyenyak dan pulas. Kaivan mengusap wajah dengan kasar, dia juga menghela nafas kemudian menatap intens ke arah istrinya yang tertidur pulas. "Fuck! Apa yang aku lakukan barusan?!"***"Ini kopi Mas Kaivan." Rachel meletakkan secangkir kopi di depan Kaivan. Dia berada di kamar, lebih tepatnya ruang kerja Kaivan yang hanya berbatas rak dengan kamar. Tadi-- bangun-bangun Kaivan sudah ada di sebelah Rachel. Hal konyolnya adalah pria itu langsung meminta dibuatkan kopi. Bayangkan bagaimana syok-nya Rachel yang baru bangun?!
Ceklek' Rachel yang sedang sibuk merevisi skripsinya, spontan menoleh ke arah pintu kamar ketika mendengar pintu di buka. Ternyata suaminya -- Kaivan Rafindra Kendall -- yang masuk. Pria itu masuk dengan membawa tumpukan pekerjaan dan juga laptop. Dia menoleh ke arah Rachel kemudian tiba-tiba saja dia berjalan melangkah ke arah perempuan tersebut. Tuk'Kaivan meletakkan pekerjaannya di sebelah tumpukan skripsi Rachel. Dia lalu berjalan dari sana untuk mengambil kursi, setelahnya kembali duduk di sebelah Rachel -- membuat perempuan tersebut bingung setengah mati dan merasa gugup luar biasa. Ke--kenapa Kaivan ke sini dan duduk di sebelahnya? Biasanya Kaivan berkerja di ruangannya. "Regal Edison." Tiba-tiba saja suara dingin Kaivan terdengar, mengalun dengan rendah dan serak. Terkesan seksi tetapi lebih dominan mengerikan bagi Rachel. "Dia siapa?" "Hah?" Rachel melogo dan bengong, menoleh gugup dan takut-takut ke arah Kaivan. "Siapa Regal Edison?" tanya Kaivan, menoleh ke arah R
"Mana kue kotak bintang lima-nya, Nyet?" tanya Rachel, menghela nafas sembari menatap boring ke arah Denny. Katakan demi sesuap kue dalam kotak yang katanya dari hotel bintang lima, Rachel, Alsya dan juga Denny benar-benar mengikuti seminar yang sudah setengah jalan di mulai. Mereka duduk di barisan tengah dengan wajah yang terpasang sama-sama bosan. "Sabar, Baby." Denny merangkul pundak Rachel. "Biasanya pembagian sembako itu di sesi terakhir. Ya kali di bagi sekarang. Yang ada kita makan plus brisik, tanpa dengar materi.""Sabar kuncinya." Alsya menambahi. Rachel mendengkus pelan, memilih menyingkirkan tangan Denny dari pundaknya sembari bersedekap di dada. Tiba-tiba saja pipinya ditempelkan sesuatu yang terasa dingin. Hal tersebut membuat Rachel tersentak kaget dan juga reflek menoleh ke arah sebelahnya, mendapati minuman kaleng dingin yang ditempel ke pipinya lalu seorang pelaku yang tak lain adalah Regal. Regal tersenyum tipis, menarik minuman tersebut dan membuka penutupny