Share

bab 4

Author: SingoRanu
last update Last Updated: 2024-11-01 02:31:20

"Lukas.....!!" tangis Bella memeluk Clarisa yang juga menangis tanpa bergerak dari tempatnya.

Clarisa menggeleng, lalu berdiri, "tidak ma! Aku tidak mau! Aku tidak mau terlibat!" teriaknya berlari ke arah yang lebih dalam. Mungkin berniat Kabur sebelum ia ditangkap dan di jadikan budak keluarga kakek Douglas.

"Clarisa!" panggil Bella melihat anaknya berlari menjauh membuat Bella menyusul. Sedikitpun tidak memperdulikan Lukas yang tengah mengalami siksa dari orang-orang berbadan kekar itu.

Melihat hanya dirinya yang tinggal membuat lily semakin iba dan simpati pada papanya. Bahkan istri dan anaknya yang ia agungkan itu memilih pergi meninggalkan sang papa saat pria itu berada di titik terendah.

"Papa...." Lirih lily menangis melihat papa yang sudah tergolek lemas di atas lantai dengan darah yang berceceran di sekitar. Walau ia berhati keras, tetap saja ia tak tega.

Salah seorang pengawal Elvan mengambil pisau dari balik bajunya.

"Pertama jempol nya dulu," titah Elvan menyimpan tangannya di saku.

"Hihihi, kenapa tidak langsung kau bunuh saja, Elvan?" kikik Camelia sinis.

"Aku ingin dia merasakan sakitnya kehilangan kelima jarinya sebelum kita menghabisi nya," kekeh Elvan.

Mendengar ucapan pasangan yang tak memiliki ampun itu, Lily meremang. Tak bisa ia bayangkan jika harus kehilangan sang papa setelah mama nya pergi beberapa tahun silam.

Tangan pria kekar itu menarik lengan Lukas.

"Tidak! Tuan! Ampuni aku! Jangan!" Lukas memekik ketakutan, tubuhnya berusaha memberontak dengan sisa-sisa tenaga. Namun pria kekar itu jauh lebih kuat, tangannya bersiap menghujam tangan Lukas.

"Lily! Tolong papa!"

Tawa Elvan makin tergelak.

Pisau itu semakin dekat dengan jari Lukas. Lily berlari dan bersimpuh di depan tubuh Lukas. Menjadikan diri sebagai perisai bagi papanya.

"Aku bersedia!"

"Aku akan bersedia menikah, menggantikan papa, atau apapun itu! Aku bersedia!" mohon Lily bersuara keras agar mereka tak menyakiti papanya lagi."Aku mohon jangan sakiti dia lagi."

Senyum licik terbit di wajah Elvan dan Camellia.

"Kalau begitu, tanda tangani surat perjanjian ini."

Dengan dada yang bergemuruh, dan rasa marah namun tak bisa berbuat apapun karena nyawa papa Lukas di pertaruhkan. Lily mengambil berkas yang di sodorkan kepadanya.

"Apa aku bisa mengajukan beberapa keberatan?"

"Kau tidak memiliki hak untuk itu, nona manis." Camelia tersenyum mencemooh.

"Bukankah aku hanya harus menikahi keponakanmu?"

"Benar, tapi kau harus mengikuti aturan yang berlaku baik di rumah itu, ataupun pada kami."

Lily tertawa kecil. Ia tak punya pilihan selain menyetujui nya.

"Setidaknya, setelah ini aku ingin kalian menepati satu hal. Jangan mengganggu papa Lukas ataupun menggunakannya untuk mengancam ku."

"Aku tidak akan melakukannya."

"Kalau begitu, bisakah di sisipkan di sini?" pinta Lily karena ia tak ingin apapun yang terjadi di depan, Lukas ikut terlibat.

"Tidak masalah."

"Semua hal hanya tentang aku dan kalian."

Lily menandatangani berkas itu saat di lihatnya pisau yang kini sudah menempel di jari sang papa.

"Kau harus selalu ingat siapa yang udah berkorban untuk mu papa." Lirih Lily menatap papa, walau merasa benci pada papa nya saat ini. Namun Lily bukan anak yang bisa lari meninggalkan sang papa yang hampir kehilangan jari dan nyawanya.

"Bagus, jadilah anak baik yang menurut."

"Jangan ganggu papa ku lagi."

"Tidak akan. Seperti yang kau bilang semua tentang kita. Tanpa dia."

"Kami sudah dapatkan orang ya, ayah."

Elvan dan Camellia duduk di sebuah ruang yang luas bernuansa emas dan merah. Duduk di tengah sofa panjang yang berderet di belakang meja kaca. Di ujung kepala meja, seorang pria tua duduk pada sofa single. Dengan memegangi tongkat penopang di depan tubuh nya. Sebenarnya, pria tua itu cukup kuat untuk sekedar berjalan ataupun beraktifitas tanpa tongkat itu. Ada sesuatu rahasia yang tersembunyi di dalam tongkat itu tanpa ada yang tau kecuali pemiliknya.

Pria tua ber- alis tebal itu menatap tajam pada kedua anak dan menantunya. Seketika membuat keduanya sedikit menciut nyalinya.

"Tunjukkan padaku! Aku ingin melihat dan menguji sebelum wanita itu masuk ke dalam hidup Axelo," ucap Kakek berusia 75 tahun, Tuan Douglas Alfaro.

"Tentu saja ayah," ujar Elvan, "dia sengaja kami pilih dengan sangat hati-hati."

"Semoga itu bukan bagian dari rencana buruk kalian," sela tuan Douglas.

"Tentu saja tidak Ayah. Mana kami berani," kilah Elvan gugup."EHEM, Camellia. Panggil lah gadis itu kemari."

"Baiklah sayang."

Tak lama Camellia masuk ke dalam ruangan itu bersama Lily. Gadis itu memakai pakaian sederhana. Tidak tampak mencolok dan glamor seperti Camelia ataupun Lisa kekasih Axelo yang sangat ditentang oleh kakek. Di tambah kini diam-diam menjalin hubungan dengan anak Elvan. Russel.

Lily hanya mengenakan baju terusan berwarna soft sebatas lulutnya bermotif polkadot. Make up tipis yang terkesan natural dan rambut yang di kuncir kuda menampakkan leher jenjangnya.

"Namanya, Lilyana whites Summer. Putri dari Lukas Summer." Camellia memperkenalkan gadis yang berdiri di sampingnya. Lily menunduk sebagai tanda hormat pada yang lebih tua.

Tuan Douglas tergelak. Lalu tiba-tiba tawa itu berhenti dan mata elang nya menatap tajam pada Lily. Gadis itu sedikitpun tak merasa gentar ataupun takut. Ia tau tuan Douglas adalah pria dingin dan bisa membunuh hanya dengan tatapannya. Dan kini, tuan Douglas sedang menatap tajam padanya.

"Apa kau mendapat tekanan dari mereka?" tanya Douglas tanpa mengurangi tatapan yang mengintimidasi itu.

"Jawaban apa yang anda inginkan, tuan?"

"Kejujuran."

"Jujur?"

"Yeah, aku ingin tau apa yang membuat kamu bersedia menikahi seorang pria koma," suara kakek Douglas terus menatap Lily dengan mengintimidasi.

Lily tersenyum, "Kalian kaya, dan kami punya hutang. Apa itu cukup mengobati rasa penasaran Anda, tuan Douglas?"

"Ha-ha-ha, " jawaban jujur Lily membuat Tuan Douglas tertawa. Dia sangat menyukai jawaban jujur Lily. Akan sangat menarik dengan keberadaan gadis itu di rumah ini.

"Baiklah, kau dapatkan perannya," ucap tuan Douglas berdiri sambil berjalan menggunakan tongkatnya.

"Siapkan segera pernikahan axelo dan Liliyana Whites Summer."

Camelia yang tidak menyukai Lily menatap dengan penuh intimidasi. Lalu berbisik tepat di telinga Lily.

"Untung saja ayah menyukaimu. Jika tidak, kau akan berakhir menggantikan papa mu di kandang buaya.." Lalu melangkah pergi.

Akhirnya pernikahan itu terjadi, tanpa sebuah perayaan mengingat kondisi Axelo.

"Ini adalah kamar tuan Axelo." Raize menjelaskan pada Lily.

"Aaa, yaaa..." angguk Lily mengikuti langkah kaki Raize yang ia ketahui sebagai asisten setia Axelo.

Begitu memasuki kamar Axelo, mulut Lily ternganga. Betapa takjubnya ia dengan kamar yang di dominasi warna putih cerah dan hitam. Dengan lampu gantung di tengah ruangan dan beberapa perabot yang terkesan mewah.

Di bagian yang dekat dengan jendela tampak sebuah ranjang berukuran king Size dan terbaring seseorang di sana.

"Nona Lily, silahkan letakkan barang anda di walk in kloset," ucap Raize memberi instruksi." Saya akan menunggu anda di sini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPAKSA MENIKAHI PRIA KOMA   bab 43

    "Keluarga Nyonya Lilyana whites." Axelo segera berlari mendekat, dengan tatapan penuh harap untuk istrinya baik-baik saja. "Saya suaminya." "Pasien tidak mengalami luka dalam, Tuan. Beberapa luka luar pasien juga sudah ditangani. Kami juga melakukan pemeriksaan menyeluruh kepada pasien dan semua organ normal tanpa gangguan," terang dokter. "Syukurlah! Itu artinya, Istriku baik-baik saja, kan, dok?" Dokter mengangguk sembari mengulas senyum. "Benar, Tuan. Dan dari hasil pemeriksaan ... kami menemukan sesuatu," ungkap sang dokter. "M-menemukan apa?" "Ada janin di rahim pasien, Tuan. Pasien tengah mengandung," ujar dokter membuat Axelo terdiam seketika. "A-apa?" "Pasien hamil, Tuan!" axelo diam seribu bahasa. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapatkan kabar mengejutkan ini setelah dibuat geger ole

  • TERPAKSA MENIKAHI PRIA KOMA   bab 42

    "Apa mau mu, Russell?" Russell menyeringai, "Mau ku? Tembak kepalamu sendiri, Axelo!" Hening, Axelo masih menggeretakkan giginya saling beradu. Ia sangat tau Russell memang membencinya, sejak dulu Russell memang selalu berusaha mengambil apapun yang menjadi haknya. Bahkan, Angelica pun tak luput dari Russell. Sayangnya, Angelica memang wanita jallang yang mudah tergoda. Axelo tidak mempermasalahkan karena memang ia tak segila itu mempertahankan wanita yang dengan suka rela menyerahkan tubuhnya pada pria lain. Tapi, Lily berbeda, wanita yang satu ini berperan besar dalam mengumpulkan bukti kejahatan Camelia dan Elvan. Dia juga menjaga diri dari bujuk rayu Russell sampai mendapatkan pelecehan dari sepupunya. "Ayo! Kenapa ragu? Atau kau lebih suka melihat kepala wanitamu menyentuh aspal dengan keras?" Russell sedikit mengangkat kakinya yang berpijak pada tali yang menggantung tubuh Lily. Karena berat badan Lily, otomatis tubuh Lily yang meng

  • TERPAKSA MENIKAHI PRIA KOMA   bab 41

    Lily membuka matanya, ruang remang dan berbau pengap. Kepalanya terasa sangat pusing, Lily terus mencoba mengumpulkan kesadarannya. Melihat lebih jelas meski sulit untuk melihat dalam ruangan yang minim pencahayaan itu. Lily menyadari gerak tubuhnya terbatas, merasakan ikatan yang kuat di tangan dan tubuhnya. Rasa cemas dan gelisah menghinggapi nya seketika, saat ingatan akan pertemuan dengan Russel. Masih lekat dalam ingatannya, tentang pelecehan yang Russell lakukan padanya. Tubuh Lily menggigil seketika, matanya berkeliaran mencari pria yang sudah menculiknya kali ini. Lily takut, tapi, meski berteriak meminta tolong, tak akan ada yang datang karena ia yakin, Russel bukan pria bodoh yang menyekap tawanannya di tengah kota. Saat ini Lily hanya berharap, Axelo akan datang menolongnya. Segaris cahaya terlihat menyinari ruangan yang perlahan melebar sebesar pintu. Pertanda, seseorang memasuki ruang remang itu. Lily menajamkan penglihatan, sosok yang tamp

  • TERPAKSA MENIKAHI PRIA KOMA   bab 40

    "Apa kamu bilang? Russell kabur?" Suara kakek Douglas menggema di seluruh ruangan. Ada gelisah yang tersisip amarah. Amarah untuk para penjaga yang teledor hingga Russell sampai lolos dari pulau pengasingan, dan rasa gelisah jika sampai Axelo tau, sudah pasti dia tak akan melepaskan Russell. Mengingat Axelo seorang pendendam. "Russell, jangan sampai kau mendkati Lily lagi. Kakek tak bisa melindungi mu jika kau sampai nekat." Gumam tuan Douglas. Mau semarah apapun tuan Douglas, dan seburuk apapun Russell, tetaplah cucu. Darah daging tuan Douglas juga. Ia tak akan Setega itu jika sampai Russel membuat ulah dan Axelo sampai melewati batasnya. Tuan Douglas memijit pelipisnya, sangat mudah menangani orang lain. Tinggal buang dan hancurkan, tapi Russell keluarga nya. Tak mungkin juga ia akan berlaku sama. "Temukan Russel sebelum Axelo mendengar kabar tentang bocah yang kabur itu." Perintah kakek Douglas tegas dengan sorot mata

  • TERPAKSA MENIKAHI PRIA KOMA   bab 39

    Russel mengendap-endap keluar dari kamarnya. Melangkah di tengah malam yang pekat, pria itu memakai pakaian serba hitam, tak lupa memasang topi. Mata Russel menari kesana kemari, memastikan pergerakannya tak di sadari oleh penjaga dan pelayan di rumah itu. Russel terus berjalan dengan langkah berhati-hati tapi cepat. Russel menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan keadaan aman untuknya kabur. Rencana malam ini ia akan kabur dengan bersembunyi di dalam peti yang mengangkut sayur dan bahan makanan. Langkah Russel telah sampai di gudang tempat penyimpanan barang. Russell menyusuri tempat itu dan menunggu kapal yang biasa di gunakan untuk mengangkut bahan makanan. Selama beberapa hari Russell terus memperhatikan kapan kapal itu keluar masuk, siapa saja dan bagaimana. Sampai ia cukup yakin untuk menyelip bersama dan kabur. Russell mengendap mendekati kapal saat ia merasa keadaan cukup aman meski ada beberapa penjaga dan orang yang keluar masuk. Pria itu awal

  • TERPAKSA MENIKAHI PRIA KOMA   bab 38

    Tubuh Bella menegang seketika. Amarah yang tadinya menggebu-gebu mendadak menguap begitu mendengar suara Axelo. Apalagi mendapat tatapan tajam mata elang Axelo yang langsung menghujam nyalinya. "Apa anda punya masalah sampai membuat keributan di kediaman ku, Nyonya Bella?" Bella mengatur detak jantungnya yang tak beraturan. Akan sangat memalukan jika dia sudah berniat melabrak Lily dan tiba-tiba menciut di depan Axelo. Setidaknya dia harus mencari pembenaran untuk tindakannya. "A-aku kemari karena putriku, tuan muda Axelo." "Oohh ya? Ada apa dengan putrimu?" "Clarissa dan Lily sedikit berseteru. Dan aku ingin mengkonfirmasi nya dengan Lily." "Benarkah? Aku lihat kau hanya meninggikan suara Sejak tadi. Aku pikir itu bukan konfirmasi, tapi makian." Wajah Bella makin menegang, keringat sebiji jagung turun dari wajahnya. Kalimat Axelo sekali lagi menusuk nyalinya. "I-i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status