Baru saja menginjakkan kaki di koridor kampus, Raquel seketika mematung, ia terkejut mendapati kekasihnya tengah berciuman dengan perempuan lain.
Dengan tangan terkepal, Raquel melangkah menghampiri dua sejoli yang belum menyadari kehadirannya itu.
Plak
“Dasar laki-laki bajingan!” ucap Raquel dengan nafas memburu. “Jadi begini kelakuan lo yang sebenarnya Darrel? Iya?” tanya Raquel sambil menunjuk tepat di depan wajah laki-laki itu.
Laki-laki itu tampak shock bahkan bola matanya nyaris keluar saat tahu siapa orang yang menamparnya.
“Ra-ra, em ini semua tidak seperti yang kamu lihat Ra,” ucap Darrel sambil berusaha meraih kedua tangan Raquel.
“Lo kira gue buta Dar? Jelas banget gue lihat lo sama nih cewek sedang ciuman!” Sahut Raquel dengan tatapan tajam dan wajah memerah menahan amarah. “ Mulai sekarang, KITA PUTUS!”
Tanpa menunggu, Raquel berlari meninggalkan Darrel dan seorang perempuan yang tadi tengah bermesraan bersama kekasihnya yang sekarang berubah menjadi mantan.
Dengan gerak cepat Raquel mengusap air mata yang mengalir tanpa diminta. Siapa yang tidak sakit hati melihat kekasihnya berkhianat di depan mata. Mungkin, jika tadi Raquel membawa pisau sudah ia tusukkan pada jantung laki-laki yang telah menyelingkuhinya itu.
Dengan cepat Raquel berjalan menuju parkiran, ia segera masuk dan membawa mobilnya pergi meninggalkan lingkungan kampus dengan perasaan campur aduk. Raquel mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia bahkan tidak memikirkan keselamatannya. Tanpa Raquel sadari ternyata dirinya berada di jalan sepi dan kanan kiri pepohonan yang menjulang tinggi.
Rasa takut mulai hinggap dalam diri Raquel, ia menatap sekeliling yang tampak menyeramkan saat ini. Dengan tergesa ia mencari ponsel untuk menghubungi kakaknya, tapi sudah panggilan ketiga tidak dijawab. Raquel mencoba tenang dan mulai mencari titik lokasinya melalui maps, tapi sungguh malang karena saat itu maps pada mobilnya tidak mengakses, ia tidak kehilangan akal dengan segera mencari titik lokasi pada ponsel tapi lagi-lagi nasib malang menimpanya, kini ponsel Raquel mati karena lowbat.
“Ah, sial sekali hari ini,” keluh Raquel dengan frustasi, bahkan kini ia sudah kembali menangis meratapi nasibnya hari ini.
Tok tok tok
Tampak ada tiga orang laki-laki dengan tubuh besar dan penampilan layaknya preman tengah mengetuk kaca mobil Raquel. Hal itu semakin membuatnya takut sekaligus panik. Dengan cepat Raquel mengunci dari dalam, ia kembali menghubungi kakaknya.
Tiga orang preman itu terus menggedor kaca mobil Raquel, bahkan tanpa sengaja ia melihat salah satu preman itu mengambil batu dan melemparkan tepat pada kaca mobil, hal itu membuat Raquel semakin ketakutan. Ia hanya mampu memejamkan mata sambil menunduk, berharap ada malaikat turun untuk menolongnya.
Bug dug krak
“Aarrggg!”
Raquel yang tadinya memejamkan mata, kini membuka secara perlahan. Betapa terkejutnya saat melihat para preman itu di hajar habis-habisan oleh seorang pemuda yang ia taksir umurnya tidak jauh beda dengan kakaknya. Saat preman itu pergi, Raquel dengan cepat turun dari mobil untuk mengucapkan terima kasih pada penyelamatannya.
“Kak, terima kasih sudah menolongku,” ucap Raquel dengan tulus.
“Hm, lain kali kalau sedang galau tidak usah lari ke jalur ini,” sahutnya sambil membersihkan jas yang tampak kotor.
Raquel hanya menunduk, ia sungguh merutuki kebodohannya. Seharusnya ia pulang saja bukan malah pergi entah kemana sampai kehabisan bensin seperti ini. Raquel menggigit bibir nya cemas, ia sungguh tidak tahu sekarang berada di daerah mana. Ingin meminta tolong pada pemuda itu pun segan karena dari wajahnya tampak begitu dingin.
“Ikut aku! Ku antar kamu pulang dan mobil mu biarkan orangku yang mengambilnya.” Mata Raquel membulat sempurna saat mendengarkan kalimat tersebut, bagaimana dia bisa tahu jika ia butuh tumpangan.
Belum sempat Raquel membuka mulutnya tapi sebuah suara menghentikannya. “Tidak usah menjawab!”
Dengan langkah pelan akhirnya Raquel menurut saja. Ingatkan Raquel untuk memberi pelajaran kakaknya yang begitu susah dihubungi ketika ia membutuhkannya. Setelah tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di kediaman Raquel, selama di perjalanan tidak ada obrolan selain menanyakan alamat rumah.
“Terimakasih kak sudah mau mengantarkan aku sampai rumah,” ucap Raquel setelah turun.
“Hm.” Setelah itu pemuda itu melajukan mobilnya begitu saja.
“Dasar kulkas!” maki Raquel dalam hati. Dengan cepat Raquel melangkah masuk ke dalam rumah.
Baru saja Raquel membuka pintu, ia melihat kedua orang tua dan kakaknya tengah berada di ruang keluarga sedang membahas sesuatu. Mama Raquel segera menghampiri ketika melihat putrinya pulang dengan wajah khawatir.
“Nak, kamu kemana saja? Kenapa telfon kakak kamu tadi?” tanya Reima, mama Raquel.
“Maaf mah nanti aku ceritain, tapi aku mau mandi dulu.” Raquel langsung pergi menuju kamarnya. Ia juga tidak menyapa papa dan kakaknya yang ada di ruang keluarga. Hal itu membuat keluarganya yakin jika ada masalah dengan Raquel.
Selesai membersihkan diri Raquel turun ke bawah untuk bergabung bersama keluarganya. Dan ia pun menjelaskan apa yang sudah terjadi, bahkan ia juga menceritakan tentang dirinya yang diantar pulang oleh laki-laki seumuran kakaknya. Raquel memang tidak mengetahui nama orang yang telah menolongnya, ia melupakan tentang perkenalan saat itu.
Daza, kakak Raquel tampak mengepalkan tangannya erat saat tahu pacar adiknya itu selingkuh, ia bersumpah akan membalaskan rasa sakit hati itu dengan tuntas. Selama ini ia sudah curiga dengan sosok pacar adiknya karena dilihat dari gerak geriknya memang tampak seperti pemain handal.
“Gue akan bikin perhitungan sama lo Darrel Alexander.” Gumam Daza dalam hati.
Raquel menangis dalam pelukan mamanya. Selama ini ia justru mempercayai kekasihnya ketimbang kakaknya, padahal Daza sudah mengingatkan berulang kali bahwa Darrel bukan laki-laki baik. Sungguh Raquel menyesal sekarang.
***
Di lain tempat di sebuah hotel bintang lima ada dua manusia berbeda gender sedang bermanja-manja, bahkan tampak saling bercanda dengan senyum mengembang sempurna, dia adalah Darrel dan Aira. Setelah ketahuan selingkuh Darrel bukan meminta maaf pada Raquel, tapi ia justru pergi ke hotel bersama selingkuhannya.
Darrel fikir Raquel masih mempercayainya seperti sebelum-sebelumnya, bahkan ia sudah menyiapkan kado untuk meminta maaf pada Raquel. Hah dasar penipu ulung memang Darrel ini.
Ini adalah hari ketiga Raquel dan bayinya dirawat di rumah sakit. Hari ini mereka diizinkan untuk pulang, Elzar begitu bersemangat menyiapkan sambutan untuk si kembar bahkan kakek dan neneknya juga mempersiapkan kado yang begitu istimewa apalagi mereka adalah cucu pertama mereka. Raquel berjalan dibantu oleh Elzar sedangkan kedua bayi kembarnya di gendong oleh Reima dan Eva. Mereka berdua yang baru menyandang gelar nenek itu begitu antusias bahkan memamerkan cucu tampan mereka di grup arisan ibu-ibu. “Sayang, hati-hati kalau ada yang sakit atau ngerasa gak nyaman cepet bilang!” Ucap Elzar lembut tapi tatapannya begitu tegas. “Iya mas,” jawab Raquel dengan senyum yang mengembang. Sekali lagi Raquel bersyukur punya suami yang begitu peduli, sayang dan penuh cinta bahkan rela mengorbankan nyawa demi dirinya. Dulu ia begitu tidak yakin menjalani rumah tangga ini, mengingat ia dan Elzar dijodohkan. Tapi siapa sangka jika cinta itu tumbuh bahkan semakin subur. Mobil yang mereka tumpang
Seharian ini Elzar begitu betah duduk menemani istrinya yang menyusui si kembar, meskipun sejak tadi Elzar sedikit cemberut lantaran Raquel begitu sibuk dengan si kembar dia merasa tersisihkan. Sedangkan Raquel hanya tersenyum menatap suaminya, sungguh sekarang Elzar kekanakan apa dia lupa bahwa si kembar itu hasil dari ulahnya. “Mas kamu kenapa sih, wajahmu sudah seperti baju kusut,” Elzar yang mendengar itu hanya mendengus lalu memalingkan wajahnya. “Gak apa-apa hanya saja sekarang aku punya saingan tidak hanya satu melainkan dua dan itu sungguh menjengkelkan,” sahut Elzar sambil mendusel di ceruk leher istrinya. Raquel akhirnya tak bisa menahan tawanya, sungguh ini lucu sekali. Bagaimana mungkin seorang ayah cemburu dengan anak sendiri dan merasa bahwa si kembar saingannya. Setelah si kembar tidur semua di box bayi Raquel menyuruh suaminya mendekat lalu memeluknya lama sekali. Sungguh meskipun ia mengalami hal yang tak terduga sebelumnya ia tidak merasa trauma hanya tidak menyang
Dalam ruang yang tampak putih bersih, tapi dinginnya menusuk tulang. Disana Raquel terbaring siap menjalani operasi caesar, karena mengalami pendarahan bahkan air ketubannya juga merembes di tambah kondisi Raquel juga tidak baik-baik saja membuat dokter segera mengambil tindakan operasi untuk menyelamatkan bayi dan ibunya. Daza hanya mampu diam di ruang tunggu, sungguh hatinya gelisah, jantungnya berdebar bahkan keringat terus menetes menggambarkan betapa takutnya Daza terjadi sesuatu pada Raquel adik perempuannya satu-satunya. Tidak lama Elzar datang dengan penampilan yang kacau bahkan ada luka di pelipisnya dengan darah yang sudah mengering, lalu disusul Reima dan Eva yang tak kalah panik bahkan Reima langsung memeluk Daza lalu menangis dalam pelukan putra sulungnya. Elzar hanya bisa berdiri terdiam di depan ruang operasi yang lampunya masih menyala itu tandanya operasi masih berjalan dengan lancar, ia hanya bisa memanjatkan doa merayu sang penciptanya agar anak dan istrinya selama
Arsenal mengeraskan rahangnya saat mendapatkan pesan dari papanya yang memberitahu bahwa dia berhasil menyekap Raquel. Dalam benak Arsenal bukan bersyukur karena dengan cara itu ia bisa menikahi Raquel tapi justru bagaimana cara mengelabui papanya untuk bisa menyelamatkan Raquel. Arsenal mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata untuk bisa sampai di mansion Alexander. Sedangkan Daza dan Elzar dibuat kalang kabut setelah tahu bahwa Raquel di culik oleh orang suruhan Barra yang menyamar menjadi supir taxi. Edgar yang berada di kampus tak kalah panik, ia langsung mencari Arsenal dan menghajar laki-laki itu karena Edgar berpikir jika semua ini karena Barra sebagai papa Arsenal menuruti ambisi anaknya yang terobsesi pada Raquel. Tapi nihil ia tidak menemukan Arsenal, Edgar segera menuju rumah abangnya tapi di sana hanya ada mama Reima dan mama Eva yang menangis di ruang tamu. “Tante, mama!” Teriak Edgar yang juga syok melihat dua wanita itu menangis. “Edgar tolong bantu
Raquel hari ini ingin bersantai di rumah, tapi saat mama dan mertuanya sibuk di dapur ponselnya berdering. Disana tertera nama salah satu teman akrabnya ketika di kampus, tanpa pikir panjang ia mengangkat panggilan itu tapi seketika sambungan terputus. Raquel mengernyitkan keningnya heran, lalu ia menerima pesan di sana rupanya temannya yang tadi menelepon mengajaknya bertemu di cafe tidak jauh dari rumahnya. “Gpp lah keluar sebentar,” gumam Raquel sambil berjalan ke dapur untuk pamit ke mama dan mertuanya, tidak lupa mengirim pesan pada suaminya. Raquel berjalan menuju garasi tapi entah kebetulan atau apa sopir yang biasanya mengantar jemput tidak masuk karena istrinya sakit, jadilah Raquel memesan taxi online tanpa sepengetahuan suaminya. Taxi itu melaju ke tempat di mana Raquel janjian dengan temannya. Tapi ditengah perjalanan ketika di pertigaan yang seharusnya berbelok justru taxi itu lurus dan melaju semakin kencang. Raquel mulai curiga, tapi bersikap tenang daj tidak panik.
Malam ini sungguh Elzar merasa bahagia, selain karena mendapatkan haknya juga karena merasa lega karena Daza sebagai kakak iparnya telah mengirim seorang sniper handal untuk mengawasi Raquel dari jarak jauh. Sungguh awalnya ia merasa pusing dengan masalah yang ada apalagi nyawa istri dan calon anaknya terancam tapi siapa sangka tadi Daza menghubunginya dan mengatakan bahwa ia juga tahu apa yang tengah Elzar pikirkan. Bukan tidak mau bercerita pada papa mertua ataupun kakak iparnya tapi Elzar sadar jika Raquel bukan lagi tanggung jawab mereka melainkan sudah berpindah pada dirinya sepenuhnya. “Mas gak tidur?” Suara itu serak dengan mata terpejam dan tubuh yang hanya berbalut selimut. “Sebentar lagi sayang, kamu lanjut tidur ya mas ada sedikit kerjaan.” Jawab Elzar dengan sebelah tangan yang mengelus kepala istrinya sedangkan sebelah lagi ia gunakan untuk mengetik pesan. Ia kira harus berpuasa sampai anak mereka lahir apalagi tadi pagi sempat merasakan kram. Nyatanya kata dokter tida
Elzar terdiam cukup lama, ia sedang memikirkan semua ucapan Arsenal. Jika kalian bertanya apakah Elzar percaya begitu saja jawabannya tidak, ia masih harus menyelidiki kebenarannya. Meira melakukan kejahatan karena tekanan dari pamannya, Vitto tapi apakah benar jika hatinya baik atau semua yang Arsenal sampaikan tadi hanyalah trik agar dirinya goyah. Sekarang tujuan Elzar adalah papanya, Adskhan ia harus memberitahu papanya perihal Arsenal yang tiba-tiba mengajaknya bicara berdua bahkan memberikan sebuah rekaman suara dan itu suara Barra yang tak lain papanya Arsenal sendiri dengan Vitto pamannya Meira. “Jika Vitto masih saja mengusik keluarganya gue, bakalan gue pastikan dia mati di tangan gue!” gumam Elzar yang menggenggam erat setirnya.Mobil elzar melaju dengan kecepatan tinggi menuju mansionnya sendiri, ia harus mengantarkan obat istrinya dan segera menemui papanya. Adskhan sendiri merasa tidak beres dengan putranya yang tiba-tiba menelepon segera membatalkan meeting dan memilih
Malam ini Elzar tidak bisa tidur, sungguh ia merasa cemas dan khawatir. Duduk di samping istrinya yang tidur tapi ia sendiri sejak tadi tidak bisa tidur. Informasi dari papanya kali ini membuatnya tidak tenang. Jika itu tentang Arsenal dan Meira ia masih bisa tenang tapi ini Barra dan Vitto, astaga bagaimana jika mereka memiliki rencana yang kelewat licik dari Arsenal. Ia memandangi istrinya yang tidur, wajah itu cantik dan begitu memikat pantas saja Arsenal gagal move on karena daya tariknya luar biasa memang istrinya itu. “Semoga semua baik-baik saja ya sayang,” ia kecup lama kening istrinya. Baru kali ini ia merasa gelisah sampai tidak bisa tidur. Ingatannya kembali pada siang hari di mana ia memergoki istrinya tengah bersama Arsenal lebih tepatnya Raquel jatuh dan yang menahan tubuh istrinya agar tidak jatuh ke tanah adalah Arsenal. Siang tadi ia memang memukul wajah Arsenal sampai babak belur, tapi Elzar juga.melihat sorot mata Arsenal tidak seperti biasanya. Awalnya ia hanya m
Raquel merasa bosan jika hanya di dalam ruangan Elzar, dengan perut buncitnya ia berjalan-jalan di sekitar kantor sekalian membeli cireng langgananya. Entah kenapa sejak hamil Raquel menyukai jajanan pinggir jalan seperti telur gulung, cireng dan kawan-kawan. Elzar sudah berulang kali melarang untuk tidak mengkonsumsi itu tapi mau bagaimana lagi rasa ingin itu lebih dominan dan kata mama Reima itulah ngidam. Setelah puas membeli jajan Raquel ingin kembali ke kantor suaminya tapi saat sampai halaman ia bertemu dengan Arsenal. “Mau apa lo?” Raquel mundur selangkah, dengan tatapan penuh was-was siapa yang tidak takut jika laki-laki di hadapannya pernah menculiknya bahkan ingin menikahinya secara paksa. “Gue perlu bicara empat mata sama kamu Ra, ini bukan tentang perasaanku lagi tapi tentang keselamatan Elzar, kamu serta bayi dalam kandunganmu,” Arsenal tetap berusaha membujuk tapi lagi-lagi Raquel justru melangkah mundur. “Pergi!” Karena panik Raquel tidak memperhatikan langkahnya dan