Share

KEPIKIRAN

Author: Penalancip
last update Last Updated: 2021-06-25 01:42:11

Malam ini Bima menyendiri di teras samping rumah, sementara Gino tengah sibuk di dapur. Berdiam diri di samping teras rumah adalah kebiasaan Bima ketika ia dirundung rasa galau. Bima melipat kaki dan meletakkan gitar di atas pangkuannya. Tatapannya menembus kegelapan, dipandanginya bintang-bintang bertaburan di atas sana. Sesekali ia menarik dan menghela napas berat lalu sebuah senyum manis mengembang dari bibir tipisnya. pikiran Bima terbawa entah ke mana sekarang.

“Woi, ngapain lo senyam, senyum sendirian? Gila, jangan-jangan lo kesambet!” Gino mengguncang bahu Bima. Membuat Bima tersadar dari lamunannya, ia menepis kasar tagan Gino yang terus saja membuat bahunya kebas.

“Apaan sih, No. Gue  masih waras, ya.”

“Terus? Ngapain lo semer mesem dari tadi? Atau jangan-jangan.. lo mikir mesum ya, hayo...  ngaku lo!” tanya Gino penuh selidik.

Bima memukul kepala Gino, ia mengapit erat leher sahabatnya itu dengan lengan tangannya. “Eh, lo kalo ngomong mikir dulu, yakali Bima si tampan dengan otak polos ini mikir jorok, lu kali yang pikirannya ngeres!”

“Ya.. abisnya lo nggak kayak biasanya?” kata Gino, ia mengikuti arah pandanggan Bima yang menatap langit.

“Menurut lo, cewek yang tadi di kantin, cantik ngga?” tanya Bima akhirnya setelah lama terjadi keheningan.

“Hm... yang duet sama lo itu?” Gino berpikir, mencoba mengingat nama orang yang Bima sebut. “Kalo enggak salah... namanya Mila, kan?”

Bima mengangguk antusias, senyumnya semakin lebar kala wajah polos Mila terlintas dibenaknya.

“Suara dia bagus, ya?”

“Tumben lo muji, jangan bilang... lo mau jadiin dia pacar ke dua puluh, lo?” tanya Gino setelah meletakan secangkir kopi di tengah ia dan Bima. Bima mengedikkan bahu. Bima sendiri belum memikirkan rencana itu, yang ia tahu... setiap kali Bima mengingat wajah Mila detak samar di dadanya kian memburu. Membawa euforia bagi dirinya, Bima ingin tahu bagaimana benar rasanya debaran-debaran penuh kejutan, sensasi bahagia sekaligus cemas saat bertemu, duduk bersama tanpa merasa hal romantis berlebihan, membahas hal-hal tidak perlu seharian bersama Mila. Bima menginginkan semua itu hanya bersama Mila—wanita yang baru saja ia temui.

“Gue ngantuk nih, gue tidurnya di kamar tamu ya, Bim? Males gue lihat lo yang sibuk main hendpon balesin pacar lo satu-satu. Bikin jiwa-jiwa jomblo gue meranah,” guman Gino.

“Makanya cari cewek sana, eh iya, ya. Gue enggak perlu tebar pesona... para cewek udah ngedeketin gue. Seolah,  gue daging segar yang enggak bisa mereka lewatin. Enggak kayak lo, jomblo lumutan.”

Gino mendengkus, tapi tidak membalas celaan sohibnya itu. Ia tahu Bima hanya bercanda, lagi pula, Gino bukan tipe orang yang mudah terbawa perasaan.

“Terserah, lo. Gue udah ngantuk... huam....” balas Gino sembari menutupi mulutnya.

Bima mematikan gawai. Setelah terdengar bunyi ngittt... ia merebahkan diri dan memeluk bantal guling kesayangannya. Malam ini Bima tidak ingin diganggu oleh para wanita yang selalu mengejarnya itu. Mata Bima menatap bohlam yang menyala di langit-langit kamarnya. Pemuda itu memejamkan mata lalu menghela napas berat.

“Apa bener, cinta pada pandangan pertama itu nyata?” tanya Bima pada diri sendiri. Selama Bima dekat dengan wanita, baru kali ini Bima dibuat berpikir keras. Bukan tanpa alasan, Bima pikir cinta pada pandangan pertama itu suatu hal yang tidak logis. Ia saja belum pernah segalau ini dalam menghadapi situasi percintaannya.

Kini posisi Bima sudah berubah, tidak lagi terlentang. Bima kini tidur dengan posisi terlengkup dagunya berada di atas bantal guling. “Apa iya, gue harus searching mbah g****e cuman masalah ginian? Ah... bego, ngapain juga gue mikirin. Mending gue tidur sekarang.”

Hari masih terlalu pagi. Jam masih menunjukkan 06. 15 WIB sekolah pun masih sepi. Namun, Ilona sudah setia menunggu kedatangan Bima di parkiran sekolah. Satu kotak makan berbentuk hati berada di pangkuan Ilona. Kemarin malam Bima sama sekali tidak membalas pesannya. Ilona menghubungi Gino dan kata pemuda itu, Gino dan Bima akan datang lebih cepat hari ini. Bima ada tugas piket. Oleh sebab itu Ilona juga datang lebih awal, Ilona ingin melepas rasa khawatirnya juga memberi kejutan untuk Bima.

Saat melihat mobil Bima datang, segera saja Ilona berdiri. Bibirnya tersenyum, dengan langkah anggun Ilona menghampiri Bima dan Gino.

“Pagi Bima. Pagi, Gino,” sapa Ilona ramah.

“Pagi, Lona,” balas Gino sambil mengangkat tangan kanannya. Sementara Bima hanya mengangguk pelan merespon sapaan Ilona.

Ilona mengangkat kotak makanan yang ia bawa di depan dada. Lalu berkata, “Aku bawain ini buat bubu, Bubu semalam kenapa enggak balas Chet aku? Aku khawatir banget sama kamu.” Mata Ilona menyiratkan kekhawatiran, ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Bima.

“Ekhm! Lon, cuman Bima nih yang lo kasih makanan? Buat gue mana?” tanya Gino sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Emangnya lo siapa gue? Gue cuman khawatir sama, Bubunya gue aja. Lo bisa beli sendiri,” kata Ilona ketus. Ia kembali mengamati wajah tampan pacarnya itu.

“Aku enggak pa-pa, semalem aku kurang enak badan. Tapi, sekarang udah baikan kok, soalnya senyum kamu kayak obat buat aku,” goda Bima, sebenarnya itu hanya omong kosong. Bima sama sekali tidak mengingat gadis di hadapannya itu. Namanya saja Bima lupa-lupa ingat.

“Aaah... Bubu bisa aja, paling bisa deh bikin aku meleleh,” ujar Ilona tersipu malu.

“Ha ha ha, apa sih yang enggak buat kesayanganku ini? Kamu mending balik kelas ya, nanti aku samperin kamu kesana. Aku ada piket sekarang.” Bima memeras pundak Ilona, ia menatap gadis itu dengan tatapan hangat.

 Dan langsung diangguki gadis itu, lalu Ilona meninggalkan Bima dan Gino. Sesekali ia berbalik untuk melambaikan tangan juga meberi kiss bye untuk Bima.

Dasar buaya! Kata Gino dalam hati. Gino tidak habis pikir, bagaimana bisa sahabatnya itu bisa menjerat gadis-gadis cantik. Tidak ada satu pun di antara pacar Bima yang tidak memiliki kelebihan, contohnya ilona--- dia adalah  ketua mading juga anak wakil kepala sekolah.

“Lo pelet pake apa sih, tu anak orang? Kok bisa nurut gitu?”

“Pelet? Lo kira dia ikan. Gue terlalu tampan, itu jawabanya,” kata Bima nyengir kuda. “ Ayo! Gue piket nih, bentar lagi masuk.”

Gino cepat-cepat menyamai langkah Bima. Ia belum puas dengan jawaban pemuda itu.

“Kenapa enggak lo suruh mereka aja, bantu piket lo?”

“Mereka itu cewek sob, ya... walau pun gue cuman ngasih harapan palsu, gue enggak bakal tega buat merintah-merinta mereka. Karena cewek itu ratu bukan dijadiin babu.”

Gino mengangguk paham. Benar kata Bima, perempuan itu dilindungi, dibantu bukan malah dijadikan pesuruh. Dalam hati Gino juga kagum kepada Bima. Selain pintar mencari mangsa ternyata ia masih punya sisi laki-laki sejati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPAKSA NIKAH SMA   TAMAT

    1 Bulan kemudian.... Mila terdiam cemas di atas brangkar rumah sakit, ia sangat takut hari ini adalah hari persalinan yang telah dinanti. Arjuna sedari tadi terus menenangkannya. "Kak, Mila takut salah satu dari kami gak selamat," ujar Mila dengan raut wajah murung. Sejujurnya Arjuna juga khawatir. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menyemangati istrinya itu. andai Arjuna dan Mila bisa bertukar peran, Arjuna akan dengan senang hati mengambil alih tanggung jawab Mila. Ia tak ingin melihat Mila kesakitan. "Tenang, Mbul, kamu pasti bisa jangan pikirin yang aneh-aneh," balas Arjuna menciumi ubun-ubun Mia, mencoba menenangkan wanita itu. "Bunda mana, Kak?" "Bunda lagi beli perlengkapan." "Kak, Mila bener-bener takut," Mila kembali mengulang perkataannya, sungguh ia sangat takut saat ini. Apalagi setelah ia membaca artikel tentang kematian ibu muda saat bersalin, hal itu membuat ia merasa sangat takut untuk melah

  • TERPAKSA NIKAH SMA   KAIN PUTIH

    Jasad Saras masih berada di ruangan UGD setelah di bersihkan. Arjuna tidak kuasa lagi melihat wajah pucat pasi gadis itu, ia memilih duduk di luar ruangan saat keluarganya datang menemui Saras.Arjuna merasa begitu bersalah. Saras dengan berani mengorbankan hidupnya demi menyelamatkan nyawanya, pikiran Arjuna kembali ke masa lalu saat ia dan Saras masih berusia delapan tahun.Sore itu di taman bermain sekolah SD. Saras dan Arjuna masih bermain ayunan, mereka menunggu Wulan yang katanya akan menjemput. Tapi Mama dari Arjuna itu tidak kunjung datang. Saras dan Arjuna kecil tampak bahagia, ditemani ibu guru cantik berkerudung crem senada dengan pakaian dinasnya."Juna, nanti kalo kamu besar kamu mau jadi apa?"Arjuna yang ditanya hanya diam, dia belum memiliki cita-cita."Polisi," balasnya asal."Wah, kalo gitu Saras mau jadi polwan deh. Biar bisa sama-sama terus sama Arjuna!"Arjuna tersenyum mengejek. "Polwan itu harus tinggi, kamu kan

  • TERPAKSA NIKAH SMA   PERPISAHAN

    Setelah mendengar cerita Mila, hari ini Arjuna mulai mengatur rencana, ia meminta bantuan kepada sahabatnya Nakula, untuk melacak keberadaan Kevin. Setelah kejadian kemarin Arjuna tidak pergi ke mana pun, Mila terus memeluknya erat tidak membiarkan Arjuna beranjak sedikit pun darinya. Dering telepon baru saja masuk, jakpot tampaknya rencana Arjuna akan berjalan lancar, si pelaku mengantarkan nyawanya sendiri. Panggilan itu dari Kevin.Arjuna menekan tombol hijau, ia diam membiarkan psikopat gila itu bicara."Halo Mila sayang masih ingat suara aku? Tentu kamu masih ingat akukan pacar kamu. Kamu bisa lari kemarin tapi saat kamu kembali kudapatkan. kamu tidak akan bisa lolos dengan mudah," suara tawa terdengar di seberang sana. Arjuna mengepalkan tangan ia sungguh kesal saat ini, api amarah menggebu-gebu dalam hatinya.Panggilan di matikan sepihak oleh Arjuna. Arjuna hanya butuh panggilan Kevin agar dia lebih mudah melacak posisi pemuda itu. Arjuna membangunk

  • TERPAKSA NIKAH SMA   TERLEPAS

    Kevin membuka kamar kurungan Mila dengan perasaan senang, dia sudah bersusah payah memasak semua makanan kesukaan wanita itu. Dia ingin kembali mengenang masa lalu saat mereka saling peduli lewat masakan. Namun wanita yang tadinya berada di atas kasur kini telah hilang entah ke mana. Kevin menarik seprei kasar, membanting semua barang-barang yang ada di sana. Dia tidak mau wanitanya pergi meninggalkannya lagi."MILA LIHAT SAJA AKU GAK AKAN BIARKAN KAMU LOLOS KALI INI!" Kevin melangkah cepat menuju mobilnya, ia yakin Mila belum jauh dari sana. Tempat itu bukanlah tempat yang terekspos khalayak ramai jadi tempat ia bebas bergerak sesukanya.Mila berlari secepat yang ia bisa, ia memegangi perutnya yang sakit, Mila terus berlari di tambah hujan deras makin membuatnya kesulitan. Jalanan licin membuatnya memutuskan untuk berjalan tanpa alas kaki. Mila berdoa semoga saja ia bisa lolos dari psikopat gila itu."Aaakhh! Sa-sakit," Mila terus berlari ke

  • TERPAKSA NIKAH SMA   BUKAN DIA YANG DULU

    "Mila cuman cinta suami Mila! Lepasin Mila Kevin!" Teriak Mila lantang. Ia khawatir dengan bayinya air mata yang ia tahan kini berhasil lolos dari pelupuk matanya."Gak, kamu cuman cinta aku! Mila hanya cinta kevin!" Mila dan kevin tiba di sebuah rumah mewah yang jauh dari pusat kota, Kevin membuka pintu mobilnya dengan kasar, ia langsung mengendong Mila memasuki rumah megah itu.Rumah itu berada jauh dari rumah penduduk, di sekitar rumah itu hanya ditumbuhi pepohonan besar dan tinggi, rumah itu adalah rumah almarhumah Ibu Kevin. Ibu Kevin pernah mengalami gangguan mental hingga akhirnya diasingkan di rumah tua yang masih tampak cantik dan megah itu.Mila meronta, terus memukuli dada Kevin yang menggendongnya. "Kak Kevin lepas! Biarin aku pergi!""Gak, sayang, kamu dan aku akan hidup bahagia di sini." Kevin tersenyum manis. Ia membaringkan Mila di atas ranjang king size milik almarhumah Ibunya. Mila meronta ingin melepaskan diri dari Kevin,

  • TERPAKSA NIKAH SMA   PSIKOPAT

    Hari ini selesai simulasi, Arjuna mengantarkan Mila ke Mal, katanya dia ingin membeli beberapa perlengkapan mandi dan beberapa barang pribadi untuknya."Mbul, maaf ya, aku ngga bisa temenin kamu. Di kafe ada masalah sedikit, kamu ngga pa-pa 'kan aku tinggal? Jangan matiin HP kamu, kalo ada sesuatu langsung telepon aku!" Arjuna mengingatkan."Iya. Siap.""Tapi bener nih, ngga apa-apa kamu sendirian gini?" tanya Arjuna, kembali memastikan."Ihhh, Kak Juna. Kaya aku anak kecil aja yang harus dijaga terus, udah pergi aja Kak.""Hm, yaudah. Aku pamit." Arjuna mengecup puncak kepala Mila untuk berpamitan, segera saja Arjuna masuk ke dalam mobil setelah ia merasa yakin bahwa Mila bisa dia tinggal sendirian.Mila berkeliling, setelah satu minggu tidak keluar dari apartemen karena takut bertemu Kevin, akhirnya ia bisa kembali menghirup udara segar. Berbelanja adalah salah satu rutinitas yang disukai Mila, mungkin bukan cuman dia saja, sepertiny

  • TERPAKSA NIKAH SMA   UNDANGAN

    "Mila, maaf ya soal tadi. Mbak benar-benar tidak berniat melukai hati kamu.""Nggak apa-apa kok, Mbak. Mila paham, makasih juga sudah ngajak aku jalan pagi Mbak."Mila melambai lalu segera masuk kedalam lif. Sekarang sudah pukul 10 pagi, berjalan pagi membuat dia berkeringat banyak, ada rasa lelah dan segar yang ia rasakan secara bersamaan. Tapi ia kembali teringat dengan Kevin, sekarang Mila harus mulai berhati-hati. Kevin sudah mulai datang ke tempat itu. Padahal jarak dari rumah Kevin sangat jauh, bahkan untuk sampai ke daerah ini memerlukan tiga jam perjalanan.***"Hari ini kita ke rumah mama yuk, Kak!" Mila berujar, sedari tadi siang, ia merasa tidak enak. Pikirannya tidak tenang, ia selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk kalau saja Kevin tiba-tiba menemukannya.Arjuna yang tengah mengerjakan tugasnya di meja belajar melirik ke arah kasur yang istrinya itu tiduri. "Tumben? Kenapa, kok kamu kaya gelisah gitu?"

  • TERPAKSA NIKAH SMA   MENGENALI

    "Hai, kenalin aku... Kevin. Kevin Dirgantara!"DegJantung Mila rasanya ingin keluar dari tempatnya, detak jantung wanita itu mulai menggila, keringat dingin mulai membasahi pelipis juga tangan yang semulanya terasa panas kini mulai mendingin karena basah oleh keringat. Mila bergerak dengan gelisah, dia sengaja membuang muka, tidak mau sampai Kevin mengetahui dirinya."Hei, aku Kevin. Nama kamu?" Kevin berujar, dia mengulurkan tangan sembari mengamati gerak-gerik Mila yang tampak aneh, seperti orang yang ingin melarikan diri.Mila ragu-ragu untuk membuka mulut, ia tidak bisa diam saja, kalau tidak Kevin akan curiga. Beruntung tadi pagi Arjuna memberikan maskernya yang hampir tertinggal "Eh, ha-hai, aku... Marisa," kata Mila terbata."Marisa? Omong-omong suara kamu mirip sama orang yang aku kenal." Kevin mengamati Mila sebentar, lalu kepalanya menengadah ke atas langit."O-oya." Mila merasa yakin orang yang Kevin maksud adalah dir

  • TERPAKSA NIKAH SMA   FAMILIER

    "Kak, aku pergi dulu ya!"Mila menyembulkan kepalanya di balik pintu, ia sudah bersiap dengan baju olahraga khusus ibu hamil miliknya, tidak lupa bando polkadot menahan rambutnya agar tidak terjatuh.Arjuna segera menuju pintu apartemen, ia berjalan sembari mengancingkan baju seragam sekolahnya, tidak lupa membawa masker sang istri yang tertinggal di atas meja."Jangan lupa maskernya, Mbul." Arjuna memasangkan masker hitam ke wajah sang istri."He he he, maaf, Kak. Aku terlalu bersemangat, soalnya mau joging bareng mbak rina. Kamu tahu kan, bumil yang baru pindah di lantai bawah?""Mbak rina? Kok aku ngga tau ada tetangga baru?" Arjuna kini sibuk mengikat tali sepatu Mila yang tadinya terikat dengan asal.Diposisi ini, Mila merasa ia seperti seorang anak kecil yang baru pertama kali akan pergi sekolah. Arjuna dengan telaten mengikat tali sepatunya dengan kuat. Mila sungguh tersentuh dengan apa yang Arjuna lakuka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status