TIGA BULAN KEMUDIANSetelah siap mental untuk di kemo dan siap menghadapi efek samping serta tantangan selama kemo akhirnya Dragnar mengikuti proses kemoterapi. Dragnar sudah beberapakali menjalani kemoterapi. Sesuai janjinya setiap habis kemo, Merri menemani,memotivasi agar Dragnar semangat menjalani pengobatan. Tak henti-hentinya Merri mendaraskan doa rosario, mohon bantuan Bunda Maria untuk bersama-sama memohon kepada Putra-Nya agar memberi kekuatan kepada Dragnar.Sedih hati Merri melihat Dragnar setelah menjalani kemoterapi, keluhan tidak berhenti keluar dari mulutnya rasa mual, nyeri di seluruh tubuhnya,muntah dan gangguan tidur. Merri yang sedang hamil pada awal Dragnar di kemoterapi , harus melawan rasa mual dan keinginan muntahnya di pagi hari. Pak Baron menyewa perawat untuk mendampingi Dragnar jika sewaktu-waktu Merri mengalami keluhan dari kehamilannya. Meskipun ada perawat, Dragnar tidak mau jika dimandikan atau tubuhnya membuang sesuatu, harus dilayani oleh Merr
Pak Baron memanggil perawat, ibu Aida menenangkan Dragnar yang semula berbaring tiba tiba duduk ingin turun dari ranjang."Istrimu tidak apa-apa, mungkin karena capek ia pinsan.Sebentar lagi ia sadar."Kata ibu Aida."Mer, maafkan aku. aku telah menyusahkanmu.""Hai, tugas seorang istri adalah melayani dan merawat suami yang sakit. Berbaring, istrimu sebenatar lagi akan sadar.""Merri selalu menganjurkan agar aku kemo, berulang-ulag ia sampaikan tapi aku selalu menolak. Sebelum mom dan dad datang, kami sempat bertengkar.""Sudahlah tidak usah dipikirkan."Pak Baron bersama beberapa tenaga medis masuk ke kamar perawatan, menangkat Merri dibaringkantubuhnya di sofa panjang. Seorang perawat langsung melakukan tindakan."Sebaiknya ditambah ranjang ,biar mantuku istirahat sebentar." Ujar pak Baron.Perawat langsung bergerak, tidak lama beberapa perawat masuk membawa ranjang kemudian membaringkan tubuh Merri di atas ranjang."Dad, kalau bisa ranjangnya dekat ranjangku, agar aku bisa melihat
"Mas, saya sudah ke dokter Prabu. Hasil observasi menunjukkan bisa melanjutkan pengobatan berikut nya." "Apakah dengan pengobatan kemo dan radiasi bisa sembuh?" tanya Dragnar. "Sembuh tidaknya jangan lah membuat mas terobsesi, yang penting mas bisa bertahan sampai beberapa tahun," "Hum, akhirnya mati juga!" Betapa kesalnya hati Merri mendengar perkataan Dragnar. Ditatapnya Dragnar dengan tatapan tajam membuat Dragnar tak bisa percaya bahwa Merri menatapnya sedemikian rupa seakan sudah kehilangan kesabaran nya. "Itu kan prediksi dokter, tapi yang menentukan hidup dan mati adalah Tuhan." ujar Merri. "Mas akhir akhir ini sering tidak berdoa, biasanya mas rajin doa Rosario," kata Merri mencari rosario di bawah bantal kepala Dragnar, tidak ditemukan rosario. "Doaku tidak didengar Tuhan!" "Mas jangan tegar hati, karenanya mas tidak mendengar suara Tuhan. Ketegaran hati mas menutup mata hati mas," "Sudah! Khotbah mu membuat aku tambah pusing." Merri akhirnya meninggalkan D
Masuk ke kamar perawatan, Merri tidak melihat ibu Aida , pak Baron dan Dragnar. 'Kemana mereka?' batin Merri lalu keluar kamar perawatan, setengah berlari menuju ke nurse station," Selamat siang sus, pasien kamar VVIP atas nama pak Dragnar kosong." "Pak Dragnar dibawa ke ruang observasi untuk pemeriksaan kesehatan, besok waktu nya pak Dragnar di kemo." jawab perawat, Merri melihat name tag ners.Widya. "Dimana ruang observasi? " tanya Merri. Ners. Widya melihat ada sekuriti lewat, memanggil nya,"Pak Dirman tolong antar ibu ini ke ruang observasi."Perintah nya dengan suara lembut. "Ibu, sekuriti akan mengantar ibu ke ruang observasi," ujarnya dengan ramah. "Terima kasih Ners. Widya." kemudian mengikuti sekuriti menuju ruang observasi. Sampai di ruang tunggu observasi dilihat nya Ryan ,"Terima kasih pak sudah mengantar saya, " ujar Merri tidak lupa memamerkan senyumnya. "Dik Ryan, kok sendiri? Mana ibu Aida dan pak Baron?" "Mereka sudah pulang, tuan besar ada tamu dari
Merri terus membatin sambil menguatkan diri nya,'Aku harus kuat, mas Dragnar membutuhkan aku'. "Tuhan, kuatkan diri ku, jauhkan pusing,rasa mual dan keinginan muntah," bisik Merri, mengepalkan tangannya kuat-kuat. Seolah ada kekuatan yang mendorong nya, Merri bangun kemudian berjalan ke kamar mandi, semua yang semula menjajah dirinya langsung hilang. "Terima kasih Tuhan, Engkau sungguh mengerti diri ku," bisik Merri. Ibu Anna menatap Merri, 'Sejak kecil sampai menjadi seorang ibu, ia tidak akan menyerah begitu saja. Semua yang menghalanginya bisa diterjang nya jika ada keinginan kuat untuk melakukan sesuatu.' batin ibu Anna. "Sarapan dulu," teriak ibu Anna ketika melihat Merri siap untuk pergi ke rumah sakit. 'Merri sarapan di rumah sakit,aku tidak ingin Dragnar emosi, akhir akhir ini ia sensi banget. Hal kecil saja bisa dipermasalahkan," ujar Merri memeriksa ponselnya kemudian memasukkan ke tas jinjing nya. Melihat baby El masih tertidur lelap ada keengganan meninggalkan,tapi d
Merri duduk di sudut sofa ketika ibu Aida mendekati pembaringan Dragnar. "Kapan kamu di kemo?"tanya ibu Aida. "Mungkin lusa jika hasil pemeriksaan medis menyatakan kondisi tubuhku prima untuk dilakukan kemo." "Mer, itukan dikatakan dokter Prabu tadi pagi?"tanya Dragnar menoleh ke arah Merri yang duduk di sofa sambil mata nya fokus di ponselnya. "Iya mas, mudah mudahan hasil pemeriksaan nya baik,"jawab Merri. "Aku sudah bosan setiap hari harus dilakukan pemeriksaan, entah di otak ku , lengan ku ditusuk jarum belum lagi di bawah ini harus diganti setiap hari." keluar Dragnar. Merri tersenyum mendengar keluhan Dragnar,"Setiap suster datang, langsung mas Dragnar tanya, saya akan diapakan lagi ,Suster kok suka banget pegang -pegang saya. Untung suster -suster di sini ramah -ramah." Ibu Aida tersenyum ,"Sejak kecil kalau sakit,paling susah dibawa ke dokter, katanya takut disuntik." Merri tertawa kecil, "Sampai sekarang ma mas Dragnar takut disuntik. Setiap diperiksa darah bahkan dii