“Zayver,” Arsana meminta Zayver untuk berhenti. Arsana terlalu penasaran dengan darah yang ada di tangannya. Jika itu darah miliknya tidak mungkin Arsana tidak merasakan sakit. “Diamlah! Dan ikuti permainanku.” bentak Zayver“tapi-” Lagi-lagi Zayver membungkam Arsana dan melepaskan semua yang menempel di tubuh Arsana. Arsana menautkan keningnya, melihat Zayver tak seperti biasanya. Zayver tidak melepaskan pakaian hitam yang kini sedang dipakainya. Apa yang terjadi dengannya?Arsana terus bertanya-tanya, menatap ke arah dada Zayver tetapi sialnya baju hitam itu tidak bisa memperlihatkan apa yang ingin Arsana lihat. Arsana menjulurkan tangannya hendak menyentuh dada Zayver. Bless! “Ah!” Zayver telah lebih dahulu menghentakkan beda yang telah mengeras itu ke dalam milik Arsana. Zayver mencengkram erat tangan Arsana yang ingin menyentuhnya. Dalam keadaan terluka, Zayver berusaha keras untuk menyembunyikan luka gores yang disebabkan oleh pisau. Zayver tidak ingin Arsana mengeta
"Aku sudah memberitahumu, kau melupakannya ciuman dariku. Sekarang pergilah!" titah Zayver, memberikan sebuah kunci mobil ke tangan Arsana, setelah selesai mencium bibir Arsana. Arsana melihat kunci mobil, matanya membesar melihat kunci mobil yang Arsana tahu jika mobil yang diberikan Zayver adalah mobil anti peluru."Zayver ini—" perkataan Arsana terpotong dengan ucapan Zayver."Pakai mobil ini dan jangan pulang melewati jam yang aku tentukan. Untuk beberapa hari ini, aku harus kembali pulang. Ada urusan kantor yang harus aku selesaikan di sana, dan aku akan kembali ke sini lagi setelah selesai. Jadi aku tidak akan mengajakmu pulang. Kita akan tinggal cukup lama di sini."Arsana seperti mendapatkan lotre, inilah kesempatan yang Arsana tunggu. Arsana memasang wajah tanpa ekspresi apa pun, walaupun di dalam hatinya ingin sekali berjingkrak-jingkrak karena Zayver akan pulang ke kotanya terlebih dahulu."Jadi, aku sendirian di sini?" Arsana berpura-pura seolah-olah tidak mau ditinggal s
Arsana masih sibuk berada di ruangan rahasia, bahkan studio foto tidak dibuka olehnya. Arsana masih berusaha mencari bukti yang harus di dapatkannya. Mata Arsana tiba-tiba tak sengaja melihat burger yang ada di samping laptop dengan gambar burger yang ada di laptopnya. Gambar burger yang di laptopnya adalah burger pertama saat di restoran dan burger yang di sampingnya saat ini adalah burger kedua. Arsana melihat burger yang ada di dalam laptop tersebut sangat berbeda dengan yang dibawa pulang olehnya. “Ternyata mereka punya dua bahan utama? mengapa aku baru kepikiran sekarang.” monolog Arsana, sambil terus menatap burger yang ada di dalam laptopnya. Burger itu terlihat pucat keabu-abuan, sedangkan daging sapi yang ada di dalam burger kedua terbuat dari daging sapi asli.Arsana tersenyum senang, tidak sia-sia seharian berada di ruang rahasia nya. ****Arsana telah tiba di vila milik Zayver, mata Arsana membulat melihat apa yang ada di hadapannya saat ini.“Arsana!” Matteo terkejut
Arsana mengikat rambut hitamnya dengan wajah yang kini dipoles dengan make-up tebal, membuat wajah Arsana selalu terlihat berbeda ketika menggunakan make-up.Arsana tidak pernah menggunakan make-up kecuali jika sedang menjalankan misi atau bertugas."Apa yang sebenarnya harus kita bantu?" tanya Zahra, yang baru saja bangun dari tempat tidur Arsana."Aku ingin kalian membantu saya mengalihkan perhatian penjaga yang berada di depan," kata Arsana."Arsana, sejak kapan kamu kesulitan menghadapi penjaga di depan?" canda Zahra sambil tersenyum."Sejak aku menikah dengan Zayver! Apakah kamu tidak melihat berapa banyak penjaga di depan gerbang pada malam hari?" tanya Arsana.Zahra dan Leana mencoba mengintip dari balkon kamar Arsana dan terkejut melihat beberapa penjaga yang berada di depan gerbang."Astaga, ternyata Zayver sangat ketat menjaga istrinya," kata Leana dalam monolognya."Tadi siang tidak sebanyak ini," Zahra terlihat heran dengan banyaknya penjaga yang Zayver tugaskan di rumah
Orang itu kembali menyerang menyerang Arsana dengan naik ke atas meja menyebabkan, kepala orang yang sudah terpotong dibunuhnya menggelinding terjatuh ke lantai. Arsana segera menghindar menjauhi pisau yang terus saja mengarah padanya. Dor! Arsana menembak ke arah tangan orang itu di saat pisau hampir saja melayang ke arahnya, beruntung arah sana bisa menghindarinya.Arsana kembali menembak kedua kaki orang itu untuk melumpuhkan nya. “Arghhhhh…” orang yang terlihat seperti psikopat itu mengerang kesakitan. Arsana segera memborgol kedua tangannya. Walaupun Arsana tahu orang itu tidak akan bisa melarikan diri lagi. Arsana dengan cepat menghubungi atasannya, mengirim semua bukti-bukti yang telah di fotonya sebagai barang bukti dan juga tanda jika tugasnya telah selesai memecahkan kasus tersebut. Arsana segera pergi saat polisi yang dikirim oleh atasannya dalam perjalanan. Arsana tidak perlu ikut campur lagi, setelah misinya selesai–itu sudah bukan urusannya lagi. ****Pagi hari b
Zayver mencium Arsana dengan kasar. Setelah merasa puas, Zayver melepaskannya. "Seperti ini lebih baik!" ucapnya, lalu menarik tangan Arsana keluar dari kamar.Di sepanjang jalan, Arsana terus saja cemberut. Arsana menyesal telah memakai make-up, terutama lipstik. Jika pada akhirnya, Zayver menghapusnya."Tersenyumlah, atau aku akan semakin merusak riasanmu itu." Zayver berbicara tanpa melihat ke arah Arsana yang berada di sampingnya. Dia hanya fokus pada jalanan yang begitu gelap.Arsana dengan cepat merubah raut wajahnya."Zayver, kita akan pergi kemana? Ini sudah terlalu malam," tanya Arsana. Sejak tadi, Arsana dibuat penasaran karena tidak biasanya Zayver mengajaknya keluar pada malam hari. Apalagi jalanan dari vila milik Zayver menuju jalan raya cukup jauh dan mereka harus melewati jalanan yang gelap dengan pohon-pohon lebat di sekitarnya."Kamu akan tahu nanti."Arsana tidak puas dengan jawaban Zayver, tetapi dia tidak ingin bertanya apa-apa lagi.Beberapa saat kemudian, mereka
Zayver terlihat risi dengan kehadiran Arsina. Dia mencoba menjaga jarak, tetapi sayangnya wanita itu seperti lintah yang tiba-tiba menempel pada Zayver. Zayver bisa saja melarangnya untuk menjauh, tetapi entah apa yang ada di dalam benak Zayver saat ini malah membiarkan Arsina makin mendekat padanya.Sudah cukup lama, Zayver belum melihat Arsana kembali dari toilet. Bahkan Zayver sudah muak dengan kehadiran Arsina. Tanpa berkata apa pun, Zayver tiba-tiba bangkit dari sofa.“Zayver, kamu mau ke mana?” Arsina meraih tangan Zayver tiba-tiba. “Eh! maaf, aku tidak sengaja.” Arsina segera melepaskan tangan Zayver, setelah mendapatkan tatapan tajam darinya. “Aku harus menemui istriku!” Setelah berkata seperti itu pada Arsina, Zayver langsung pergi mencari Arsana. Arsina mengepalkan tangannya dengan begitu erat. Saat hendak pergi matanya tak sengaja melihat Zahra dan Leana yang melihat ke arahnya, seperti orang yang sedang mengejek. Hal itu makin membuat Arsina geram, dengan cepat per
Arsana menautkan keningnya, dia merasa tidak asing dengan pakaian orang yang menolongnya. Arsana tiba-tiba teringat dengan orang yang sempat ditabraknya saat menuju toilet.Ya, lelaki itu yang menolongnya saat ini.Arsana memperhatikan setiap pukulan yang dilayangkan lelaki itu pada ketiga berandalan yang terus menyerangnya. Arsana ingin membantunya. Namun, dia tidak ingin menunjukkan keahliannya di depan orang tak dikenalnya. Sehingga Arsana memilih diam, sampai sebuah tarikan di tangannya membuat Arsana terseret masuk ke dalam mobil."Hei, mengapa kau membawaku masuk ke sini?" tanya Arsana."Aku sudah lelah melawan mereka, jadi lebih baik kita pergi saja!" ucap lelaki yang menarik Arsana masuk ke dalam mobil mewah.Dengan tergesa-gesa, dia menjalankan mobilnya.Hening, tidak ada pembicaraan di antara mereka, untuk sesaat setelah mereka berhasil bebas dari para berandalan. Sebelum akhirnya, Arsana mulai bicara."Terima kasih, sudah menolongku."Arsana menoleh pada orang yang telah me