Home / Romansa / TERPERANGKAP OLEHMU / 6. Sekarang Giliranku

Share

6. Sekarang Giliranku

Author: Writergaje23_
last update Last Updated: 2025-10-07 22:35:35

"Pilihlah!"

Alea mendongak bingung menatap suaminya yang pagi ini melempar beberapa map di atas ranjang. Pria yang masih sibuk memasang dasi sambil berdiri itu tidak memberikan penjelasan lagi meski Alea menunggunya bersuara lagi.

"Baca itu, bodoh!" maki Ares gemas sambil menunjuk map yang berserakan di hadapan istrinya.

Alea pun membuka tanpa bertanya lagi. Begitu melihat isi berkas tersebut, perempuan itu semakin mengernyit bingung.

"Untuk apa data jabatan dan jobdesk ini?" tanya Alea heran.

"Aku memberimu pekerjaan. Daripada kau bosan dan memilih mencoba hal baru seperti bunvh diri. Lebih baik kau menghasilkan uang," jawab Ares sambil berkacak pinggang.

Alea yang tidak percaya dengan tawaran itu, sontak mengerjap terkejut. "Benarkah?! Aku boleh bekerja?!" tanya perempuan itu heboh.

Sejenak, Ares ikut terkejut begitu menyadari istrinya bisa heboh juga. Biasanya, sejak kali pertama melihatnya, perempuan itu begitu pasif dan kalem. Bahkan saat Ares mengangkanginya semalaman, Alea tidak banyak bertingkah dan mendesah seperti wanita yang ia tiduri lainnya.

Apa bekerja terdengar lebih menyenangkan ketimbang ber cinta dengan suaminya sendiri?

"Kau senang?" tanya Ares setelah memberikan anggukan pada pertanyaan antusias Alea.

"Tentu saja. Aku tidak suka di sini. Aku tidak mau dikurung seperti kucing peliharaan olehmu," sahut Alea jujur sambil mulai membaca dengan seksama berkas-berkas itu.

"Aku tidak mungkin menga wini seekor kucing!" bantah Ares sebal.

Mendengar itu, pipi Alea seketika bersemu malu. "Jadi aku boleh memilih posisi apa pun di perusahaanmu?" tanya Alea memastikan.

Ares mengangguk. "Pilihlah pekerjaan yang kau mau, aku sudah memilihkan beberapa posisi kosong yang tidak ada jadwal malam," jelas pria berdarah Indonesia-Belanda itu apa adanya.

"Memangnya kenapa kalau pekerjaannya ada shift malam? Aku bisa saja bekerja di malam hari," tanya Alea bingung.

"Dari sore sampai malam, kau ada urusan denganku! Pekerjaan ini hanya sampingan untukmu, pekerjaan pokokmu adalah membuka kaki untukku."

Tidak ingin mendengar lebih banyak lagi dari suaminya, Alea pun menyerahkan map yang sudah dibacanya sedari tadi. "Aku mau bekerja di Blue Moon Entertaiment, sebagai tim humas." Alea memutuskan yang menurut Ares terlalu cepat.

"Kau serius? Jangan menyesal kalau tidak betah, ya?" tanya Ares ragu.

Alea mengangguk yakin. "Aku senang berinteraksi dengan banyak orang, jadi aku ingin mencoba posisi itu."

Tidak ingin ambil pusing, Ares pun mengangguk dan mengambil berkas yang tadi dilemparnya. "Baiklah, besok kau boleh mulai bekerja."

"Jadi hari ini tolong jangan bertingkah! Aku tidak suka perempuan yang susah diatur," pesan Ares sambil dengan iseng meremas dada Alea yang tertutup dress putih tipis tanpa bra.

"Eunghh---"

Alea melenguh terkejut yang langsung menerbitkan sunggingan kecil di bibir Ares.

"Aku akan pulang ke rumah Mommy dan Daddy. Jangan merindukanku malam ini," goda Ares sambil mengelus punggung terbuka istrinya sensual.

Diam-diam, Alea meleletkan lidah pada punggung tegap yang perlahan menghilang di ambang pintu. Dalam hati, perempuan itu bersorak karena malam ini tubuhnya bebas dari pria kelebihan hormon itu.

"Pergilah lebih lama! Aku akan menikmati hidupku sendiri," gumam Alea sambil mendecih sebal.

Sejenak, perempuan itu tersenyum lebar begitu mengingat besok akan keluar dari rumah ini dengan alasan bekerja. Terlebih, dia bekerja di agensi entertaiment yang bernaung pada perusahaan suaminya.

Selain dapat menghirup udara luar dan menikmati kehidupan wanita karirnya lagi, ia bisa diam-diam menemui Matheo tanpa sepengetahuan Ares.

Setidaknya, ada celah untuk Alea dan kekasihnya bertemu.

*****

"Kenapa datang sendiri? Di mana istrimu?" Pertanyaan sebal Anyelir hanya ditanggapi Ares dengan senyum.

"Aku langsung pulang dari kantor ke sini, Oma. Jadi tidak mengajaknya," jawab pria dengan netra cokelat terang itu lembut.

"Seharusnya kau mengajaknya! Kalian bisa tinggal di sini supaya Oma tidak kesepian." Anyelir menyarankan sambil cemberut.

"Tidak, kami masih masa pengenalan. Dia pasti tidak nyaman jika langsung tinggal dengan banyak orang," tolak Ares halus sambil meminum teh yang tadi dihidangkan pelayan.

"Baiklah, tapi lain kali, bawa juga dia ke sini. Oma ingin bertemu dengan istrimu yang cantik itu," pinta Anyelir yang diangguki cucunya.

"Daddy dan Mommy belum pulang ya, Oma? Aku ingin membicarakan pekerjaan dengan Daddy." Ares bertanya sambil melirik ke penjuru rumah yang sepi.

"Mommy-mu masih ada urusan di Amsterdam, jadi Daddy-mu yang bucin itu menunggu dulu baru berangkat pulang. Perjalanannya kan biasanya memakan waktu 14 jam jika tidak transit, sepertinya mereka akan sampai rumah besok." Anyelir menjelaskan panjang lebar.

Ares menghela berat. "Berarti aku harus menginap," sahut pria itu jengah.

"Kalau begitu jemputlah istrimu! Ajak dia menginap juga!" timpal wanita yang sudah berumur lebih dari setengah abad itu antusias.

Ares menggaruk tengkuk bingung. Mencoba mencari alasan agar sang istri tidak berakhir di tempat ini dan bertemu nenek apalagi orangtuanya. Karena jika melihat pergelangan Alea yang terluka beserta bekas perbuatan Ares di sekujur tubuhnya, mereka pasti akan memaki pria itu habis-habisan.

Kelakuan bejatnya pada istri--yang tidak pernah Ares anggap sebagai istri itu---bisa terbongkar.

"Ada teman Alea yang akan datang dan menginap, makanya aku tidak mengajaknya." Ares beralibi yang dengan cepat dipercayai oleh Anyelir.

"Baiklah, istirahatlah di kamarmu. Oma mau ke kamar dulu ...," pamit wanita dengan rambut penuh uban itu sebelum kemudian meninggalkan Ares di ruang tengah sendiri.

Setelah Anyelir menghilang dari ruang tengah, Ares segera naik ke lantai dua dan masuk ke kamarnya. Begitu membuka ruangan yang jarang dikunjunginya sejak lulus SMA, pandangan Ares langsung jatuh pada figura foto di atas meja.

Di sana, ada foto Ares kecil bersama puluhan anak panti lain seumurannya. Di sebelah foto itu, juga ada foto kedua orangtua kandungnya. Satu-satunya foto yang tersisa sebelum pria itu diadopsi oleh Azura dan Axel---pasangan suami istri yang dulu juga sempat menetap di Belanda.

Begitu netra Ares menangkap sosok anak laki-laki berkacamata yang dirangkulnya begitu erat dalam foto, pria beralis tebal itu sontak terkekeh geli. Tidak menyangka pernah sedekat itu dengan orang ini.

"Dulu kau bisa merebut semuanya dariku, tapi sekarang tidak lagi," gumam Ares sambil menatap lurus anak laki-laki berdarah Kanada dalam foto.

"Sekarang giliranku. Saatnya aku mengambil semua yang kau punya, Matheo ...."

Iya, bocah lelaki yang ada dalam foto itu adalah Matheo---kekasih Alea.

Anak laki-laki yang dulu begitu dekat dengannya adalah orang yang sama dengan kekasih istrinya.

Pria yang hari ini telah Ares rebut kekasihnya, adalah orang yang sama dengan sahabatnya puluhan tahun lalu.

Sahabat yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Sahabat yang juga merebut masa kecilnya, hingga Ares berakhir menjadi putra tunggal keluarga Zelardo seperti saat ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPERANGKAP OLEHMU   7. Ego yang Terluka

    "Dia benar-benar tidak pulang ...." Alea menggumam pelan sambil memandangi halaman kediaman Ares yang luas.Lily yang melihat majikannya tengah berdiri di ambang pintu utama dengan baju tidur berbahan satin berwarna soft pink, sontak berlari menghampiri dengan panik."Nyonya Alea kenapa berdiri di sana? Nanti masuk angin ...," ucap pelayan cantik itu membuat Alea menoleh gelagapan."Hah? Tidak apa-apa ... aku hanya bosan di dalam," jawab Alea kikuk."Tunggu sebentar, Nyonya!" pinta perempuan berseragam hitam putih itu sebelum kemudian berlari memasuki kamar Alea.Beberapa saat kemudian, Lily kembali dengan luaran pakaian yang tengah Alea kenakan. Saat ini, perempuan itu memang mengenakan baju tidur bahan satin bermodel terusan sebawah lutut. Sedangkan yang Lily bawa adalah jubahnya yang memiliki lengan panjang dan lebar serta bagian bawah yang longgar juga menjuntai sampai kaki."Tolong pakai ini, Nyonya ...," pinta si pelayan berambut sebahu yang diiyakan saja oleh Alea.Setelah meng

  • TERPERANGKAP OLEHMU   6. Sekarang Giliranku

    "Pilihlah!"Alea mendongak bingung menatap suaminya yang pagi ini melempar beberapa map di atas ranjang. Pria yang masih sibuk memasang dasi sambil berdiri itu tidak memberikan penjelasan lagi meski Alea menunggunya bersuara lagi."Baca itu, bodoh!" maki Ares gemas sambil menunjuk map yang berserakan di hadapan istrinya.Alea pun membuka tanpa bertanya lagi. Begitu melihat isi berkas tersebut, perempuan itu semakin mengernyit bingung."Untuk apa data jabatan dan jobdesk ini?" tanya Alea heran."Aku memberimu pekerjaan. Daripada kau bosan dan memilih mencoba hal baru seperti bunvh diri. Lebih baik kau menghasilkan uang," jawab Ares sambil berkacak pinggang.Alea yang tidak percaya dengan tawaran itu, sontak mengerjap terkejut. "Benarkah?! Aku boleh bekerja?!" tanya perempuan itu heboh.Sejenak, Ares ikut terkejut begitu menyadari istrinya bisa heboh juga. Biasanya, sejak kali pertama melihatnya, perempuan itu begitu pasif dan kalem. Bahkan saat Ares mengangkanginya semalaman, Alea tida

  • TERPERANGKAP OLEHMU   5. Lebih Baik Mati

    "Perintahkan seluruh pelayan untuk mengosongkan rumah malam ini! Mereka tidak boleh masuk ke sana sampai aku meminta."Mendengar ucapan suaminya yang entah menelepon dengan siapa, tubuh Alea seketika menegang kaku. Berarti, tidak ada siapa pun di rumah besar itu saat mereka kembali ke sana nanti.Hanya ada mereka berdua.Hanya ada Ares dan Alea."Iya, rumah pegawai yang ada di belakang. Sampai aku tahu ada yang menyelinap masuk, awas saja!" Peringatan tegas itu entah ditujukan kepada siapa. Tapi malah Alea yang kini merinding di sampingnya.Begitu Ares selesai berbicara lewat handphone, hening merajai dalam mobil Rolls-Royce hitam metalic yang dihuni sepasang suami istri tersebut. Hening yang entah kenapa membuat Alea merasa tercekik. Berada sedekat ini dengan Ares selalu saja berhasil menyita pasokan oksigennya dengan cara yang aneh."Kau begitu pendiam saat tidak bersama kekasihmu, ya?" Komentar mengejek Ares, lagi-lagi hanya ditanggapi Alea dengan membuang muka.Hal yang tentu saja

  • TERPERANGKAP OLEHMU   4. Istri yang Nakal

    "Apa yang terjadi padamu?!"Alea membuang muka begitu pertanyaan super terkejut sang kekasih terlontar setelah melihatnya. Perempuan itu bahkan bersedekap dada guna melindungi tubuhnya yang hanya berbalut kemeja putih kebesaran.Tidak ada pelindung lain di dalam sana. Entah celana dalam ataupun b*ra. Selepas menggempurnya berjam-jam di kamar mandi, Ares sepertinya menutupi tubuh sang istri dengan kemejanya sendiri. Terbukti dari pakaian ini yang terasa cukup besar hingga syukurnya bisa menutupi setengah paha Alea."B*jing*n itu memukulimu, Lea?!" tanya Matheo semakin marah begitu melihat wajah kekasihnya yang penuh lebam.Tanpa menjalankan mobilnya yang masih terparkir di samping rumah besar Ares, kekasih dari Alea itu kini sibuk meraba wajah dan lengan kekasihnya yang penuh lebam. Begitu melihat banyak bekas kissmark di sekitar leher perempuan itu yang terbuka, Matheo bahkan menggemelatukkan gigi murka."Aku akan membunuhnya. Demi Tuhan, Lea ... aku tidak akan mengampuninya!" Mendeng

  • TERPERANGKAP OLEHMU   3. Tawanan

    "Bawakan makan siang untuknya ke kamar. Aku akan kembali malam nanti."Samar-samar, Alea dapat mendengar suara sang suami yang tengah mengobrol dari luar kamar. Perempuan itu tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir di ranjang. Namun, begitu merasakan pening yang menghinggapi kepala, perempuan itu memilih menyerahkan diri pada buaian bantal yang empuk.Seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. Lebih sakit daripada saat ia terbangun tadi pagi. Alea bahkan tidak tahu ini sudah jam berapa. Tapi tidak ada satu pun hal yang terlintas di pikirannya selain tidur dengan nyaman.Demi apapun, Alea benar-benar kelelahan."Nyonya Alea, apa Anda sudah ingin makan?" Seorang perempuan masuk ke kamarnya sambil membawa senampan makanan.Begitu aroma rempah masakan tak sengaja terhidu indera penciumannya, kantuk Alea seketika sirna. Berganti rasa lapar yang perlahan ia sadari sudah dirasakannya sejak kemarin.Maka, perempuan itu pun mengangguk sambil bangkit duduk. Membuat pelayan yang juga masuk ke kamarny

  • TERPERANGKAP OLEHMU   2. Sudah Tidak Suci Lagi

    "J-jangan ... tolong jangan ...."Alea mencengkeram tangan Ares yang bertengger di paha dalamnya. Bukannya berhenti, elusan sensual itu malah bergerak hingga pangkal paha. Tubuh Alea kontan meremang geli oleh sentuhan tersebut."Aku tidak menerima penolakan, Alea." Di ruangan temaram itu, Alea merasakan tubuhnya diseret menuju ranjang.Tubuhnya bahkan terdorong hingga jatuh terlentang. Baru saja hendak bangkit, sebuah cengkeraman di dagu membuat napas perempuan itu tercekat. Setelah netranya beradaptasi pada gelap, Alea bahkan mampu menangkap siluet wajah Ares yang tengah membungkuk di atas tubuhnya."Shhh ... sakitt ...." Alea meringis begitu cengkeraman di dagunya kian menguat."Bagus, aku suka melihatmu kesakitan," sahut pria di atasnya yang kini beralih menangkup pipi tirus Alea.Tangan besar Ares membuat sebagian wajah mungil sang istri nyaris tertutup. Sedangkan Alea terpejam begitu elusan lembut itu lagi-lagi berubah menjadi cengkeraman. Satu kecupan kasar bahkan mendarat di bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status