"Jangan terlalu percaya diri! Ini bukan pernikahan, tapi transaksi bisnis bagiku." ______ Demi menyelamatkan perusahaan mamanya yang berada di ambang kebangkrutan, Alea menikahi putra tunggal keluarga Zelardo. Siapa sangka, dalam semalam kehidupannya berubah menjadi neraka. Antares Zelardo tidak memperlakukan Alea seperti seorang istri, melainkan wanita bayaran yang bisa dipakainya sesuka hati. Pernikahan mereka bahkan tidak didasari cinta. Satu-satunya hal yang membuat suaminya pulang ke rumah mereka adalah tubuh Alea. Dan Alea sama sekali tidak mengerti; apa alasan Ares mengurungnya dalam surga yang terasa seperti neraka itu?
View More"Kamu cantik sekali, Alea."
Pujian itu terasa bagai belati yang menusuk hatinya. Alea Anderson yang hari itu mengenakan gaun mewah berwarna putih gading memilih memalingkan wajah. Enggan menatap Mamanya yang kini bahkan mulai sibuk mengelus punggung terbuka si pengantin. "Mama harap Ares memperlakukanmu dengan baik." Alexa kembali berucap pada putri bungsunya yang hari ini akan melangsungkan pernikahan. "Mama mengantarku ke gerbang neraka, dan sekarang berharap aku bisa bahagia?" tanya Alea sambil terkekeh hambar. "Kau tahu hanya pernikahan ini yang bisa menolong Mama, kan?" sahut Alexa lembut. "Iya, aku tahu. Aku sangat tahu bahwa perusahaan Mama lebih penting daripada putri Mama sendiri," jawab Alea sambil tersenyum getir. "Jadi jangan pedulikan aku. Berbahagialah karena kau telah menggadaikan hidup putrimu demi semua itu," sambung perempuan yang sebentar lagi menjadi Nyonya Zelardo tersebut. Setelah seorang perempuan meminta Alea untuk keluar, pengantin yang hari ini tampak begitu bersinar dalam balutan gaun mewah itu berjalan meninggalkan sang Mama. Di luar ruang make up, rupanya sudah ada calon suaminya yang menunggu dengan setelan tuksedo hitam. Netra cokelat madu yang dinaungi alis tebal itu tampak menyorot datar. Tidak tampak sedikit pun kebahagiaan di dalam sana. Sepertinya, pernikahan ini memang hanya sebuah kesepakatan antar keluarga. Bukan keinginan mereka berdua. "Kenapa lama sekali?" tanya pria yang mungkin baru Alea temui dua kali itu terdengar kesal. "Aku baru selesai dirias," jawab Alea lirih. Berikutnya, tidak ada percakapan lagi. Namun, perempuan itu mengerjap terkejut begitu pinggangnya tiba-tiba dilingkupi oleh sebuah lengan kekar. "Ayo pergi, pemberkatannya sebentar lagi." Ares berucap tanpa menatap Alea sama sekali. Beberapa saat kemudian, pernikahan pun berjalan lancar. Ada banyak tamu undangan yang Alea yakin sering lihat di TV bahkan majalah bisnis. Berikut para pejabat yang tampak begitu akrab dengan pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Antares Zelardo. Nama tersebut juga familiar bagi Alea. Dia adalah pebisnis besar yang dikenal dunia sebagai calon penerus Axelsen Zelardo---pemilik perusahaan manufaktur raksasa Blue Moon Group. Alea juga tidak mengerti kenapa orang sehebat ini memilih untuk menjadikannya istri. Apakah Ares pernah melihatnya sebelumnya? Sepertinya tidak. Atau pria itu terpesona pada kecantikannya? Untuk alasan itu pun tidak mungkin sama sekali, karena Ares pasti dikelilingi banyak perempuan yang jauh lebih cantik daripada dirinya. Namun sejujurnya, Alea tidak peduli. Karena hal terpenting saat ini adalah bagaimana cara bernegosiasi agar pernikahan ini cepat berakhir nanti. Sehebat atau mungkin sebaik apa pun Ares memperlakukannya nanti, tidak akan menutupi fakta bahwa Alea sudah punya kekasih. Mereka bahkan sudah berencana menikah dalam waktu dekat, tapi pria ini tiba-tiba datang dan menggagalkan seluruh rencana yang ia bangun bersama sang kekasih sejak jauh-jauh hari. "Kenapa menatapku begitu?" Pertanyaan tiba-tiba dari Ares membuat lamunan Alea seketika buyar. "Tidak. Aku hanya bingung kenapa kau mau menikah denganku," jawab Alea asal. Untuk pertama kalinya, Alea melihat pria berhidung mancung itu tersenyum. Senyum yang entah kenapa terasa seperti pertanda bahaya bagi dirinya. "Jangan terlalu percaya diri. Ini bukan pernikahan, tapi transaksi bisnis bagiku." Jawaban Ares lagi-lagi membuat tubuh Alea menegang kaku. "Maksudnya?" "Mamamu mendapatkan perusahaannya kembali, dan aku mendapatkan pel*cur gratis. Impas, kan?" sahut Ares santai. "Tapi jangan berkecil hati. Meski belum tahu rasamu, setidaknya kau dihargai setara satu perusahaan," sambung pria yang kini diam-diam mengelus punggung terbukanya sensual. Tanpa ragu, bibir pria itu bahkan mengecupi ujung bahunya di hadapan seluruh tamu undangan. "Siapkan tubuhmu malam ini, Alea," bisik pria itu tepat di telinga perempuan yang hari ini resmi menjadi istrinya. Seketika, tubuh Alea gemetar ketakutan. **** Alea berbolak-balik gelisah di atas ranjang yang ditaburi banyak kelopak mawar. Ucapan Ares selama acara pernikahan tadi terus berputar di kepala. Bagaimana ini? Alea benar-benar bingung harus melakukan apa. Setelah acara selesai, Alea langsung dibawa pulang ke rumah megah ini. Melihat tidak ada orang selain pelayan di kediaman super besar tersebut, ia yakin ini rumah suaminya sendiri. Bukan kediaman keluarga Zelardo yang berisi kedua orangtua Ares beserta Neneknya. "Bagaimana jika dia pulang? Apa aku pura-pura tidur saja?" gumam Alea semakin panik begitu melihat jam menunjukkan pukul sebelas malam. Tadi, setelah mengantar Alea dan menyerahkannya kepada beberapa pelayan perempuan, Ares langsung melaju pergi dengan mobilnya lagi. Alea tentu saja tidak cukup berani untuk bertanya. Malah, ia berharap Ares tidak kembali saja malam ini. Sebenarnya, wajar saja jika sepasang suami istri seperti mereka melakukan apa yang ada di pikiran Alea saat ini. Tapi, Alea tidak mau. Alea tidak ingin kehormatannya direnggut oleh orang yang sama sekali tidak ia cintai. "Apa aku kabur saja? Mumpung dia belum kembali ...," gumam perempuan itu lagi begitu ide gila tersebut akhirnya melintas di kepala. Sambil bangkit duduk, Alea meraih handphone yang tergeletak di atas nakas. "Ya, aku harus kabur!" putusnya final sambil berdiri kemudian berlari menuju ambang pintu. Belum sempat membuka pintu kamar, seseorang lebih dulu membukanya dari luar. Alea melotot panik begitu mendapati orang yang berdiri di depannya adalah Ares. "Mau ke mana?" tanya Ares sambil tersenyum mengejek. Alea tidak menjawab. Bahkan sampai Ares berjalan maju, perempuan itu ikut melangkah mundur. "Bajunya cocok untukmu," komentar pria dengan kemeja putih tergulung setengah lengan itu sambil menatap Alea intens. Tadi, Alea diberikan dress selutut berbahan sutera berwarna merah cerah oleh pelayan. Katanya, pakaian ini adalah pilihan dari sang suami. Bagian atasnya cukup rendah sehingga belahan dadanya dapat terlihat jelas. Dress tersebut juga tidak berlengan sama sekali, hanya terselamatkan oleh tali kecil yang jika saja terputus, akan membuat seluruh tubuhnya terekspos sempurna. "Merah membuat kulitmu terlihat cerah," komentar Ares lagi dengan pandangan yang berhenti di leher jenjang Alea. Menyadari arah pandang suaminya, Alea pun segera menutupi bagian dada dan leher dengan kedua tangan. Melihat sikap canggung perempuan itu, Ares terkekeh geli. "Jangan menutupinya, sekarang itu semua milikku." Ares menegur sambil menarik tangan Alea yang menghalangi pandangannya pada tubuh mulus perempuan itu. Mendengar ucapan bernada merendahkan itu, tubuh Alea lagi-lagi bergetar takut. "Tubuhku milikku ...," sanggahnya dengan suara gemetar. "Jangan melihatku begitu!" sambungnya cepat. "Ohh ... kau tidak suka dilihat, ya? Baiklah ...." Ares mengangguk seolah mengerti. Pria itu bahkan menjauh dari sang istri kemudian menutup pintu. Diam-diam, Alea pun menghela lega karena ternyata Ares mau mendengarkannya. Namun, begitu mendengar pintu yang terkunci, perempuan itu menoleh waspada. Berikutnya, Ares bahkan kembali berjalan mendekati Alea. PLAK! Begitu sampai di hadapan Alea, Ares tiba-tiba bertepuk tangan. Bersamaan dengan satu tepukan itu, lampu kamar seketika mati. Alea menoleh ke sekitar panik begitu netra biru cerahnya tidak mampu menangkap apa pun. Dengan panik, ia pun mencoba menyalakan senter lewat handphone. Namun, sebuah embusan napas di tengkuknya membuat bulu kuduk perempuan itu meremang. "Jika memang tidak suka dilihat, aku bisa menikmatimu dalam keadaan gelap." Bisikan sensual itu, dibarengi kecupan basah di lehernya. Tubuh Alea seketika menegang kaku. Apalagi begitu tangan Ares kini merambat menuju paha dan masuk ke sela-sela baju, tangan Alea refelks melemas hingga handphone di tangannya jatuh. "Malam ini akan panjang, Alea ....""Dia benar-benar tidak pulang ...." Alea menggumam pelan sambil memandangi halaman kediaman Ares yang luas.Lily yang melihat majikannya tengah berdiri di ambang pintu utama dengan baju tidur berbahan satin berwarna soft pink, sontak berlari menghampiri dengan panik."Nyonya Alea kenapa berdiri di sana? Nanti masuk angin ...," ucap pelayan cantik itu membuat Alea menoleh gelagapan."Hah? Tidak apa-apa ... aku hanya bosan di dalam," jawab Alea kikuk."Tunggu sebentar, Nyonya!" pinta perempuan berseragam hitam putih itu sebelum kemudian berlari memasuki kamar Alea.Beberapa saat kemudian, Lily kembali dengan luaran pakaian yang tengah Alea kenakan. Saat ini, perempuan itu memang mengenakan baju tidur bahan satin bermodel terusan sebawah lutut. Sedangkan yang Lily bawa adalah jubahnya yang memiliki lengan panjang dan lebar serta bagian bawah yang longgar juga menjuntai sampai kaki."Tolong pakai ini, Nyonya ...," pinta si pelayan berambut sebahu yang diiyakan saja oleh Alea.Setelah meng
"Pilihlah!"Alea mendongak bingung menatap suaminya yang pagi ini melempar beberapa map di atas ranjang. Pria yang masih sibuk memasang dasi sambil berdiri itu tidak memberikan penjelasan lagi meski Alea menunggunya bersuara lagi."Baca itu, bodoh!" maki Ares gemas sambil menunjuk map yang berserakan di hadapan istrinya.Alea pun membuka tanpa bertanya lagi. Begitu melihat isi berkas tersebut, perempuan itu semakin mengernyit bingung."Untuk apa data jabatan dan jobdesk ini?" tanya Alea heran."Aku memberimu pekerjaan. Daripada kau bosan dan memilih mencoba hal baru seperti bunvh diri. Lebih baik kau menghasilkan uang," jawab Ares sambil berkacak pinggang.Alea yang tidak percaya dengan tawaran itu, sontak mengerjap terkejut. "Benarkah?! Aku boleh bekerja?!" tanya perempuan itu heboh.Sejenak, Ares ikut terkejut begitu menyadari istrinya bisa heboh juga. Biasanya, sejak kali pertama melihatnya, perempuan itu begitu pasif dan kalem. Bahkan saat Ares mengangkanginya semalaman, Alea tida
"Perintahkan seluruh pelayan untuk mengosongkan rumah malam ini! Mereka tidak boleh masuk ke sana sampai aku meminta."Mendengar ucapan suaminya yang entah menelepon dengan siapa, tubuh Alea seketika menegang kaku. Berarti, tidak ada siapa pun di rumah besar itu saat mereka kembali ke sana nanti.Hanya ada mereka berdua.Hanya ada Ares dan Alea."Iya, rumah pegawai yang ada di belakang. Sampai aku tahu ada yang menyelinap masuk, awas saja!" Peringatan tegas itu entah ditujukan kepada siapa. Tapi malah Alea yang kini merinding di sampingnya.Begitu Ares selesai berbicara lewat handphone, hening merajai dalam mobil Rolls-Royce hitam metalic yang dihuni sepasang suami istri tersebut. Hening yang entah kenapa membuat Alea merasa tercekik. Berada sedekat ini dengan Ares selalu saja berhasil menyita pasokan oksigennya dengan cara yang aneh."Kau begitu pendiam saat tidak bersama kekasihmu, ya?" Komentar mengejek Ares, lagi-lagi hanya ditanggapi Alea dengan membuang muka.Hal yang tentu saja
"Apa yang terjadi padamu?!"Alea membuang muka begitu pertanyaan super terkejut sang kekasih terlontar setelah melihatnya. Perempuan itu bahkan bersedekap dada guna melindungi tubuhnya yang hanya berbalut kemeja putih kebesaran.Tidak ada pelindung lain di dalam sana. Entah celana dalam ataupun b*ra. Selepas menggempurnya berjam-jam di kamar mandi, Ares sepertinya menutupi tubuh sang istri dengan kemejanya sendiri. Terbukti dari pakaian ini yang terasa cukup besar hingga syukurnya bisa menutupi setengah paha Alea."B*jing*n itu memukulimu, Lea?!" tanya Matheo semakin marah begitu melihat wajah kekasihnya yang penuh lebam.Tanpa menjalankan mobilnya yang masih terparkir di samping rumah besar Ares, kekasih dari Alea itu kini sibuk meraba wajah dan lengan kekasihnya yang penuh lebam. Begitu melihat banyak bekas kissmark di sekitar leher perempuan itu yang terbuka, Matheo bahkan menggemelatukkan gigi murka."Aku akan membunuhnya. Demi Tuhan, Lea ... aku tidak akan mengampuninya!" Mendeng
"Bawakan makan siang untuknya ke kamar. Aku akan kembali malam nanti."Samar-samar, Alea dapat mendengar suara sang suami yang tengah mengobrol dari luar kamar. Perempuan itu tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir di ranjang. Namun, begitu merasakan pening yang menghinggapi kepala, perempuan itu memilih menyerahkan diri pada buaian bantal yang empuk.Seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. Lebih sakit daripada saat ia terbangun tadi pagi. Alea bahkan tidak tahu ini sudah jam berapa. Tapi tidak ada satu pun hal yang terlintas di pikirannya selain tidur dengan nyaman.Demi apapun, Alea benar-benar kelelahan."Nyonya Alea, apa Anda sudah ingin makan?" Seorang perempuan masuk ke kamarnya sambil membawa senampan makanan.Begitu aroma rempah masakan tak sengaja terhidu indera penciumannya, kantuk Alea seketika sirna. Berganti rasa lapar yang perlahan ia sadari sudah dirasakannya sejak kemarin.Maka, perempuan itu pun mengangguk sambil bangkit duduk. Membuat pelayan yang juga masuk ke kamarny
"J-jangan ... tolong jangan ...."Alea mencengkeram tangan Ares yang bertengger di paha dalamnya. Bukannya berhenti, elusan sensual itu malah bergerak hingga pangkal paha. Tubuh Alea kontan meremang geli oleh sentuhan tersebut."Aku tidak menerima penolakan, Alea." Di ruangan temaram itu, Alea merasakan tubuhnya diseret menuju ranjang.Tubuhnya bahkan terdorong hingga jatuh terlentang. Baru saja hendak bangkit, sebuah cengkeraman di dagu membuat napas perempuan itu tercekat. Setelah netranya beradaptasi pada gelap, Alea bahkan mampu menangkap siluet wajah Ares yang tengah membungkuk di atas tubuhnya."Shhh ... sakitt ...." Alea meringis begitu cengkeraman di dagunya kian menguat."Bagus, aku suka melihatmu kesakitan," sahut pria di atasnya yang kini beralih menangkup pipi tirus Alea.Tangan besar Ares membuat sebagian wajah mungil sang istri nyaris tertutup. Sedangkan Alea terpejam begitu elusan lembut itu lagi-lagi berubah menjadi cengkeraman. Satu kecupan kasar bahkan mendarat di bi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments