Home / Romansa / TERPERANGKAP OLEHMU / 7. Ego yang Terluka

Share

7. Ego yang Terluka

Author: Writergaje23_
last update Last Updated: 2025-10-09 22:21:07

"Dia benar-benar tidak pulang ...." Alea menggumam pelan sambil memandangi halaman kediaman Ares yang luas.

Lily yang melihat majikannya tengah berdiri di ambang pintu utama dengan baju tidur berbahan satin berwarna soft pink, sontak berlari menghampiri dengan panik.

"Nyonya Alea kenapa berdiri di sana? Nanti masuk angin ...," ucap pelayan cantik itu membuat Alea menoleh gelagapan.

"Hah? Tidak apa-apa ... aku hanya bosan di dalam," jawab Alea kikuk.

"Tunggu sebentar, Nyonya!" pinta perempuan berseragam hitam putih itu sebelum kemudian berlari memasuki kamar Alea.

Beberapa saat kemudian, Lily kembali dengan luaran pakaian yang tengah Alea kenakan. Saat ini, perempuan itu memang mengenakan baju tidur bahan satin bermodel terusan sebawah lutut. Sedangkan yang Lily bawa adalah jubahnya yang memiliki lengan panjang dan lebar serta bagian bawah yang longgar juga menjuntai sampai kaki.

"Tolong pakai ini, Nyonya ...," pinta si pelayan berambut sebahu yang diiyakan saja oleh Alea.

Setelah mengenakan luaran jubah tidur itu, Alea mengajak Lily untuk keluar menuju halaman rumah guna mencari udara segar. Mereka pun duduk di bangku halaman yang sekitarnya dipenuhi tanaman bunga hias persis taman pribadi.

"Apa Nyonya kesepian karena Tuan Ares belum pulang?" tanya Lily hati-hati.

"Tidak. Dia bilang hari ini akan menginap di rumah orangtuanya," sanggah Alea cepat.

Lily hanya mengangguk pelan. Begitu melirik pada pergelangan sang majikan yang masih diperban karena perempuan itu mencoba melenyapkan dirinya sendiri beberapa waktu lalu, Lily diam-diam meringis kasihan.

"Saya paham kalau Nyonya tidak bahagia menikah dengan Tuan Ares. Tapi kalau boleh saya memberi saran, jangan melukai diri Anda sendiri lagi. Orang lain pasti akan melakukannya, Nyonya tidak perlu melakukan itu juga ...," ucap Lily lembut sambil menarik tangan berbalut kasa milik Alea.

"Maaf. Aku hanya ... bingung? Aku merasa putus asa. Berhari-hari aku terkurung di sini, dan yang dilakukannya hanya menikmati tubuhku tanpa seizinku." Perlahan, Alea mulai bercerita sambil memandangi jemari lentik Lily yang mengusap-usap pergelangannya lembut.

"Aku merasa kotor. Aku merasa tidak punya pilihan selain mati daripada hidup seperti ini. Apalagi setelah mendengar pelayan yang lain membicarakanku dan memandangku begitu rendah." Penjelasan Alea seketika membuat tubuh Lily menegang kaku.

Ternyata, Alea mendengar gunjingan pelayan-pelayan itu tentangnya. Pantas saja Alea semakin merasa buruk dan begitu terluka. Bahkan sampai membuat sang majikan berusaha mengakhiri hidupnya.

"Nyonya tidak serendah itu, aku tahu. Jangan bilang begitu ...," bantah Lily sambil kali ini mengusap punggung sempit Alea lembut.

Menyadari ada seseorang yang membelanya, bibir Alea justru semakin melengkung sedih. Perempuan yang jarang menangis itu bahkan kini mulai meneteskan air mata.

"Kenapa kau baik padaku? Kita belum lama saling mengenal ...," tanya Alea terharu sekaligus merasa bersyukur.

"Karena aku mengerti perasaanmu, Nyonya. Kau juga orang baik. Kenapa aku harus jahat padamu?" sahut Lily sambil memberikan majikannya sebuah pelukan hangat.

Pelukan yang tentu saja disambut Alea dengan rengkuhan tak kalah erat.

"Tolong jadilah temanku, Lily ...," pinta Alea di sela pelukan mereka.

Lily mengangguk senang. "Tentu saja. Nyonya tidak perlu meminta ...."

*****

"Kenapa dia tidur di sini?"

Ares mengernyit heran mendapati sang istri yang pagi ini terlelap di sofa ruang tengah. Perempuan itu berbaring menyamping dengan tubuh berbalut selimut menghadap televisi.

Apa Alea ketiduran saat sedang menonton? Tapi, bukankah di kamar juga ada televisi?

"Hei, bangunlah!" Ares menendang-nendang kaki Alea dengan kakinya sendiri.

Tidak butuh waktu lama, perempuan itu berjingkat kaget dan terbangun. Alea bahkan langsung terduduk begitu melihat kehadiran suaminya. Seolah Ares adalah monster berbahaya yang bisa menerkamnya kapan saja.

"Kenapa tidur di luar?" tanya Ares begitu Alea masih tampak linglung dan berusaha mengumpulkan nyawa.

"Tadi malam aku menonton dengan Lily. Lalu sepertinya ketiduran," jawab Alea jujur sambil mengucek matanya yang masih setengah mengantuk.

"Kau sepertinya dekat dengan Lily," komentar Ares yang tidak ditanggapi Alea.

Karena jika dia menjawab iya, bisa saja Ares tiba-tiba memecat perempuan itu karena tidak suka Alea punya teman di rumah ini. Ares yang malah mengira istrinya masih linglung karena baru bangun, tentu saja tidak protes karena dicueki.

"Oh iya, ada posisi kosong sebagai sekretaris pribadiku. Kau tidak mau bekerja di kantor pusat saja? Satu kantor denganku?" tanya Ares menawarkan begitu teringat sekretarisnya yang baru beberapa hari lalu resign.

"Sekretaris pribadimu?" tanya Alea terdengar ragu.

"Iya. Bukankah di perusahaan sebelumnya kau juga bekerja sebagai sekretaris?" jawab dan tanya Ares memastikan.

Alea mengangguk pelan.

"Nah, berarti bagus. Kau cocok di posisi itu karena punya pengalaman," sahut Ares cepat.

Alea cemberut sambil menunduk. Ingin menyahut tapi takut Ares yang pagi ini terdengar dalam suasana hati yang bagus malah berubah murka.

"Kenapa wajahmu tidak senang begitu? Kau tetap mau jadi tim humas?" Namun sepertinya, Ares mulai mengenal setiap gerak - gerik dan ekspresi sang istri.

"Iyaa ... kalau boleh." Alea menyahut takut tanpa berani mendongak menatap suaminya.

"Kenapa? Kalau alasanmu bagus, aku izinkan kau mau di mana saja." Ares bertanya penasaran sambil duduk pada sofa di hadapan Alea.

Melihat pria itu yang menunggu jawabannya sambil bersedekap dada, Alea pun meringis kian gugup. "Lupakan saja lah!" sahut perempuan itu kikuk.

"Tidak bisa. Aku sudah terlanjur penasaran." Ares menyahut cepat. "Jelaskan! Kenapa kau tidak mau jadi sekretaris pribadiku?" sambung pria itu cepat sambil menatap lurus ke netra biru terang Alea.

Alea memainkan perban di pergelangan tangannya sambil menunduk dalam. "Aku bekerja supaya tidak sering bertemu denganmu. Jadi untuk apa aku bekerja sebagai sekretaris pribadimu?" jawab Alea lirih.

"Di rumah aku sudah jadi seperti budakmu. Aku tidak mau di luar rumah juga melakukan itu. Aku ingin suasana yang baru ...."

Sejenak, Ares terdiam mendengar jawaban cukup berani perempuan itu.

"Jadi, kau tidak suka terlalu sering bertemu denganku?" tanya Ares malah mempertegas.

Dan anggukan Alea lagi-lagi membuat pria berahang tegas itu kehilangan kata-kata.

"Aku takut padamu. Jadi aku tidak nyaman kalau kita harus menghabiskan waktu bersama seharian penuh ...," jawab Alea kelewat jujur.

Menyadari Ares yang masih tidak menyahut sama sekali, Alea pikir suaminya marah. Maka, perempuan berambut hitam legam itu pun semakin berucap panik.

"Maaf ... aku tidak bermaksud menolak tawaranmu. Tapi aku benar-benar tidak nyaman ...."

Sadar Ares yang terus diam, Alea pun memberanikan diri untuk mendongak. Lalu, saat menemukan wajah datar suaminya, perempuan itu pun diam-diam menghela lega.

Sepertinya Ares tidak marah.

"Baiklah, tetaplah di tim humas. Hari ini kau bisa mulai bekerja." Ares menjawab datar sambil mengeluarkan dompet dari saku celana.

Berikutnya, pria itu melempar sebuah kartu berwarna hitam ke pangkuan Alea.

"Pakai itu untuk membeli apa pun yang kau butuhkan. Beli juga pakaian untuk kerja." Ares menginfokan sebelum perempuan itu bertanya.

"Aku punya banyak baju kerja di rumah Mama," sahut Alea cepat.

"Beli yang baru dan layak. Ingat, kau menantu keluarga Zelardo. Jangan mempermalukanku!" peringat Ares sebelum kemudian bangkit berdiri dan pergi.

Pria bernetra cokelat itu mengunci pintu begitu sampai kamarnya. Kamar yang jelas saja terpisah dengan kamar istrinya.

Pria itu diam-diam kesal dengan alasan yang ia sendiri tidak mengerti. Mengetahui Alea yang takut bahkan tidak nyaman berada di dekatnya membuat ego Ares merasa terluka.

"Apa hebatnya Matheo sampai dia begitu pasrah dan nyaman diajak kabur oleh pria si*lan itu?!" gumam Ares ketus.

"Aku suaminya. Bagaimana pun, seharusnya dia merasa nyaman saat bersamaku! Bukan dengan pria lain!"

"Aku tidak semenyeramkan itu untuk ditakuti ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPERANGKAP OLEHMU   7. Ego yang Terluka

    "Dia benar-benar tidak pulang ...." Alea menggumam pelan sambil memandangi halaman kediaman Ares yang luas.Lily yang melihat majikannya tengah berdiri di ambang pintu utama dengan baju tidur berbahan satin berwarna soft pink, sontak berlari menghampiri dengan panik."Nyonya Alea kenapa berdiri di sana? Nanti masuk angin ...," ucap pelayan cantik itu membuat Alea menoleh gelagapan."Hah? Tidak apa-apa ... aku hanya bosan di dalam," jawab Alea kikuk."Tunggu sebentar, Nyonya!" pinta perempuan berseragam hitam putih itu sebelum kemudian berlari memasuki kamar Alea.Beberapa saat kemudian, Lily kembali dengan luaran pakaian yang tengah Alea kenakan. Saat ini, perempuan itu memang mengenakan baju tidur bahan satin bermodel terusan sebawah lutut. Sedangkan yang Lily bawa adalah jubahnya yang memiliki lengan panjang dan lebar serta bagian bawah yang longgar juga menjuntai sampai kaki."Tolong pakai ini, Nyonya ...," pinta si pelayan berambut sebahu yang diiyakan saja oleh Alea.Setelah meng

  • TERPERANGKAP OLEHMU   6. Sekarang Giliranku

    "Pilihlah!"Alea mendongak bingung menatap suaminya yang pagi ini melempar beberapa map di atas ranjang. Pria yang masih sibuk memasang dasi sambil berdiri itu tidak memberikan penjelasan lagi meski Alea menunggunya bersuara lagi."Baca itu, bodoh!" maki Ares gemas sambil menunjuk map yang berserakan di hadapan istrinya.Alea pun membuka tanpa bertanya lagi. Begitu melihat isi berkas tersebut, perempuan itu semakin mengernyit bingung."Untuk apa data jabatan dan jobdesk ini?" tanya Alea heran."Aku memberimu pekerjaan. Daripada kau bosan dan memilih mencoba hal baru seperti bunvh diri. Lebih baik kau menghasilkan uang," jawab Ares sambil berkacak pinggang.Alea yang tidak percaya dengan tawaran itu, sontak mengerjap terkejut. "Benarkah?! Aku boleh bekerja?!" tanya perempuan itu heboh.Sejenak, Ares ikut terkejut begitu menyadari istrinya bisa heboh juga. Biasanya, sejak kali pertama melihatnya, perempuan itu begitu pasif dan kalem. Bahkan saat Ares mengangkanginya semalaman, Alea tida

  • TERPERANGKAP OLEHMU   5. Lebih Baik Mati

    "Perintahkan seluruh pelayan untuk mengosongkan rumah malam ini! Mereka tidak boleh masuk ke sana sampai aku meminta."Mendengar ucapan suaminya yang entah menelepon dengan siapa, tubuh Alea seketika menegang kaku. Berarti, tidak ada siapa pun di rumah besar itu saat mereka kembali ke sana nanti.Hanya ada mereka berdua.Hanya ada Ares dan Alea."Iya, rumah pegawai yang ada di belakang. Sampai aku tahu ada yang menyelinap masuk, awas saja!" Peringatan tegas itu entah ditujukan kepada siapa. Tapi malah Alea yang kini merinding di sampingnya.Begitu Ares selesai berbicara lewat handphone, hening merajai dalam mobil Rolls-Royce hitam metalic yang dihuni sepasang suami istri tersebut. Hening yang entah kenapa membuat Alea merasa tercekik. Berada sedekat ini dengan Ares selalu saja berhasil menyita pasokan oksigennya dengan cara yang aneh."Kau begitu pendiam saat tidak bersama kekasihmu, ya?" Komentar mengejek Ares, lagi-lagi hanya ditanggapi Alea dengan membuang muka.Hal yang tentu saja

  • TERPERANGKAP OLEHMU   4. Istri yang Nakal

    "Apa yang terjadi padamu?!"Alea membuang muka begitu pertanyaan super terkejut sang kekasih terlontar setelah melihatnya. Perempuan itu bahkan bersedekap dada guna melindungi tubuhnya yang hanya berbalut kemeja putih kebesaran.Tidak ada pelindung lain di dalam sana. Entah celana dalam ataupun b*ra. Selepas menggempurnya berjam-jam di kamar mandi, Ares sepertinya menutupi tubuh sang istri dengan kemejanya sendiri. Terbukti dari pakaian ini yang terasa cukup besar hingga syukurnya bisa menutupi setengah paha Alea."B*jing*n itu memukulimu, Lea?!" tanya Matheo semakin marah begitu melihat wajah kekasihnya yang penuh lebam.Tanpa menjalankan mobilnya yang masih terparkir di samping rumah besar Ares, kekasih dari Alea itu kini sibuk meraba wajah dan lengan kekasihnya yang penuh lebam. Begitu melihat banyak bekas kissmark di sekitar leher perempuan itu yang terbuka, Matheo bahkan menggemelatukkan gigi murka."Aku akan membunuhnya. Demi Tuhan, Lea ... aku tidak akan mengampuninya!" Mendeng

  • TERPERANGKAP OLEHMU   3. Tawanan

    "Bawakan makan siang untuknya ke kamar. Aku akan kembali malam nanti."Samar-samar, Alea dapat mendengar suara sang suami yang tengah mengobrol dari luar kamar. Perempuan itu tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir di ranjang. Namun, begitu merasakan pening yang menghinggapi kepala, perempuan itu memilih menyerahkan diri pada buaian bantal yang empuk.Seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. Lebih sakit daripada saat ia terbangun tadi pagi. Alea bahkan tidak tahu ini sudah jam berapa. Tapi tidak ada satu pun hal yang terlintas di pikirannya selain tidur dengan nyaman.Demi apapun, Alea benar-benar kelelahan."Nyonya Alea, apa Anda sudah ingin makan?" Seorang perempuan masuk ke kamarnya sambil membawa senampan makanan.Begitu aroma rempah masakan tak sengaja terhidu indera penciumannya, kantuk Alea seketika sirna. Berganti rasa lapar yang perlahan ia sadari sudah dirasakannya sejak kemarin.Maka, perempuan itu pun mengangguk sambil bangkit duduk. Membuat pelayan yang juga masuk ke kamarny

  • TERPERANGKAP OLEHMU   2. Sudah Tidak Suci Lagi

    "J-jangan ... tolong jangan ...."Alea mencengkeram tangan Ares yang bertengger di paha dalamnya. Bukannya berhenti, elusan sensual itu malah bergerak hingga pangkal paha. Tubuh Alea kontan meremang geli oleh sentuhan tersebut."Aku tidak menerima penolakan, Alea." Di ruangan temaram itu, Alea merasakan tubuhnya diseret menuju ranjang.Tubuhnya bahkan terdorong hingga jatuh terlentang. Baru saja hendak bangkit, sebuah cengkeraman di dagu membuat napas perempuan itu tercekat. Setelah netranya beradaptasi pada gelap, Alea bahkan mampu menangkap siluet wajah Ares yang tengah membungkuk di atas tubuhnya."Shhh ... sakitt ...." Alea meringis begitu cengkeraman di dagunya kian menguat."Bagus, aku suka melihatmu kesakitan," sahut pria di atasnya yang kini beralih menangkup pipi tirus Alea.Tangan besar Ares membuat sebagian wajah mungil sang istri nyaris tertutup. Sedangkan Alea terpejam begitu elusan lembut itu lagi-lagi berubah menjadi cengkeraman. Satu kecupan kasar bahkan mendarat di bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status