Tersirat kerinduan diantara kedua insan yang saling mencinta itu.
Bimo ikut menghadiri acara tersebut sebagai perwakilan dari kantornya."Bim ... aku sangat merindukanmu." Lirih Keren dalam hatinya.Keren terpaksa melepas tatapan matanya dengan Bimo karena Teo memanggilnya."Woi, Keren. Buruan! Kita masuknya bareng-bareng.""I-iya, Teo." Jawabnya terbata, lalu melangkah menuju kepada Teo yang sedang menunggunya.Tanpa keduanya ketahui, Gultom, melihat semua itu. Saat Keren dan Bimo saling memandang. Dia berencana untuk menceritakan hal itu kepada Teo.Setelah mengetahui jika Keren dan suaminya telah masuk ke dalam gedung itu, Bimo baru masuk. Dia sengaja mengambil tempat duduk paling belakang untuk menghindari Keren.Acara pun dimulai, ternyata Perusahaan Moses adalah penyumbang saham terbesar dalam pembangunan mall tersebut.Saat ini Moses sedang berpidato di depan podium. Disaat dia asyik menjabarkan bagian-bagian dalam mall tersebut, tiba-tiba matanya terpaku melihat sosok Keren yang juga ikut hadir di acara tersebut."Bukankah dia gadis yang waktu itu? Dia kok bisa hadir di acara ini? Aku harus mencari tahu siapa dia sebenarnya." Serunya dalam hati.Setelah selesai menjelaskan semuanya, Moses pun turun dari podium dan sengaja melangkah menuju ke kursi dimana Keren sedang duduk.Keren sedang duduk sendiri. Sementara Teo, tiba-tiba pamit ke toilet dengan alasan sakit perut.Padahal sebenarnya, dia sedang bersama dua orang wanita koleganya, dan mereka terlihat di sebuah toilet yang sengaja dikondisikan rusak oleh Gultom, kaki tangan Teo.Kedua orang perempuan itu sedang memanjakan alat tempur milik Teo yang sedang mengamuk."Teruskan! Kalian akan saya bayar mahal!" Perintahnya, ditengah hasratnya yang semakin melambung tinggi.Moses terus melangkah di kursi dimana Keren berada. Dengan jantung yang dag-dig-dug karena gugup. Dia terus mendekati keren.Moses akhirnya duduk bersebelahan dengan Keren. Menyadari ada orang yang duduk di sebelahnya, Keren malah berdiri dan duduk kembali di kursi lain. Dia pikir Teo sudah kembali dari toilet, karena saat ini dia sedang sibuk membalas pesan dari Lusi, sahabatnya."Ehem ...." Moses berdehem untuk memecah konsentrasi Keren yang sibuk di ponselnya.Keren langsung menoleh ke arah Moses."Halo cantik," sapanya.Keren melirik kiri, kanan, muka dan belakang. Apakah ada orang lain selain dirinya yang di sapa oleh Moses. Ternyata tidak ada."Maaf, Anda sedang bicara dengan siapa?" Tanya Keren ketus."He-he-he, saya bicara dengan Anda, Nona.""Maaf sebelumnya, apakah kita saling kenal?" Tanya Keren lagi."He-he-he-he, masa Anda lupa dengan saya, Nona?""Sepertinya saya tidak mengenal Anda, Tuan.""He-he-he-he," Moses kembali cengengesan."Coba ingat-ingat dulu, Nona. Perhatikan wajah saya baik-baik." Ucapnya lagi.Keren pun mulai mengumpulkan memorinya. Dia pun ingat kejadian saat di parkiran hotel."Oh ..." Hanya satu kata itu yang terucap dari bibir Keren."Sial! Dia sangat cuek!" Moses sedikit kesal dengan sikap dingin Keren.Lalu dia menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya kasar."Perkenalkan, nama saya, Moses." Serunya lagi, sambil mengulurkan tangannya kepada Keren.Namun lagi-lagi Keren tidak menggubris semua perkataan Moses bahkan uluran tangan Moses tidak disambut olehnya."Maaf, Tuan. Saya sama sekali tidak tertarik untuk berkenalan dengan Anda, permisi." Setelah berkata begitu, Keren pun beranjak pergi menuju tempat makanan prasmanan. Tiba-tiba saja dia merasa kehausan.Teo yang baru saja selesai dengan urusan memuaskan hasratnya, sengaja duduk di kursi yang ada di belakang keduanya.Dia sengaja menguping pembicaraan Moses dan Keren.Teo pun menyimpulkan jika Moses memiliki ketertarikan kepada Keren."Sepertinya, Tuan Moses menyukai Keren." Ucapnya dalam hati.Tiba-tiba dia tersenyum penuh misteri, sejumlah rencana licik mulai bermunculan di dalam otaknya.Dia pun membiarkan Moses mengikuti Keren menuju tempat makan. Bahkan dia tersenyum puas melihatnya.Perusahaan Moses ternyata menduduki posisi paling atas sebagai perusahan raksasa yang terbesar di Jakarta. Sementara, baik perusahaan Keren maupun perusahaan yang Teo pimpin, masih berada jauh di bawah perusahaan Moses.Teo merencanakan untuk memanfaatkan Keren mendekati Moses agar mau bekerja sama dengan perusahaannya."Tuan, bukankah itu Tuan Moses si penguasa real estate?" Ujar Gultom."Diam kamu! Kecilkan suaramu!" Hardik Teo."Ma-af Tuan." Bisik Gultom."Iya, itu memang Tuan Moses." Jawab Teo sambil terus melihat interaksi Moses dan Keren.Gultom seakan tak percaya, lalu dia pun berkata lagi,"Oh ya, Tuan. Apakah Anda tidak cemburu melihat Tuan Moses yang sepertinya ingin mengenal Nona Keren?" Tutur Gultom."Ha-ha-ha-ha, untuk apa saya marah? Justru saya merasa senang jika mereka dekat dan semakin dekat.""Maksud Tuan, apa?" Gultom semakin penasaran."Aku punya rencana besar nantinya jika mereka dekat." Teo sudah berpikir jauh saat ini."Rencana apa, Tuan?""Nanti saja gue ceritain ke Lo! Sana Lo cari cara bagaimana Tuan Moses bisa tahu nama Keren!""Lho, memangnya kenapa, Tuan?""Dasar oon Lo, Gultom! Bagaimana Tuan Moses bisa semakin dekat dengan Keren, sementara Keren sepertinya tidak ada respon sama sekali!"He-he-he, maaf Tuan, saya kurang paham tadi." Sahutnya."Ya sudah sana Lo!" Ujarnya setengah mengusir Gultom, orang kepercayaannya itu.Teo lalu mengirim pesan kepada Keren.Teo : "Gue pulang duluan, ada urusan penting yang harus gue kerjakan. Nanti Lo diantar oleh Gultom."Keren memeriksa ponselnya, ternyata ada pesan dari Teo."Dasar penjahat wanita! Entah kemana lagi dia." Ujarnya dalam hati.Keren mulai mencicipi beberapa cup cake yang tersedia disitu. Dia merasa sedikit risih karena Moses terus saja mengekorinya."Apa-apan sih orang ini? Dari tadi mengikutiku terus." Kesal Keren dalam hatinya.Tingkah Moses yang terus menguntit Keren, tak ayal menjadi bahan perhatian sebagian besar orang yang ada di tempat acara itu.Banyak diantara mereka yang memperbincangkan Moses sebagai seorang pengusaha sukses tapi tidak memiliki seorang kekasih."Hei, coba kalian lihat dari tadi Tuan Moses berusaha mendekati wanita cantik itu. Apakah gadis itu adalah kekasihnya?" Seru salah satu dari mereka."Menurutku, bukan tuh. Soalnya dari tadi si gadis terus berusaha menghindari Tuan Moses untuk mendekatinya.""Menurutku, perempuan itu bodoh! Masa dia tidak mau didekati oleh pengusaha sukses dan kaya raya seperti Tuan Moses." Ujar yang lainnya. Mereka ingin mengabadikan momen saat Moses terus mendekati Keren. Namun mereka takut karena beberapa bodiguard Moses tetap berjaga-jaga di sekitarnya dengan mata yang awas dengan keadaan.Keren semakin kesal kepada Moses karena terus mengekorinya."Tuan, tolong hentikan!" Ujarnya."He-he-he," Moses malah cengengesan lagi."Memangnya saya harus menghentikan apa, Nona?""Berhenti mengikuti saya!" Sahut Keren mulai menunjukkan wajah tidak suka kepada Moses."Lho memangnya kenapa, Nona? Ini kan ruang publik, jadi semua orang bebas melakukan apa pun!"Hari ini, tepatnya tiga tahun usia putra kesayangan dari Keren dan Moses, bernama Devid Adlen. Sebuah pesta perayaan ulang tahun telah dirancang oleh keduanya.Begitu banyak tamu undangan yang hadir meramaikan pesta ulang tahun Devid.Tak terkecuali pasangan Erik dan Ani juga ikut menghadiri pesta itu. Mereka juga turut membawa anak-anaknya.Silvi dan Bimo juga turut hadir di acara tersebut. Sayangnya pernikahan mereka belum dikaruniai anak sampai saat ini. Mungkin saja Tuhan masih menguji keduanya.Dari kejauhan Bimo terlihat memandang ke arah Keren. Hatinya mulai merasa sendu, sakit, dan perih bagai telah disayat oleh belati tajam. Ternyata pria itu masih mencintai Keren sampai saat ini.Bimo sekalipun tidak memiliki cinta kepada Silvi. Bagaimana pun sang istri mengambil hatinya. Namun hati Bimo tetap tak bergeming.Silvi hampir kehabisan akal namun dia juga tidak akan melepas Bimo karena dia sangat mencintai suaminya.Di a
Sembilan bulan kemudian,Di sebuah gedung perkantoran."Apa? Baik saya akan segera ke sana!" Dengan langkah tergesa, Moses buru-buru berjalan dan memerintahkan asisten nya untuk segera membawanya ke rumah sakit.Pria itu baru mendapatkan kabar jika Keren, sang istri akan segera melahirkan bayi mereka.Ternyata setelah mereka kembali dari bulan madu beberapa waktu yang lalu, Keren langsung hamil.Kabar kehamilannya, tentu saja menjadi berita heboh untuk kedua belah pihak keluarga. Apalagi saat ini, Keren hendak melahirkan.Akan semakin heboh saja."Bagas! Apakah kamu tidak bisa mempercepat laju mobilnya?" serunya sedikit khawatir."Ini sudah sampai kecepatan maksimal, Tuan Muda." jawab Bagas, sembari terus berkonsentrasi membawa mobil itu, menuju ke rumah sakit."Shitt! Tapi kita kok nggak nyampai-nyampai, sih?" geram Moses."Sabar, Tuan Muda. Sebentar lagi kita juga akan sampai." seru Bagas lagi.Mos
Moses lalu menundukkan kepalanya menghadap kedua bukit kembar itu, dia lalu mulai menjilati ujungnya dengan lidahnya dengan gerakan lembut, secara bergantian."Sssssstt ...." desisnya Keren lagi.Keren merasakan kenikmatan yang sungguh luar biasa, saking enaknya. Dia meremas rambut Moses dan menarik rambut suaminya, dirinya benar-benar sudah tidak tahan. Seperti ada yang hendak mendesak hendak ke luar dari bagian inti tubuhnya."Akh ... Moses!" teriaknya tertahan disaat tubuh bagian bawahnya bergetar hebat. Pertanda Keren mendapatkan pelepasan pertamanya. Kakinya terasa lemas seketika.Moses tersenyum puas mendengar jeritan pertama istrinya. Baru permainan jari-jarinya saja, mampu membuat Keren terbang melayang ke udara untuk pertama kalinya.Tubuh istrinya seketika roboh, jatuh ke atas tempat tidur. Sisa-sisa pelepasannya masih terlihat dari kedua kakinya yang masih bergetar. Moses tidak menyia-nyiakan hal itu. D
Pagi tadi, pesawat pribadi yang membawa Moses dan Keren tiba di Negara Finlandia di Eropa bagian Utara. Angin musim semi menyapa mereka saat itu. Setelah sarapan, Moses segera membawa istrinya ke beberapa destinasi wisata di negara yang dijuluki negara paling bahagia di dunia. Keren sangat takjub dengan keindahan alamnya dan segala fasilitas yang sangat memadai di negara besar ini.Lalu pada malam harinya, Moses mengajak istrinya untuk makan malam romantis. Dengan ditemani cahaya lilin-lilin kecil, keduanya memulai makan malam romantis mereka, di dalam kamar hotel, yang super mewah. Sambil makan, Moses berkali-kali menatap ke arah istrinya, yang membuat Keren menjadi semakin gugup."Moses, dari tadi menatapku kayak gitu. Aku kok jadi merinding begini, sih?" ucapnya dalam hati.Bagaimana Keren tidak takut, dari tadi Moses menatapnya sangat dalam.Sementara sang pria yang menatap istrinya saat ini, terlihat memang sudah tid
Akhir minggu yang penuh kebahagiaan. Hari ini tepatnya, Keren dan Moses akan mengikat janji suci pernikahan mereka. Hari yang cerah, secerah hati kedua mempelai, Keren dan Moses yang sedang berbahagia saat ini. Ballroom hotel bintang lima di daerah Jakarta Barat tersebut, telah disulap menjadi lebih elegan dan mewah. Dalam acara wedding hari ini, semua keluarga dari kedua belah pihak, yakni dari pihak pengantin pria dan pihak pengantin wanita sama-sama telah hadir saat ini. Selain keluarga besar mereka, juga terdapat tamu-tamu lain yang datang demi sebuah undangan yang telah diberikan oleh pihak keluarga mempelai. Ada begitu banyak kolega Keren dan Moses yang juga ikut datang dan menghadiri hari bahagia mereka.Di acara wedding megah ini, juga terdapat banyak sekali makanan-makanan mewah yang disajikan. Ada makanan western yang melimpah dan beberapa menu makanan lainnya.Keren dan Moses juga telah dirias menjadi sangat canti
Keesokan harinya di meja makan. Oma Nena telah duduk dan menunggu Keren untuk bergabung sarapan dengannya."Morning, Oma." sapa Keren pagi itu.Gadis itu lalu duduk sambil mulai menyendokkan nasi untuk sang nenek dan dirinya. Keren penasaran karena pagi ini, Moses tidak bergabung bersama mereka di meja makan. Padahal tadi malam dia berada di rumah Oma Nena. Karena sangat penasaran Keren pun bertanya kepada sang oma,"Oma, Tuan Moses tidak sarapan juga?" "Eh, kamu ngapain memanggil Moses dengan sebutan tuan? Dia itu umurnya tidak lebih jauh darimu. Panggil Moses saja," tegur Oma Nena."Maaf, Oma. Sudah menjadi kebiasaan saya memanggilnya seperti itu. Karena kami sering bertemu saat jam kantor." Keren mencoba menjelaskan."Itu kan, di kantor. Sekarang kan sudah sangat berbeda." Oma Nena juga ikut menyuarakan isi hatinya kepada Keren."Maaf, Oma. Maksud saya, Moses kok nggak ikut bergabung dengan kita di meja makan un